Bab 5 Merendahlah saat meminta bantuan!
Rumah Keluarga Guntur.
Aditya sedang duduk menikmati tehnya, dia datang khusus untuk proyek ini.
Aroma gaharu di samping, terasa begitu memikat.
“Ayah, kerjasama dengan pihak Cakrawala ini sangat penting bagiku.”
Guntur menuangkan teh sambil berkata.
“Tentu saja, kita, keluarga Lesmana akan segera menjadi lebih terpandang lagi.”
Aditya berkata dengan bahagia, “Lalu, bagaimana kelanjutan dari proyek ini?”“Tidak ada masalah, hari ini Fajar pergi untuk menanda tangani kontrak kerja sama.”
Guntur berkata , “Cucumu ini, tidak akan pernah mengecewakanmu.”
Aditya mengangguk dengan puas.
Putra-putra keluarga Lesmana sungguh membanggakan.
“Ayah!”
Fajar menerobos dengan raut wajah yang tidak terlihat bahagia.
Begitu melihat Aditya, tiba-tiba dia tidak berani berkata apa apa.
“Baru saja kami membicarakanmu.”
Guntur melambaikan tangannya, “Kakek ingin mengetahui kelanjutan proyek dengan perusahaan Cakrawala, apakah kontraknya sudah ditanda tangani?”
Fajar melirik kearah Aditya, dia terbata-bata karena gugup.
“Proyek ini….”
Melihat Fajar terbata-bata, raut wajah Guntur berubah menjadi serius, dia mempunyai firasat buruk.
“Saya sudah kesana, tapi hari ini Pak Budi sedang tidak ditempat, dia memintaku untuk datang lagi besok.”
Fajar berkata sambil menundukkan kepalanya.
Kalau Kakek sampai tahu kalau dia sudah mengacaukan proyek ini, dia bisa dibunuh!
Pak Budi ini terlahir sombong, dia sulit ditebak, kalau dia memintamu untuk menunggu satu hari lagi, maka ikuti saja dia.”
Aditya berkata sambil tersenyum kecil.
“Ya, Kakek, saya akan mendengarkanmu.”
Fajar hanya bisa terus menundukkan kepalanya.
Tapi Guntur menyadari ada sesuatu yang salah.
Tapi dia tidak mengatakan apapun, dia akan menunggu sampai Tuan Besar Aditya pulang baru menanyakannya kepada Fajar.
“Apa yang sebenarnya terjadi!”
Dia bertanya dengan marah, “Kalau kamu berani berbohong padaku, aku akan menghabisimu!”
“Ayah!”
Fajar merasa teraniaya, “Ini tidak ada hubungannya denganku!”
“Ini gara-gara Putri!”
Dia berkata dengan kesal : “Pak Budi, dia berkata, dia hanya akan menandatangani kontrak dengan Putri, selain Putri, siapapun tidak berhak menemuinya, saya langsung diusir keluar oleh mereka!”
Mendengar hal ini, raut wajah Guntur menjadi buruk.
Anak dari Guntur Lesmana, diusir keluar ?
“Pasti Putri itu ada apa-apanya dengan Budi, kalau tidak, bagaimana bisa jadi seperti ini?”
Fajar mengeluh.
“Budi Cakrawala itu mengatakan, kalau bukan Putri yang datang, dia tidak akan menandatangani kontraknya, dia tidak peduli kalau proyek ini batal sekalipun.”
Dia boleh tidak peduli, tapi ini sangat penting bagi keluarga Lesmana!
“Apakah dia tahu seberapa banyak yang sudah diinvestasikan oleh keluarga Lesmana untuk proyek ini?”
Guntur berkata dengan raut wajah muram, berharap dia bisa menghabisi putranya sendiri, “Kalau proyek ini sampai batal, aku tidak akan menghabisimu, kakekmu sendirilah yang akan menghabisimu!”
Raut wajah Fajar berubah menjadi pucat.
“Bagaimana ini?”
ia menjadi panik.
Dia kira dia bisa menikmati hasil jerih payah orang lain begitu saja, tidak disangka malah menjadi bumerang untuknya.
“Bagaimana?”
Guntur mengamuk , “Siapa yang menyarankan untuk memecat Putri sekarang juga! Sekarang proyek ini terancam batal, tamatlah riwayat kita!”
Fajar terdiam tak berani menjawab.
Jelas jelas kamulah yang memecat Putri, kan kamu presidennya.
“Kamu cari Putri, dan selesaikan masalah kontrak ini sekarang juga!”
Guntur minum sambil berkata , “Setelah masalah kontrak selesai, baru usir dia lagi!”
“Apakah dia mau?”
Fajar bertanya dengan hati-hati.
“Telepon dia sekarang juga!”
Fajar langsung melakukan sesuai perintah Guntur, dia tidak berani membangkang.
Dia segera mengeluarkan ponselnya, dan menghubungi Putri, tapi tidak ada yang mengangkat telepon.
Saat ini Putri tidak ingin berbicara dengan mereka.
“Ayah, dia tidak mengangkat telepon, bagaimana ini?”
“Bagaimana?”
