Bab 4 Bosnya Bos
Dimas melihatnya dengan tatapan heran.
Apakah Fajar ingin mati?
Secepat ini sudah balas dendam ke Putri.
“Aku yang memukulnya, ini tidak ada kaitannya denganmu.”
Dimas langsung berkata lagi, “Aku akan mengurusnya.”
“Jangan.”
Putri menggelengkan kepalanya, matanya memerah, “Kamu jangan cari dia, dia bisa saja membunuhmu.”
Bajingan ini kejam dan sadis, dia tidak mungkin membiarkan Dimas begitu saja.
“Lalu, masalah ini jangan beritahu ayah dan ibuku, kalau tidak, mereka pasti akan mengusirmu.”
Jika Dimas ada dirumahnya, setidaknya Fajar tidak akan menghampirinya kemari, tapi kalau sampai Dimas diusir dari sini, Fajar pun pasti tidak akan membiarkannya.
“Hanya sebuah pekerjaan, bisa dicari lagi.”Putri memaksakan senyuman di wajahnya.
Selesai berbicara, dia menarik nafasnya dalam dalam sambil menyusun resumenya.
Dimas diam tak bersuara, menghadapi wanita baik hati ini, dia tidak bisa berkata apapun.
Yang bisa dia lakukan hanya membuat orang orang yang menyakiti wanita ini merasakan akibatnya.
Dimas mengeluarkan ponselnya, dia mengirim sebuah pesan, sangat singkat, tapi auranya begitu membunuh.
……
Fajar merasa sangat berpuas hati sekarang.
Bila dia berhasil menyelesaikan beberapa proyek ini, maka statusnya di keluarga Lesmana akan lebih terpandang lagi.
Kedepannya, menjadi pewaris dari keluarga Lesmana bukan lagi masalah.
Dengan tangan yang masih terperban, dia membawa kontrak kerja sama menuju perusahaan Cakrawala.
“Saya mencari Tuan Budi, saya datang untuk menanda-tangani kontrak kerja sama.”
Dengan kepala terangkat, Fajar berjalan menuju ke meja resepsionis, dia tersenyum bangga.
“Halo Pak, maaf sebelumnya, apakah Bapak sudah membuat janji temu?”“Saya
Fajar, manajer dari perusahaan Lesmana, proyek ini sudah dinegosiasikan sejak lama dengan Pak Budi, hari ini saya datang untuk tanda tangan kontrak kerja sama.
Fajar merasa kesal, hanya penerima tamu saja begitu banyak tanya.
“Maaf sekali Pak, tapi tanpa janji temu Pak Budi tidak mau menemui siapapun.”
Resepsionis itu tersenyum kaku.
“Saya sudah bilang, saya ini manajer dari perusahaan Lesmana!”
“Maaf, saya hanya mengenal Ibu Putri dari perusahaan Lesmana, Pak Budi sudah pernah berpesan kalau yang datang Ibu Putri, boleh langsung diantar ke atas, dia tidak akan menemui orang lain selain Ibu Putri.”
“Kamu!”
Seketika Fajar menjadi marah.
Apa artinya ini?
Sehebat itukah Putri?
Kalau Putri yang datang akan langsung diantar ke ruangan, sedangkan dia bahkan tidak perbolehkan untuk bertemu dengan Pak Budi? Atas dasar apa!
“Ini adalah proyek besar, kalau sampai batal, apakah kamu bisa mempertanggung jawabkannya!”
Fajar mengibaskan tangannya. “Saya malas berurusan denganmu, saya akan naik sendiri!”
Baru saja dia melangkah , tiba-tiba terdengar suara yang berwibawa.
“Hanya kehilangan sebuah proyek kecil, bukan masalah besar bagi saya Budi Cakrawala!”Pak Budi sudah tiba!
Fajar langsung merubah raut wajahnya, sambil tersenyum dia segera mengelak : “Pak Budi, jangan begitu, tadi saya hanya bercanda!”
“Proyek ini mungkin kecil bagimu, tapi bagi kami perusahaan Lesmana, ini merupakan proyek besar!”
Dia panik dan segera berjalan kearah Pak Budi, dengan penuh rasa hormat, “Saya sudah membawa kontrak kerja samanya kemari Pak, apakah…”
“Sejak kapan saya berkata saya akan menandatangani kontrak dengan perusahaan Lesmana?”
Pak Budi mengerutkan keningnya.
Fajar terkejut.
Dia bertanya dengan kebingungan, “Bukankah Putri sudah menegosiasikannya dengan Bapak?”“Benar, saya dan Putri sudah sepakat untuk kerja sama, kalau mau tanda tangan juga harus dengan Putri, kamu siapa?”
Fajar lebih kesal lagi.
Jelas jelas dia cucu tertua keluarga Lesmana, manajer dari perusahaan Lesmana, Pak Budi malah menanyakan siapa dia?
“Saya…”
“Saya tidak peduli kamu siapa, kontrak ini hanya akan saya tanda tangani dengan Putri.”
