Bab 13 Saya yang beli
Putri berlari kearah kasir, terdengar suara pencetakan invoice!
“Nona, totalnya 1 Milliar 70 Juta Rupiah, kami akan membantumu mengurus surat-surat, ada sedikit hadiah seperti sticker dan voucher isi minyak.”
Karyawan baru itu sangat senang, tidak disangka baru kerja tidak lama dia sudah berhasil menjual sebuah mobil.
Untuk berhasil menjual 1 unit BMW sungguh bukan hal yang mudah.
Dia mengembalikan kartu ATM dan invoice pembelian dengan sopan kepada Putri, suaranya sampai sedikit serak : “Ini kartu ATM dan invoicenya, kami akan membantumu mengajukan plat sementara, mobilnya juga akan segera kami siapkan.”
Putri tercengang, benar-benar tercengang.
Dia tidak mengira karyawan ini kerjanya cepat sekali, lebih tidak habis pikir lagi, didalam kartu ATM Dimas ada uang sebanyak itu!
1 Milliar lebih!
Langsung gesek saja?
Dia bekerja keras selama 2 tahun, baru berhasil menabung tidak sampai 100 juta, Dimas, dia yang seorang gelandangan, dari mana uang sebanyak ini.
Putri berjalan kearah Dimas, dia menatap Dimas dengan tatapan bingung dan heran.
Dia masih tidak habis pikir, kalau mobil ini sudah mereka beli.
Bukan hanya Putri, beberapa karyawan yang berada di kejauhan pun merasa menyesal, jelas-jelas mereka yang melihat Dimas terlebih dahulu, tapi karena merendahkannya dan malas meladeninya, jadi karyawan baru yang mendapat rezeki ini.
“Dia benar benar beli?”
Seorang karyawan tidak tahan dan bertanya kepada karyawan baru itu.
“Iya! Benar-benar beli!” kata karyawan baru itu dengan semangat, “Kartu ATM itu, bukan kartu ATM biasa, saya pernah melihat kartu semacam itu di internet, itu kartu ATM khusus yang hanya bisa didapatkan kalau membuka rekening semacam deposito, ada saldo minimalnya!”
100 milliar, atau 1 triliun?
Beberapa karyawan itu hanya bisa menelan ludah, menampar-nampar diri sendiri dalam benak mereka, rugi besar!
Karyawan baru itu tidak mempedulikan mereka, dengan terjualnya mobil ini, dia sudah bisa berfoya-foya setidaknya setengah tahun, dia bergegas pergi mengurus serah terima mobil, dan plat sementara.
Disitu, terlihat Putri yang cemberut, dia semakin tidak mengerti Dimas.
“Sebenarnya berapa banyak yang kamu sembunyikan dariku?”
“Tidak banyak kok, lain kali akan kuberitahu semuanya padamu.”
Dimas mengangkat bahunya kebingungan, bukankah hanya mobil 1miliar, kenapa Putri sampai sekesal ini.
“Duduklah, coba dulu mobilnya.”
Dia membukakan pintu mobil, menyuruh Putri untuk mencoba mobilnya.
Duduk di kursi seempuk ini, masih terasa seperti mimpi oleh Putri, sangat tidak nyata.
“Pak, ini plat sementara sudah berhasil diajukan, 2 hari lagi saya akan membantumu mengurus surat kendaraan dan plat asli, kalau sudah selesai bisa langsung diambil kesini, kalau ada butuh apa-apa, jangan sungkan untuk menelepon saya.”
Karyawan baru itu membungkukkan badannya, sambil meletakkan kartu namanya dengan segan diatas mobil.
“Sudah boleh dikendarai?”
Tanya Dimas.
“Boleh, Pak.”
“Lalu, motorku bagaimana?” tanya Putri yang tiba-tiba teringat akan motornya yang sudah menemaninya selama 2 tahun.
“Tidak butuh lagi.”
Dimas menjawab dengan malas sambil memasuki bangku pengemudi, bersiap-siap meluncur dengan mobil barunya.
Melihat Dimas dan Putri meninggalkan toko, wajah karyawan baru itu kembali tersipu malu, dia baru kali ini melihat orang yang begitu kaya.
Membeli BMW layaknya membeli sayur!
Terutama ekspresi Dimas yang kalem dan semena-mena, memancarkan aura om-om kaya yang begitu menggoda.
Beberapa karyawan lain hanya bisa menyesali akibat dari kelakuan mereka sendiri, mengukur seseorang dari cara berpakaiannya. Tau apa mereka ini!
Dimas menyetir, Putri duduk di kursi penumpang, dia tidak bisa menahan tangannya yang memegang lembut kulit yang melapisi interior mobil, sambil memikirkan cara menjelaskan semua ini pada orang tuanya.
Keluar dari rumah mengendarai motor, pulang malah berganti ke BMW?
“Dimas, kamu bukan orang biasa, kan?”
Sepolos apapun Putri, dia yakin tidak ada orang biasa yang semena-mena membeli mobil seharga 1 miliar.
“Bagaimana kamu bisa mempunyai uang sebanyak ini?”
“Kalau kamu sekaya ini, untuk apa kamu ikut acara pemilihan menantu keluarga Lesmana, tidak takut diolok-olok?”
Begitu banyak mengapa terlintas di benaknya.
