Bab 3 Pemecatan!
Putri hanya bisa merasakan frustasi di kepalanya.
Dia menatap Dimas kosong, bagaimanapun tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa Dimas akan memukul seseorang untuknya.
Yang dipukul tak lain tak bukan adalah Fajar!
Dia ini cucu tertua keluarga Lesmana!
Hanya karena… aku adalah istrinya?
“Kamu cari mati!”
Fajar tersadar, dan segera bangkit, dia melemparkan pukulan kearah Dimas.
Selama ini tidak ada seorang pun yang berani memukulinya, berani sekali suami tak berguna Putri melakukan hal itu kepadanya.
“Plok!”
Tinjunya ditepis oleh Dimas hanya dengan satu genggaman tangan, Dimas mengerahkan kekuatannya dan suara klik terdengar dari pergelangan tangan Fajar!”
“Aaaaaa!”
Patah!
Fajar berteriak kesakitan.
“Dia adalah istriku, selanjutnya, tidak ada siapapun yang boleh menyakitinya.”
Dimas melepaskan tangannya setelah selesai bicara, dan menarik pergi Putri yang masih terbengong.
“Aku akan membunuhmu! Aku pasti akan membunuhmu!”
Fajar memegangi pergelangan tangannya kesakitan.
Dia tidak habis pikir, bagaimana menantu sampah yang ditemukan keluarganya, bisa berani memukulnya.
Habislah sudah Putri!
Habislah mereka sekeluarga!
Fajar bergegas berlari kedalam hotel, tanpa peduli dengan lukanya.
Guntur masih berada didalam hotel, mengobrol dengan beberapa partner bisnis.
“Ayah! Ayah! ”
Fajar langsung menerobos masuk, Guntur yang sedang mengobrol pun kebingungan.
“Sepertinya kalian ayah dan anak memiliki hal untuk didiskusikan, kalian diskusikan saja dulu, lain kali kita berbincang bincang lagi.”
Beberapa tamu izin pamit.
Guntur menatap Fajar sambil menghela nafas : “Ada apa lagi!”
“Ayah, aku habis dipukuli!”
Fajar menggertakan giginya, “Lihatlah tanganku sampai patah!”
“Siapa yang melakukannya?”
Guntur terkejut dan langsung bangkit berdiri.
Anak kesayangannya ini, bahkan dia sendiri tidak tega memukulnya, siapa yang berani beraninya melakukan hal ini?
“Dimas!”
Fajar menggertakkan giginya lagi, “Dia suami tak bergunanya Putri!”
Mereka baru saja memberinya kehidupan baru, bocah tidak tahu terima kasih ini berani beraninya memukul Fajar.
Gelandangan tak berguna ini berani sekali!
Guntur sangat marah.
“Menantu tak berguna itu yang melakukannya?”
Di dalam dokumen tertulis, Dimas adalah seorang gelandangan, tidak berguna, bahkan memiliki penyakit delusi, bisa jadi penyakit delusinya kambuh.
“Putri menyuruhnya untuk menamparku, dan dia benar benar melakukannya!”
“Dia bahkan mematahkan tanganku!”
Mata Fajar memerah.
Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini.
Guntur mengerutkan keningnya.
“Bocah itu memiliki penyakit kejiwaan, jangan jangan penyakit nya kambuh.”
Guntur segera memanggil dokter untuk mengobati luka Fajar, “Kamu jangan memprovokasi orang gila, ini semua salah Putri, beraninya dia menyuruh Dimas untuk memukulmu, hmm, aku tidak akan mengampuninya!”
“Ayah, usir dia dari keluarga Lesmana!”
Kita punya alasan yang kuat kali ini.
Kalau masalah ini sampai terdengar oleh Aditya, Putri dan keluarganya pasti diusir!
Cucu tertua pun berani mereka sentuh, dapat keberanian dari mana mereka?
“Sebuah proyek yang ditangani oleh Putri sudah menuju tahap tanda tangan kontrak kerja sama, kalau dia diusir sekarang, takutnya akan berdampak pada proyek itu.”
Putri memiliki kemampuan kerja yang luar biasa, dalam waktu 2 tahun yang singkat, dia sudah berhasil memenangkan beberapa proyek.
Hal ini juga yang membuat Guntur dan anaknya khawatir, mereka khawatir Putri akan menjadi ancaman bagi mereka.
“Ayah, proyek proyek itu sudah melewati tahap negosiasi, tinggal tanda tangan kontrak saja, bukankah akan lebih baik lagi kalau aku yang mengurus sisanya, dengan begitu Kakek akan lebih menganggapku lagi.”
Fajar berkata dengan kejam, “Usir dia! Biarkan mereka sekeluarga mati!”
……
Pada waktu itu.
Dimas pulang bersama dengan Putri ke rumahnya.