Pak Budi memalingkan wajahnya, belasan pengawal langsung datang menghampiri, “Orang lain tidak memenuhi persyaratan untuk membahas ini denganku, silahkan antar keluar!”
“Pak Budi, Pak Budi!”
Fajar panik.
Kalau sampai proyek ini batal, dia bisa dipukuli habis-habisan dirumah!
Bagi Pak Budi, ini mungkin hanya proyek kecil, tapi bagi keluarga Lesmana, ini adalah proyek yang bisa mengubah nasib!
“Kenapa, mau membuat keributan?”
Pak Budi menoleh kearah Fajar, raut wajahnya seketika berubah , “Usir dia!”
Tanpa menunggu reaksi dari Fajar, belasan pengawal itu langsung menyeretnya keluar.
“Aduh!”
Fajar meronta kesakitan.
Dia tidak pernah merasa begitu terhina, lebih tidak pernah diusir langsung seperti ini!
“Putri! Kamu benar-benar!”
Wajah Fajar memerah, ditambah lagi orang orang disekitar menatapnya dengan aneh, membuatnya merasa lebih jengkel lagi , “Kelihatannya kamu dan Pak Budi ini sudah bersekongkol ya!”
Kalau tidak, kenapa Pak Budi hanya bersedia tanda tangan kontrak dengan Putri saja, bukan dia?
Sekarang, Putri sudah dipecat, mau bagaimanapun, masalah ini tidak bisa dikaitkan lagi dengannya.
Sekarang sudah jadi seperti ini, harus bagaimana?
Fajar merasa sangat kesal, dia hanya bisa memegang kontrak itu dan segera mencari ayahnya, Guntur.
Di saat yang bersamaan, Pak Budi sedang tersambung dengan seseorang di telepon.
“Bos Rangga, saya sudah melakukan sesuai dengan instruksi Bos Rangga, sebenarnya saya sangat penasaran orang sehebat apa yang bisa mempekerjakan Bos Rangga?”
Wajahnya penuh dengan ekspresi hormat, dia bertutur dengan begitu santun, sungguh berbeda dengan Budi Cakrawala yang dihadapi oleh Fajar!
“Dia, dia adalah bosku, dia tidak mempekerjakanku, saya hanya membantunya, mengerti?”
Suara dari balik telepon itu berhasil membuat badan Budi bergetar hebat, dia langsung menganggukan kepalanya dan berkata : “Saya mengerti!”
Bos Rangga saja sudah sangat hebat, bagaimana lagi dengan bosnya Bos Rangga, semenakutkan apa orang itu?
Dia bahkan tidak berani membayangkannya!
“Budi Cakrawala, apakah kamu merasa, selama 5 tahun ini segala sesuatu yang kamu dapatkan di kota Malang, adalah pemberianku?”
Rangga bertanya kepadanya.
Budi dengan panik berkata : “Kalau bukan karena Bos Rangga yang membantu saya, saya Budi Cakrawala hanyalah seorang preman jalanan, bagaimana mungkin saya bisa menjadi seperti sekarang ini.”
“Kamu pikirkan lagi.”
Rangga terus berkata.
Budi tercenggang.
Bukankah ini jawabannya?
Tapi memang benar semua ini berkat bantuan Rangga yang memberi beberapa petunjuk dan instruksi penting kepadanya sehingga dia berhasil dalam memenangkan beberapa proyek penting, dan mengembangkan semuanya dengan sukses sampai hari ini.
Tanpa instruksi dari Rangga, Budi tahu dia tidak mungkin bisa mendapatkan semua ini.
Dia berkata dengan takut takut : “Apakah itu, bosnya Bos Rangga?”
“Pintar juga.”
Rangga berkata lagi , “Satu kalimat darinya bisa memberimu segalanya, sama halnya juga, satu kalimatnya bisa merampas semua yang kamu miliki sekarang, kamu mengerti maksudku kan.”
“Mengerti!” Budi sontak menjawab , “Terimakasih atas petunjuknya Bos Rangga, saya Budi Cakrawala pasti akan melakukan bagian saya dengan baik!”
Tanpa basa basi, Rangga langsung menutup telepon.
Kedua kaki Budi masih terasa lemas, dia terduduk di sofa dan menarik nafas panjang.
Keningnya dipenuhi dengan keringat dingin.
Ternyata orang dibalik semua ini, adalah bos dari bos Rangga, berkat petunjuknya lah baru ada Budi Cakrawala yang sekarang ini.
Betapa menakutkan kekuasaan yang dimiliki olehnya.
Setelah beberapa waktu barulah dia menjadi lebih tenang, tapi keterkejutannya masih belum memudar.
Dalam benaknya, sosok bos dari Bos Rangga, hanyalah sebuah bayangan, tapi bayangan itu saja sudah cukup membuatnya tertunduk penuh hormat!”
“Kalau dipikir pikir, Putri dan Bos ini ada hubungannya, kalau begitu ayah dan anak dari keluarga Guntur Lesmana ini tinggal menunggu ajal!”
Pak Budi menarik nafas dalam dalam, mencoba menenangkan dirinya.