Bab 1 Kandidat Terbaik
Bandara Internasional Kota Malang.
“Cepat!”
“Cepat!”
Puluhan orang berseragamkan jas hitam bergegas menuju pintu keluar, raut wajah mereka begitu serius seolah-olah sedang menghadapi situasi gawat darurat.
Tamu tamu yang ada di sekitar pun ikut sibuk membukakan jalan, tidak tahu kedatangan orang seperti apa, tapi terkesan sangat arogan.
Tidak jauh dari situ, tampak sosok dari ketua yang memimpin puluhan orang ini, Eko, dia sedang berpikir keras hingga keningnya berkerut. Seolah teringat akan suatu hal, dia segera membalikkan badan dan bergegas pergi.
Di lorong bagian luar bandara.
Dimas sedang duduk di bangku sambil menghembuskan asap cerutunya.
“Tuan Besar berharap Anda bisa kembali pulang, Beliau sangat merindukanmu.”
Sambut Eko yang berada lima langkah di belakang Dimas.
Di hadapan orang lain, Eko adalah sosok yang sangat disegani dan dihormati, tidak ada yang berani menyinggungnya.
Namun, di hadapan Dimas, Eko merasa dirinya begitu rendah.
“Merindukanku?”
Dimas menolehkan kepalanya, sambil tersenyum sinis, dia bertanya , “Dia merindukan kekuasaanku, atau uangku?”
Bila orang lain yang berkata seperti itu, Eko tidak akan tinggal diam mendengarkan keluarga Agung yang paling berkuasa di Surabaya dihina. Itu keluarga Agung, bagaimana mungkin mereka menginginkan harta dan kekuasaan orang lain?
Namun, pria didepannya ini berbeda.
Dia adalah penerus satu-satunya dari keluarga Agung.
Yang lebih mengejutkan Eko adalah fakta bahwa Dimas merupakan Dewa Perang No. 1 di wilayah Timur, dia sangat berkuasa, dan bergelimang harta.
“15 tahun lalu, ketika dia mengusirku dari keluarga Agung, dan menikahi wanita picik itu, Dimas sudah mati.”
Dimas mengepulkan asap cerutunya, “Dimas yang sekarang, tidak ada hubungannya sama sekali dengan keluarga Agung dari Surabaya.”
Dia lalu bangkit dan beranjak pergi.
“Jangan mengutus siapapun untuk menemuiku lagi, atau akan kubunuh mereka!”
Aura pembunuh yang begitu menakutkan segera menyelubungi Eko!
Sampai bayangan Dimas tidak terlihat lagi, Eko pun berangsur angsur mengendurkan kepalan tangannya.
Punggungnya sudah basah akan keringat sejak tadi.
Berhadapan dengan Dimas, dia menjadi sangat gugup.
Sebuah mobil tampak sudah menunggu sejak tadi di parkiran bandara.
Dimas naik ke mobil itu, dan segera menghubungi seseorang.
“Rangga, apakah semua sudah diurus?”
Terdengar suara balasan dari seberang telepon.
“Berikan alamatnya kepadaku.”
Selesai berbicara, Dimas langsung menutup telepon, sambil memegangi sebuah kertas permen yang kusut, pikirannya melayang, teringat kejadian 15 tahun lalu.
Dimas yang berumur 15 tahun, diusir dari keluarga Agung dan harus hidup di jalanan.
Disaat kedinginan dan kelaparan, seorang gadis kecil yang berpakaian sederhana memberikan sebuah permen kepadanya.
Lalu, dia dibawa pergi oleh seorang pria misterius.
Saat dia muncul untuk pertama kalinya, seluruh dunia sedang ricuh!
Tiga tahun kemudian, dia dikenal sebagai Dewa Perang No. 1 di wilayah Timur, dan dikala itu, Dimas baru berumur 18 tahun !
Sekarang, 12 tahun sudah berlalu, disaat kekuatannya menggemparkan dunia, Dimas memilih untuk mengasingkan diri.
Dia tidak bisa melupakan gadis kecil itu.
Dia tidak bisa melupakan tatapan matanya yang begitu tulus.
Dia tidak bisa melupakan wajah ramah itu.
Dia menyimpan kembali kertas permen itu dengan sangat hati-hati, lalu menghela nafas panjang.
Bila ada seseorang yang mengenalinya disini, bisa bisa terjadi kehebohan, bahkan Dewa Perang No. 1 pun menjadi gugup memikirkannya?
“Aku pulang.”
Mobil melaju cepat.
Pada saat itu.
Hotel Saga !
Tempat ini begitu penuh hiruk pikuk.
Ternyata Keluarga Lesmana yang terkenal di Kota Malang, sedang mengadakan pencarian menantu untuk cucu perempuannya, Putri Lesmana, yang menarik perhatian banyak orang.
Di kamar hotel pribadinya, Putri sedang duduk dan mengepalkan tangannya, matanya sembab, dan raut wajahnya begitu sedih.
Sedangkan ibunya, Indah, yang berdiri disamping terlihat sangat marah hingga wajahnya memerah.
“Gilang, mereka itu tidak memiliki niat baik sama sekali ! Kalau kamu masih seorang pria, seharusnya sekarang kamu bicara dengan Tuan Besar dan menentang hal ini!
Indah berteriak, “Apakah kamu mau menghancurkan kebahagian putrimu sendiri?”
Pencarian menantu? Omong kosong !
Indah tidak akan semudah itu mempercayai niat baik mereka.
Keluarga Lesmana yang berawal dari sebuah bengkel kecil memerlukan waktu selama 15 tahun, untuk menjadi keluarga terkemuka di kota Malang, kepala keluarganya, Bapak Aditya, adalah contoh pengusaha yang teladan.
