Bab 15 Hanya ada satu bos saja!
Gedung Perusahaan Cakrawala, lantai teratas!
Budi sedang berdiri menghadap jendela, sambil menelepon Bos Rangga, dia bahkan tidak berani duduk.
“Bos Rangga, perintah Bos sudah saya laksanakan.”
Budi bertanya lagi dengan penuh hormat , “Apakah ada yang bisa saya bantu lagi ?”
“Selanjutnya, kamu cukup ikuti perintah Bos saja, sebegitu urusan disini selesai, saya akan ke Malang.”
Budi tersentak, Bos Rangga mau kemari?
“Budi, kamu rasa mengapa saya menempatkanmu di kota Malang?”
Tanya Rangga santai.
Budi langsung paham maksudnya, itu karena Dimas!
Dimas mau datang ke kota Malang, maka segala sesuatunya perlu diatur dulu, dan untuk perlu seseorang yang membantunya mengatur semua itu!
5 tahun lalu, Dimas sudah merencanakan mau kesini?
“Dia itu orang yang sangat cerdas, jangan bilang saya tidak memperingatkanmu ya.”
Rangga berkata , “Jangan macam-macam, bekerjalah dengan benar, Bos tidak akan membuatmu mengalami kerugian apapun.”
Teleponnya pun langsung dimatikan.
Budi kembali menarik nafas dalam-dalam, dia tidak bisa menenangkan dirinya.
Dia tahu seberapa menakutkannya Rangga, maka karena itu dia sangat segan kepada Dimas, sebenarnya orang orang macam apa ini!
Mendengar ucapan Rangga, membuat Budi mengerti, kesempatannya datang, alasan keberadaannya, itu semua untuk membantu Dimas, segala sesuatu yang sudah disiapkan beberapa tahun ini, akhirnya sudah bisa dimulai.
“Tok tok tok.”
Pintu ruangannya diketuk, salah seorang bawahannya masuk.
“Bos.”
“Lain kali panggil aku Pak Budi!”
Budi mengernyitkan keningnya, dan berkata . “Mulai hari ini, di kota Malang hanya ada 1 bos!”
“Baik, Pak Budi, saya sudah melaksanakan sesuai yang Anda perintahkan.”
Budi menyipitkan matanya : “Pasti ayah dan anak dari keluarga Lesmana itu ya?”
“Fajar memberiku 1miliar, untuk mengetahui hubungan Anda dengan Nona Putri, jadi saya bilang, karena Anda memiliki hutang budi dengan Dimas, dan Anda membantu untuk membalas hutang budi Anda.”
Budi menganggukan kepala : “Oke, mengerti.”
Kalau dia berbagi masa sulit dengan Dimas, dia bisa saja mendapatkan jackpot terbesar dalam hidupnya.
Tapi sayangnya, dia tidak pantas.
“Ayah dan anak dari keluarga Lesmana itu sebaiknya berhati-hati, Bos mungkin tidak menaruh perhatian kepada mereka yang kecil itu, tapi saya juga tidak bisa membiarkan mereka yang kecil itu merusak suasana hati Bos!”
Budi segera memerintahkan , “Kalau ada apa-apa, langsung laporkan ke saya!”
“Baik!”
Dia samar-samar merasakan, kalau akan ada badai di kota Malang.
……
Dimas menyetir mengantarkan Putri menuju lokasi proyek barunya.
Keluarga Lesmana menginvestasikan begitu banyak hal untuk proyek ini, mereka sampai menyewa sebidang tanah untuk dijadikan pabrik baru untuk proyek ini.
“Ibu bicara apa padamu?”
Tanya Putri.
Dia menemukan Dimas dan Indah berbincang-bincang, dia tidak bisa tidak penasaran.
Dia sangat mengerti watak ibunya yang tangguh, meskipun dia teraniaya selama bertahun-tahun, tetapi dia tetap sangat sabar.
Namun kali ini, Aditya memaksa dirinya untuk menikah dengan seseorang yang dia pilih, Indah benar-benar tidak bisa menerima hal itu.
“Dia bilang saya lumayan juga.”
Kata Dimas , “Memujiku untuk tetap berusaha, kalau dia puas, maka dia akan benar-benar menikahkanmu padaku.”
“Sembarangan.”
Putri tersipu malu, wajahnya merona, dia tidak percaya.
Baru mengenal Dimas beberapa hari saja, masa Ibunya berkata seperti itu?
“Baik baik, aku tidak akan asal bicara.”
Dimas menoleh, melirik Putri, “Tapi dia benar-benar memperingatiku, kalau aku sampai berani mencelakaimu dia akan menghabisiku bagaimanapun caranya.”
Ini baru terdengar seperti ucapan Ibunya.
“Dimas, meskipun aku tidak tahu apa alasanmu berada di sisiku, tapi aku yakin, kamu tidak akan menyakitiku.”