Di sepanjang perjalanan, Putri masih tidak habis pikir Dimas akan memukuli seseorang demi dirinya.
Begitu tersadar, dia menjadi khawatir masalah ini akan membuat Fajar murka.
Bajingan itu pasti akan balas dendam pada Dimas.
“Tingtong!”
Putri memencer bel, beberapa saat kemudian barulah Gilang membukakan pintu, dia menatap putrinya dengan tatapan penuh rasa bersalah.
“Putri, kamu sudah pulang.”
Gilang melihat Dimas yang berada di belakang Putri, raut wajahnya menjadi datar, dia hanya menganggukan kepalanya dan berkata “Masuk, masuklah.”
“Tidak boleh masuk!”
Dimas belum melangkahkan kakinya, Indah bergegas menuju pintu, matanya masih bergelimang air mata, “Keluar! Keluar!”
“Semua ini karena kamu, Putri menjadi bahan lelucon sekota Malang, kamu lah yang menghancurkannya!”
“Pergi kamu! Enyahlah!”
Indah berteriak sambil menangis, dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa Dimas adalah menantunya.
Kalau Dimas itu benar-benar baik, dia bisa saja menerimanya.
Tapi kenyataannya?
Dimas lebih tua 10 tahun dari Putri, tidak punya apa-apa, gelandangan pula!
Dia tidak bisa merasa lebih malu lagi!
Dimas tidak mengatakan apa-apa, dia membalikan badannya hendak pergi, tapi Putri malah menarik tangannya.
“Ibu, biarkanlah dia masuk.”
Jika membiarkan Dimas pergi sekarang, Fajar bisa saja menyuruh orang untuk membunuhnya.
Dimas memukul Fajar demi dirinya, Putri tidak bisa membiarkannya begitu saja.
“Putri, dia….”
“Dia sekarang… adalah suamiku.”
Putri mengigit bibirnya, memanggilnya dengan sebutan suami, sebutan ini terasa begitu asing dan berduri, yang terus menusuk hatinya.
Dengan bibir bergetar, Indah menggelengkan kepalanya dan berkata : “Aku tidak peduli lagi!”
Dia langsung kembali ke kamar, dan membanting pintu kamarnya.
“Masuklah.”
Putri berkata dengan lembut.
Dimas menganggukkan kepalanya dan melangkah masuk ke rumah yang bisa dibilang tidak begitu besar.
Keluarga Lesmana termasuk keluarga terpandang di kota Malang, namun rumah keluarga Putri bisa dibilang lebih buruk daripada rumah orang biasa.
“Ikut aku.”
Putri membawa Dimas ke kamarnya takut kalau Indah akan mengusirnya lagi.
Kamarnya tidak besar, namun tertata dengan rapi.
Putri mengeluarkan selimut dari lemari, juga mengeluarkan tikar dan menggelarkannya di lantai, dia terdengar kelelahan.
“Kamu jangan kemana mana untuk sementara waktu, Fajar tidak akan membiarkanmu, menetaplah dulu, setidaknya dia tidak akan berani macam macam disini.”
Putri menatap Dimas, sebenarnya dia masih tidak percaya kalau dia sudah bersuami.
“Seterusnya, kamu tidur di lantai, dan aku tidur di ranjang, mari tidak mengganggu satu sama lain, apakah ada masalah?”
Dimas tidak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya.
Dimas tahu kalau Putri tidak mengingatnya, apalagi sampai menyukainya, bisa jadi malah membencinya, karena dia tiba-tiba menjadi suaminya.
Tapi Putri benar-benar sangat baik hati, karena khawatir Fajar akan menyakiti Dimas, meskipun dirinya sendiri teraniaya dan tersakiti, tapi dia masih mau menerima dan melindungi Dimas.
Anak perempuan ini, sudah dewasa pun masih tetap begitu baik hati.
Dimas bimbang dan memikirkan untuk mengeluarkan kertas permen miliknya, tapi dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya.
Mereka tidak mengatakan sepatah katapun, suasananya begitu canggung.
Tiba tiba, ponsel Putri berdering.
Raut wajahnya menjadi pucat.
“Putri, mulai hari ini, kamu tidak perlu lagi datang ke perusahaan Lesmana untuk bekerja!”
Fajar menelepon dengan arogan, “Hmm, ayahku sudah memecatmu! Kalian sekeluarga bersiaplah untuk mati kelaparan!”
Fajar langsung mematikan panggilannya.
Putri mencoba mencerna apa yang baru dia dengar.
Dia dipecat?
Karena meminta Dimas memukul Fajar?
Sejak kecil, Fajar juga tidak jarang mengganggu dia, tapi apa bajingan itu pernah dihukum?
Putri sangat teraniaya, dia ingin menangis.
Dimas melihatnya dengan tatapan heran.
Apakah Fajar ingin mati?