Aditya memiliki 3 orang putra, Guntur, Gading dan Gilang.
Guntur mengambil alih sebagian besar bisnis keluarga Lesmana, Gading pergi ke ibukota untuk mengembangkan pasar, sedangkan Gilang mengalami kecelakaan yang menyebabkan kedua kakinya lumpuh, dan hanya bisa dirumah saja.
Pencarian menantu kali ini merupakan usulan dari Guntur dan Gading kepada Aditya, sambil bersumpah bahwa mereka pasti akan mencarikan Putri seorang pria yang baik.
Namun hasilnya?
Kandidat yang ikut serta kebanyakan orang biasa, tidak terkenal dan tidak memiliki latar belakang apa-apa, bahkan ada salah satu kandidat yang bukan hanya lebih tua 10 tahun dari Putri, namun memiliki penyakit delusi!
Ini yang dinamakan mencari pria baik untuk Putri? Ini lebih seperti hendak menghancurkan kehidupannya!
Wajah Gilang memerah, di lubuk hatinya dia juga merasa sangat marah, namun apa daya, dia tidak berani menentang Tuan Besar.
Gilang sangat memahami watak ayahnya, di keluarga Lesmana, tidak ada orang yang boleh menentang kehendaknya.
“Dia adalah kakek Putri, dia tidak akan mungkin melukainya.”
Setelah sekian lama, dengan wajah memerah Gilang mengeluarkan sepatah kata.
Indah hampir pingsan mendengar apa yang diucapkannya, dia menangis dan berteriak sambil menunjuk nunjuk Gilang.
“Bagaimana aku bisa menikahi orang tidak berguna sepertimu!”
Indah mengerti bahwa suaminya adalah anak yang berbakti, dari dulu Gilang juga selalu menuruti kehendak ayahnya, ditambah lagi sekarang dia menjadi lumpuh, kepribadiannya menjadi semakin lembek, sama sekali tidak berani berpikiran untuk menentang Aditya.
Namun, tidak peduli pria mana yang akan dipilih oleh Putri, hal ini tetap saja akan menghancurkannya!
Keluarga Lesmana akan dijadikan bahan olokan di kota Malang.
Indah menangis sejadi-jadinya, sambil memaki Gilang, sedangkan Putri, hanya bisa menangis diam-diam, Gilang pun hanya bisa meratapi ketidak-berdayaannya dengan meremas kakinya yang sudah mati rasa.
“Ibu, jangan marahi Ayah lagi.”
Putri merekahkan senyuman di wajah cantiknya.
“Bisa saja, Kakek akan mencarikanku seorang pria baik seperti Ayah.”
Bagaimana dia bisa tidak tahu, kalau semua ini adalah ulah dari kedua pamannya.
Sejak Putri lulus kuliah dan bergabung dengan bisnis keluarga Lesmana, dia berhasil membuat prestasi luar biasa hanya dalam waktu 2 tahun, yang membuat anak-anak Guntur dan Gading menjadi tertekan.
Mereka hanya takut tidak mendapatkan warisan keluarga Lesmana, sampai terus menerus memaksa Kakek, ingin mencarikan Putri seorang pria agar Putri segera menikah dan kehilangan haknya atas warisan keluarga Lesmana.
Putri tahu, Ayah dan Ibunya pun tahu, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Di keluarga Lesmana, tidak ada seorangpun yang boleh menentang keputusan Kakek, tidak seorangpun.
Mendengar bunyi lonceng, Putri bangkit berdiri.
“Ayo, Kakek pasti sudah menunggu lama dan akan memarahi kita lagi.”
Melihat tubuh Putri gemetaran, Gilang menelan kenyataan pahit atas ketidakberdayaannya, dia bahkan tidak berani menatap istrinya.
Dalam hatinya dia mengerti, bahwa tetap tinggal di keluarga Lesmana akan membuatnya merasa tertekan, namun setidaknya mereka tidak perlu memusingkan masalah keuangan. Kalau sampai mereka diusir dari keluarga Lesmana, mereka harus bagaimana?
Lampu lampu terang menyinari lobi hotel, para tamu pun sudah berdatangan.
Tuan Besar keluarga Lesmana, Aditya, duduk di bagian atas, sekujur tubuhnya berbalut setelan jas mewah, sambil memegangi tongkatnya, wajahnya begitu berseri-seri.
“Selamat, Tuan Besar.”
“Selamat, semoga keluarga Lesmana mendapatkan seorang menantu yang baik!”
Satu per satu tamu menyelamati Tuan Besar Aditya.
“Ayah, sudah hampir waktunya untuk pengumuman.”
Guntur yang berdiri disamping Aditya dengan kekarnya, memancarkan semacam aura yang sulit dijelaskan.
Dia melirik Putri yang duduk tidak jauh dari situ, dan berteriak : “Sebentar lagi pemilihan calon menantu keluarga Lesmana akan diumumkan, kandidat yang terpilih adalah seorang anak muda yang terbaik.”
Seorang anak muda, yang terbaik?
Hmm, Guntur sendiri lah yang paling mengerti bahwa tujuan dari pemilihan calon menantu ini adalah memilih calon yang paling buruk, bahkan calonnya pun memiliki beberapa penyakit tersembunyi.
Kalau Putri benar-benar menikah, maka dia tidak memiliki hak apapun lagi untuk mendapatkan warisan keluarga Lesmana.
Watak Aditya tidak mungkin membiarkan bisnis dan kekayaan keluarga Lesmana jatuh ke tangan orang lain.
“Hadirin!”
Tuan Besar Aditya berdiri dan berkata, “Hari ini saya akan mengumumkan hasil dari pemilihan calon menantu untuk cucu perempuan saya, Putri Lesmana!”