Bab 10 Tercengang!
Pak Budi sudah sampai!
Mobil mewah berbaris depan belakang mengawal sebuah mobil Bentley, sangat mengagumkan.
Di Kota Malang, nama Budi Cakrawala sangat berpengaruh, bisnis dan perusahaannya tak terhitung lagi, bisa dibilang dia adalah salah satu dari 3 orang terkaya.
Yang lebih mengejutkan lagi, dari Budi Cakrawala yang tidak memiliki apapun, hanya memerlukan waktu 5 tahun untuk mencapai titik dia berada sekarang.
Bekerja sama dengan dia itu sudah pasti membawa keberuntungan.
Perusahaan Lesmana sudah menginvestasikan begitu banyak hal untuk proyek ini, Putri pun sudah bekerja keras selama setengah tahun terakhir, bekerja lembur setiap hari.
Tahap negosiasi sudah selesai, hanya tinggal tanda tangan kontrak saja.
Siapapun tidak menyangka, Pak Budi yang terkenal akan tempramennya, hari ini mengajukan diri untuk mendatangi perusahaan Lesmana untuk menanda tangani kontrak.
“Pak Budi!”
Guntur sudah bersiap menunggu didepan pintu.
Melihat mobil Pak Budi terhenti, dia langsung berjalan ke depan untuk menyambutnya , “Selamat datang, selamat datang!”
Pak Budi hanya tersenyum kecil dan memeriksa sekitarnya.
“Dimana Nona Putri?”
Guntur tidak memberitahu Putri kalau Pak Budi akan kemari untuk tanda tangan kontrak hari ini.
Dia dan petinggi perusahaan lainnya saja yang menunggu kedatangan Pak Budi di depan pintu.
“Eh, hari ini Putri agak sibuk, tidak sempat datang menyambut Pak Budi, maka saya sebagai direktur yang langsung menyambut Bapak.”
Guntur menunjukkan raut wajah serba salah.
Beberapa petinggi yang mendengar hal itu menjadi semakin jengkel lagi.
Putri, sibuk?
Sibuk apanya!
Dia sekarang tidak mengurus pekerjaan apapun, entah sekarang sedang apa diruangan barunya bersama suami gelandangannya itu.
Malah harus Presiden Direktur dan petinggi perusahaan yang turun untuk menyambut tamu.
Saat ini mau mengelak pun sudah tidak bisa lagi!
Awalnya mengira Pak Budi akan marah, namun tidak disangka dia hanya menganggukan kepalanya, tidak terlihat ada ketidakpuasan di wajahnya.
“Sepertinya rumor kalau Putri dan Pak Budi memiliki hubungan khusus itu benar ya.”
“Jadi wanita itu memang lebih menguntungkan ya, yang penting cantik, tinggal membuka kaki, proyek seperti apapun pasti bisa dibicarakan, berbeda dengan kita yang mati-matian!”
“Putri ini benar-benar sangat sembrono, apakah dia pikir perusahaan Lesmana itu miliknya?”
Presiden Direktur saja sampai menunggu dibawah matahari untuk menyambut tamu, dia seenaknya saja duduk santai di ruangan berAC miliknya itu!
Beberapa petinggi bertukar pandang, dalam hati mereka sedang mengutuk Putri.
Tapi bagi Pak Budi, seperti ini akan lebih baik.
Kalau sampai Putri keluar untuk menyambutnya, bisa-bisa dia ketakutan!
Bahkan orang penting seperti Bos Rangga saja tidak diperlakukan khusus, dia yang kecil ini, mana berani meminta Putri untuk menyambutnya?
“Silahkan!”
Guntur mempersilahkan.
Sebaris orang ini berjalan masuk ke perusahaan, menaiki lift menuju ruangan atas.
Kabar ini tersebar begitu cepat di perusahaan.
Pak Budi Cakrawala yang hebat datang menandatangani kontrak, Putri tidak ikut menyambut malah membiarkan Presiden Direktur dan petinggi lainnya yang menunggu dibawah terik matahari.
Sangat keterlaluan!
Sombong sekali dia!
Memalukan!
Mengandalkan hubungannya dengan Pak Budi, dia menjadi serta merta!
Hanya dalam waktu singkat, para karyawan menjadi sangat marah dan kesal, bahkan mencaci maki Putri dengan kejam dibelakangnya.
Begitu rendahan, menjijikan….. Beberapa staff yang lewat didepan kantornya Putri bahkan diam-diam meludah.
Semua orang memusuhi Putri dalam hati, diam-diam bersumpah mereka tidak akan dekat-dekat dengan wanita jalang itu.
Wanita ini sangat pandai berakting!
Guntur memimpin jalan, sambil menjelaskan keadaan perusahaan Lesmana dan sambil menarik simpati dengan menunjukkan rasa hormatnya kepada Pak Budi.
Merupakan pemain lama di dunia bisnis, cara bertutur Guntur patut diancungi jempol, dia bisa membuat lawan bicaranya merasa seolah sedang terbang diatas langit.
Tapi, pikiran Budi tidaklah terfokus padanya.
Raut wajahnya acuh tak acuh.