Putri menghela nafas dalam , “Terimakasih ya.”
Dimas tak mengatakan apapun.
Yang seharusnya berterimakasih, adalah dia.
Dari kejauhan, terlihat segerombolan orang sedang berdiri didepan pintu pabrik, dan membuat onar.
Dimas menghentikan mobil, dan Putri segera berlari ke situ.
“Ada apa, kalian mau apa?” mandor pabrik panik.
Kontrak baru saja ditandatangani, dan proyek akan segera dimulai, bangunan pabrik harus segera diselesaikan, mengapa orang-orang ini malah datang membuat onar?
“Mau apa?”
Seorang pria yang tampak memimpin kelompok itu, memegang tongkat kayu di tangannya, “Tanah ini milik kami, kalian punya hak apa mau membangun pabrik disini?”
“Enyahlah sekarang, atau kau pun akan kupukuli!”
“Sembarangan, tanah ini sudah kami sewa, kontrak pun sudah kami tanda tangani, sejak kapan ini menjadi milik kalian?”
Putri benar-benar marah.
Kontrak itu dibahas dengan dirinya, dia sangat mengerti segala seluk beluknya.
“Kontrak kalian tidak sah!”
Pria itu mencibir, “Pokoknya, kalian tidak diperbolehkan untuk melakukan konstruksi disini, saya akan disini untuk menghalangi semuanya, pasir semen dan air, jangan harap bisa masuk kesini!”
“Kalian sangat keterlaluan!”
Putri langsung menoleh ke mandor proyek dan berkata , “Lapor polisi!”
“Lapor polisi?”
Pria itu berubah menjadi serius, “Brengsek, kamu berani lapor polisi? Teman-teman, hancurkan bangunan mereka!”
Dia benar-benar serius saat mengatakannya, dia mengayunkan tongkat di tangannya dan menabrak Putri!
Putri ketakutan sampai menjadi pucat, dia bahkan tidak tahu harus sembunyi.
Tidak disangka orang-orang ini menggila, begitu berkata akan menghancurkan pabrik mereka benar-benar melakukannya.
“Bam!”
Tiba-tiba, terdengar suara meredam,yang diikuti oleh teriakan.
Putri membuka matanya, Dimas sudah berada didepannya, menendang pria itu hingga dia tersungkur di tanah.
“Berani sekali kau memukul istriku?”
Dimas melihat sekitarnya , “Saya beri 10 detik, enyah sekarang juga!”
“Ah….” Pria itu merasa tulangnya patah, dia berteriak dalam kesakitan , “Bunuh dia!”
Disaat itu juga, belasan preman menerjang kearah Dimas!
“Dimas, hati-hati!”
Putri terkejut, tidak menyangka bakal jadi seperti ini.
Tapi sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, dia sudah kembali tercengang.
“Bam!”
“Bam!”
“Bam!”
Gerakan tangan Dimas begitu cepat, hingga tak kasat mata!
Tidak lebih dari 10 detik, belasan preman itu tersungkur di tanah, kalau bukan patah kaki ya patah tangan!
Semuanya mengerang kesakitan!
Beberapa mandor proyek ini terkejut sampai memucat!
Sangat menakutan!
Dimas berjalan kearah pemimpin preman itu, sambil menginjak ulu hatinya dan bertanya : “Siapa yang mengutusmu?”
“Kau….Kau berani-beraninya, aku ini Satria….”
Satria mengerang kesakitan, sambil mengertakkan giginya , “Bosku tidak akan mengampunimu!”
“Tidak ada kesempatan untuk itu.”
Dimas tidak pernah mengulang kalimat yang diucapkannya, dia mengerahkan kekuatannya di kakinya dan menginjak lebih kuat lagi, Satria berteriak kesakitan sebelum akhirnya pingsan.
Preman preman disekitarnya merasa begitu ketakutan!
Monster macam apa ini!
Kenapa menakutkan sekali?
Bahkan beberapa preman sampai mengompol dan gemetaran.
Dimas bahkan tidak mau melihat sampah-sampah itu, pandangannya tertuju kepada Putri, dan langsung berjalan menuju area pabrik.
“Nona, Nona Putri, apakah masih mau lapor polisi?”
Mandor proyek menelan ludahnya.
“Tidak usah, sampah seperti ini, tidak usah sampai merepotkan rekan polisi kita yang sibuk.”
Selesai berbicara, Dimas langsung menoleh dan mulai berhitung mundur, “10…9…8…”
Dia baru berhitung sampai 7, satu per satu preman yang patah kaki tangan itu terkejut bukan main, dan langsung berlarian.
“Cepat lari! Lari!”
“Menyebalkan! Dia benar-benar menyebalkan!”
“Tarik aku, bawa aku juga!”
Kalau tidak kabur dalam 10 detik, mereka yakin pria monster didepan mereka pasti akan menghabisi mereka!