Guntur tertawa sinis , “Sepertinya bocah ini mencoba jual mahal, sepertinya kita harus langsung mendatanginya dan memohon.”
Kalau bukan karena proyek ini sangat penting, dia bahkan tidak ingin menemui tiga manusia dari keluarga Gilang lagi.
Tidak, masih ada menantu sintingnya, empat sekeluarga.
Sekarang, Putri sudah tidak berhak atas warisan keluarga Lesmana, dia malas untuk berurusan dengan sampah sampah itu.
Namun sekarang, dia tidak bisa mementingkan hal itu.
Guntur segera menarik Fajar ke mobil, menuju ke rumah Putri.
Tidak lama, mereka segera sampai di Desa Jatimulyo.
Melihat area sekelilingnya, Guntur mengerutkan keningnya, dia berjalan dengan hati-hati, takut akan mengotori celananya.
“Ini rumahnya.”
Fajar menunjuk ke sebuah pintu.
Mereka tidak pernah menginjakkan kaki di tempat seperti ini.
Walaupun keluarga Lesmana kaya, tapi seluruh kekayaan itu ada di tangan Aditya, anak-anaknya hanya mengandalkan gaji dan bonus mereka dari perusahaan Lesmana.
Tapi semenjak Gilang menjadi lumpuh, dia tidak bisa lagi bekerja, keuangannya pun memburuk, saat ini memiliki rumah untuk ditinggali pun itu berkat belas kasihannya Aditya.
“Tok tok tok!”
Fajar mengetuk pintu dengan keras.
“Ya sebentar! Ada keperluan apa sampai mengetuk pintu begitu kerasnya!”
Suara Indah terdengar dari balik pintu.
Dia membuka pintu, dan tercengang melihat ayah dan anak Guntur-Fajar, ada didepannya.
Raut wajahnya langsung berubah menjadi serius kala itu juga.
“Untuk apa kalian kemari!”
“Kami datang mencari Putri.”
Guntur berbicara dengan santai, dan langsung melangkah masuk ke rumah , “Dimana dia?”
“Dia tidak dirumah!”
Indah tidak sungkan lagi pada mereka, “Ada urusan apa kalian mencarinya?”
“Putri Lesmana!”
Guntur tidak menghiraukan Indah, dan langsung berteriak , “Pamanmu datang, apakah kamu tidak mau keluar dan menyapa sebentar.”Didalam kamar, terdengar suara Guntur, Putri tidak menyangka mereka akan mendatangi ke rumah.
Bahkan ketika Gilang menjadi lumpuh, selama bertahun tahun, Guntur bahkan tidak pernah datang menjenguk, hari ini untuk apa mereka kemari?“Ayo, kita keluar.”
Dimas meraih tangan Putri, dan menariknya keluar dari kamar.
Melihat Putri keluar dari kamar, Guntur langsung tertawa.
“Putri, apakah kamu benar-benar marah pada paman?”Putri hanya diam tanpa kata.
“Perusahaan memecatmu merupakan sebuah kesalah pahaman.”
Raut wajah Guntur seolah tidak terjadi apa-apa, “Sekarang perusahaan menginginkanmu kembali, dan menyelesaikan masalah kontrak dengan Budi Cakrawala, kalau kamu benar-benar ingin meninggalkan perusahaan, kamu harus membereskan masalah kontrak ini dulu.”
Mendengar hal ini, Putri sangat kesal hingga tubuhnya bergetar.
Saat mereka merasa tidak lagi membutuhkannya, mereka langsung memecatnya.
Sekarang, mereka membutuhkannya, bahkan sampai mendatangi ke rumah untuk mencarinya.
Mereka anggap apa aku ini?
Peralatan!
Setelah selesai dipakai maka dapat dibuang begitu saja!
Indah yang ada di samping pun segera mengerti.
Ternyata, ayah dan anak keluarga Lesmana ini memecat putrinya, dia pun belum mengetahuinya.
“Kak, apa maksudmu, kamu menganggap Putri itu apa? Kamu anggap apa keluarga kami ini!”
Indah tidak bisa menahan emosinya.
“Tante, kalian sekeluarga ini benar-benar tidak ada apa-apanya.”
Kata Fajar dengan nada menghina, “Setidaknya saat ini, Putri sedikit berguna, kalau tidak aku tidak akan repot-repot datang ke rumah lusuhmu ini.”
“Kamu…”
Indah geram , dia mengangkat tangannya dan hendak menampar Fajar.
“Coba saja!”
Guntur bersuara, “Kamu kira wanita tua sepertimu ini punya hak untuk menyentuh anggota keluarga Lesmana?”
Indah mengigit bibirnya, dihina wanita tua benar-benar memalukan!
“Piak!”
Tiba-tiba terdengar suara pukulan lagi.
Fajar benar-benar tidak percaya, Dimas berani memukulinya lagi!
“Menghina Ibu mertuaku, siapa yang memberi kalian keberanian semacam ini?”
Dimas melangkah ke depan dengan tenang, “Kalau mau memohon bantuan orang, bukankah seharusnya kamu bersikap rendah diri, apakah ayahmu tidak pernah mengajarimu?”