“Pak Budi, ruang meetingnya ada disini, silahkan.”
Guntur tersenyum , “Saya sudah meminta seseorang untuk menyiapkan kontraknya, duduklah dulu Pak, saya akan panggilkan Putri kesini.”
Pak Budi ini benar-benar hanya akan tanda tangan kalau dengan Putri. Cih.
Padahal sebelumnya juga tidak pernah terdengar rumor kalau mereka ada hubungan khusus.
Dan lagi, orang seperti Budi, mau wanita seperti apa tinggal cari toh?
Beberapa petinggi menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Tidak, tidak.”
Pak Budi tiba-tiba mengelengkan kepalanya, “Mana berani saya meminta Nona Putri untuk menemui saya, seharusnya saya yang mendatangi dia.”
Mendengar hal ini, Guntur tercengang.
Beberapa petinggi pun ikut tercengang, situasi macam apa ini?
Apakah Pak Budi tersinggung, dan mengatakan hal sebaliknya?
Pasti, pasti dia tersinggung, iyalah, siapapun pasti akan tersinggung kalau berada di posisinya, apalagi Putri juga hanya seorang karyawan biasa di perusahaan Lesmana.
Kalaupun benar Putri dan Pak Budi memiliki hubungan khusus, dia mempermalukan Pak Budi didepan semua orang bukankah sama saja dengan menggali kuburan sendiri?
Sampai disitu saja, orang orang disekitar sudah tidak tahan untuk tertawa remeh lagi.
“Pak Budi, ini….”
Guntur sengaja menunjukkan raut wajah penyesalan , “Pak Budi, Putri masih muda, dia masih tidak mengerti apa-apa, tolong Bapak jangan tersinggung ya.”
Dia sengaja berkata seperti ini agar Pak Budi menjadi lebih marah lagi, kalau proyek ini sampai batal karena Putri, habislah mereka sekeluarga!
“Dimana Nona Putri?”
Pak Budi melambaikan tangannya sambil mengernyitkan keningnya, dia menarik tangan Guntur menghentikan omong kosongnya, “Tunjukkan jalan!”
Tatapan dari Guntur membuat beberapa petinggi bangkit berdiri dan memimpin jalan.
“Pak Budi, sebelah sini, silahkan!”
Pasti Pak Budi marah !
Melihat raut wajahnya saja sudah tahu, begitu serius!
Putri, habislah kamu.
Sebarisan orang melangkah cepat menuju kantor Putri, kabar ini terdengar diseluruh gedung, membuat orang-orang menjadi semakin penasaran.
Semua orang mencoba mencari alasan, mengantar dokumen, mencari orang, semua menuju ke lantai dimana kantor Putri berada.
Mereka ingin lihat, Putri yang begitu arogan akan berakhir seperti apa!
Di waktu itu juga.
Putri duduk tidak tenang di kantornya.
Ruangan yang begitu mewah, benar-benar tak terpikirkan olehnya.
Ditambah lagi, semua ini disiapkan oleh Guntur untuknya.
Dia tidak bisa tidak mencurigainya.
“Dimas, menurutmu, apa sebenarnya yang direncanakan oleh Paman?”
Putri bertanya cemas , “Entah kenapa saya merasa ada yang aneh.”
Dimas yang duduk di sofa berkata dengan santai : “Iya, memang ada yang aneh sih.”
“Kantor ini tidak memenuhi persyaratanmu, kamu berhak mendapat lebih.”
Putri kebingungan tanpa kata.
Kantor mewah ini, tidak sebanding denganku, Dimas seleramu itu setinggi apa?
Kamu sebelumnya hanya seorang gelandangan saja.
Tidak sempat menjawab, tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu.
“Silahkan masuk.” Putri bersuara.
Diluar ada seorang petinggi yang mengernyitkan kening, seolah tidak puas.
Putri bahkan tidak membukakan pintu untuknya?
Dia membuka pintu sambil berdehem dingin, tamatlah riwayatmu, Putri.
“Pak Budi, Nona Putri ada didalam kantornya, seorang petinggi biasa seperti saya sepertinya tidak punya hak untuk masuk ke dalam.”
Nada bicaranya terkesan menyindir.
Dia mengira dirinya berbagi perasaan tidak suka yang sama dengan Pak Budi.
Tapi tak disangka, Pak Budi meliriknya sambil berkata : “Tentu saja kamu tidak pantas.”
Tanpa menunggu reaksi dari orang sekitar, Pak Budi seperti menjadi orang lain, dia membungkukkan badannya, merekahkan senyuman di wajahnya, dengan segala rasa hormat dia berjalan ke dalam!
“Nona Putri, saya Budi yang bukan siapa-siapa ini datang menganggu waktu Anda, saya harap Anda tidak marah!”
Nada bicaranya seolah sedang berbicara dengan petinggi negara saja!
Petinggi tadi terdiam, tertegun seperti balok kayu!
Guntur tidak kalah kaget, tenggorokannya seperti tersumbat, sepatah katapun tidak bisa keluar dari mulutnya.
Dan karyawan yang ada disekitar pun ikut tercengang.
Ini….. Sebenarnya ada apa ini?