“Apakah kamu pernah dengar soal Geng Pengemis? Kami Geng Pengemis ini kaya-kaya loh.” Lantur Dimas dengan santai.
Putri berpikir sejenak, lalu menyadari kalau Dimas sedang menggodanya.
“Serius dong!”
“Dokter bilang padaku, kalau lambungku kurang sehat, jadi hanya bisa makan nasi lembek, untuk itulah aku mencarimu.”
Dimas tertawa.
Putri sudah tidak mau bertanya lagi, dia tahu Dimas tidak akan berkata jujur, hanya dalam 2 hari saja, Dimas tidak berhenti membuatnya tercengang.
Dia tidak percaya, Dimas yang katanya gelandangan ini, menjadi suaminya hanya karena mau makan nasi lembek.
Tapi mengapa dia mau mau saja melakukan semua ini?
Desa Jatimulyo.
Putri dan keluarganya sudah tinggal disini selama 10 tahun, sejak Gilang mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan.
Di waktu bersamaan, Indah kebetulan sedang mendorong Gilang yang terduduk di kursi rodanya untuk berjemur matahari.
Dua orang ini seperti ada memikirkan sesuatu, tidak ada yang bersuara.
“Eh Indah, keluar berjemur juga ya.”
Dari kejauhan, bibi tetangga menyapa mereka, “Dengar-dengar Putri sudah menikah, menantu kalian tinggal bersama kalian ya?”
Nada bicara ini terdengar kurang mengenakkan di telinga.
Indah hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa.
Dirumahnya bertambah seorang menantu tak berguna, bukanlah hal yang bisa dibanggakan, hanya dalam waktu dua hari, seluruh desa sudah mengetahui hal ini.
Sungguh memalukan!
“Ayo pulang saja.” Gilang menarik nafas.
“Sudah mau pulang? Belum waktunya masak loh, berjemur dulu lah,” bibi tetangga itu mencoba menahan mereka, “Aduh kalian ini benar-benar, menyelenggarakan acara bahagia seperti ini, masa tetangga pun tidak diberitahu sih.”
“Menantumu orangnya gimana? Pasti sangat kaya kan!”
Keluarga Gilang ini, walau tidak semewah keluarga Guntur, tapi kan sama-sama berasal dari keluarga Lesmana.
Raut wajah Indah semakin muram : “Apa ada urusannya denganmu?”
Bibi tetangga mengernyitkan keningnya bingung.
“Kenapa marah? Bukankah hanya seorang menantu, masa tanya saja tidak boleh?”
Dia itu menanyakan pertanyaan yang dia sudah tahu jawabannya.
Acara yang digelar keluarga Lesmana begitu heboh, bagaimana bisa ada yang tidak tahu?
Putri begitu cantik, malah mendapatkan suami tak berguna, dengar-dengar dia tidak bekerja, dan lebih tua 10 tahun dari Putri!
Selera keluarga Lesmana ini gimana sih, sampai bisa memilih menantu yang seperti itu.
“Kamu….”
Indah menjadi jengkel, wajahnya merah padam.
“Bukannya saya mau ngatain kalian, tapi kalian yang jadi orang tuanya gimana sih, masa sembrono gini, bukankah lebih baik pria yang saya kenalkan kemarin itu?”
“Setidaknya dia pegawai negeri, bekerja dari jam 9 sampai jam 5, pekerjaannya stabil, saya berbaik hati mengenalkannya kepada kalian, kalian tidak mau, sampai sampai saya dimarahi orang, gimana sekarang, nyesal kan?”
Karena hal ini lah dia sengaja datang mengejek Indah.
Indah begitu marah, dia berbalik dan langsung pergi, tidak mempedulikan tetangga menyebalkannya itu.
“Kalian, cepatlah usir menantu tak berguna itu, nanti saya bantu carikan calon lagi ya?”
Bibi tetangga itu mengejar Indah, sambil menunjukkan senyuman puas di wajahnya.
“Bum bum----"
Tiba-tiba di waktu itu, ada sebuah mobil BMW yang memasuki kompleks perumahan, dan berhenti tepat didepan bibi tetangga, mobil itu begitu mengkilat, sampai hampir membutakannya.
Tidak menunggu lama, Putri dan Dimas keluar dari mobil.
“Ibu.”
Putri berseru.
Bibi tetangga itu terkejut.
“Ini, ini mobilmu?”
Wajahnya penuh ketidak percayaan.
Dia pernah melihat mobil seperti ini, mobil pengantin dipernikahan sanak saudaranya percis seperti ini, dengar-dengar harganya 1miliar, ekspresi sombong dari saudaranya itu masih belum dia lupakan!
Putri melihat bingung kearah Dimas, dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya, mobil ini yang beli Dimas, bukan dia.
“Saya membelikannya untuk Putri.”
Dimas membuka suara.
Tiba-tiba raut wajah bibi tetangga menjadi sedikit pucat, Dimas yang beli? Dia hanya seorang menantu yang tak berguna, bagaimana bisa dia mempunyai uang sebanyak ini!
“Dimas yang beli, katanya mengendarai motor sangat melelahkan, kena angin dan hujan.”
Putri tersipu malu.
Bibi tetangga itu merasa iri, hanya karena angin pagi yang dingin sampai membelikan mobil?
Kalau pun iya seperti itu, tapi masa sampai langsung membeli mobil semahal ini!