Bab 16 Fitnah!
Raut wajah Putri berubah menjadi pucat.
Dia tidak pernah berada di situasi seperti ini.
“Kamu, kamu kenapa sangat pintar berkelahi?”
Apakah itu tadi benar-benar Dimas?
Suaminya yang dikatakan orang-orang tak berguna?
Putri seperti sedang menonton film laga.
Setelah dipikir-pikir, film saja tidak sekeren ini.
Dimas, benarkah hanya seorang gelandangan?
“Gelandangan harus berebut makanan, kalau tidak pandai berkelahi, sudah pasti mati sejak awal.”
Dimas berkata santai.
Putri terdiam, dia tahu kalau dia bertanya lagi, Dimas akan menjawab soal Geng Pengemis, dan keterampilan untuk bertahan hidup.
“Sudahlah, kamu bahaslah dulu pekerjaanmu.”
Putri menatap Dimas tak berdaya, tidak melanjutkan pertanyaannya lagi dan bergegas menemui beberapa mandor pabrik dan mengurus pekerjaan selanjutnya.
Dimas berdiri di depan pintu, dia menyipit-nyipitkan matanya.
“Kelihatannya, ada sebagian orang yang memang cari mati ya.”
Sampah-sampah ini memang tidak dianggap olehnya, tapi kalau sampai berani menyentuh istrinya, sama saja dengan mereka mengantarkan diri menuju kematian kan, kalau begitu, pasti akan dibumi hanguskan olehnya!
Pertemuan Putri berjalan dengan lancar.
Beberapa mandor pabrik awalnya berniat untuk mempersulitnya, karena siapa saja tahu kalau status Putri di keluarga Lesmana itu tidak ada apa-apanya.
Dan di usianya yang begitu muda, sudah menangani proyek yang begitu penting, tentu saja akan membuat orang cemburu.
Tapi, didepan pintu berdiri seorang monster yang begitu menakutkan, siapa yang berani macam-macam?
“Kalian harus berusaha menyelesaikannya dalam waktu 3 bulan, agar pabrik bisa segera beroperasi.”
Kata Putri serius, “Begitu proyek ini dimulai, jalur perairan akan segera didirikan, dan pada saat itu tiba, saya berharap Anda sekalian dapat bekerja sama, agar proyek ini bisa segera direvitalisikan!”
Begitu membahas pekerjaan, Putri menjadi orang yang berbeda.
Tegas, serius, berwibawa, profesional.
Dimas bersandar didepan pintu, memandang lembut Putri yang sedang duduk.
Wanita ini, saat serius pun begitu memukau.
Di saat yang bersamaan.
Desa Jatimulyo, kediaman Gilang.
Indah membantu Gilang memijat kedua kakinya.
“Istriku, maaf sudah menyusahkanmu.”
Wajah Gilang dipenuhi rasa bersalah.
Bertahun-tahun menjadi orang cacat, Indah tidak pernah meninggalkannya, dia tahu kalau istrinya sangat menderita, tapi dia selalu tegar.
“Menyusahkan apanya, saya istrimu, tentu saja saya harus merawatmu.”
Indah tersenyum, “Sudah, kamu nonton dulu ya dirumah, saya mau ke rumah sakit untuk membeli obatmu yang sudah habis.”
Lalu Indah pun masuk ke kamar dan mencari dompetnya, tapi dia baru menyadari sudah tidak ada uang lagi.
Dia kemudian pergi ke kamar Putri, Putri menyimpan kartu ATM untuk keperluan rumah di lacinya agar kalau ada keperluan mendesak, Indah bisa menggunakan kartu itu untuk mengambil uang sendiri.
Indah membuka lacinya, dan menemukan sebuah kartu ATM berwarna hitam, tampak lain dari biasanya.
Dia tidak pikir panjang, dia mengambil kartu itu dan pergi ke bank untuk menarik tunai.
Dia mengambil nomor antrian, dan menunggu, mendengar nomornya di panggil, diapun berjalan menuju meja teller.
“Halo, saya mau menarik tunai semua uang didalam kartu ini.”
Seingat Indah, didalam kartu ini hanya bersisa 2jutaan saja, untuk membeli obat saja sudah mendekati 2 juta, lalu untuk membeli sayur, sebaiknya ditarik semua saja.
Melihat Indah juga sudah berusia, teller membantunya mengurus penarikan secara langsung.
Tapi begitu melihat kartu ATM itu, wajah teller menjadi pucat.
“Tante, ini, ini benar kamu mau tarik semuanya?”
“Iya.” Indah tersipu malu.
Saldo yang tersisa hanya 2jutaan, benar-benar memalukan ya.
Mendengarkan itu, teller menjadi lebih panik lagi, kartu ATM di tangannya itu adalah kartu VIP yang tidak dimiliki banyak orang, tangannya gemetaran, dan tenggorokannya menjadi kering.
“Tunggu sebentar ya!”
Sambil memegang kartu ATM itu, dia bergegas lari menuju ruangan manajer bank.
“Manajer, gawat!”
Teller itu sangat panik , “Gawat !”
Manajer yang sedang menyeduh teh itu mengernyitkan keningnya : “Aduh, kamu ini, ada apa, ada masalah apa?”
“Lihat ini!”
Teller memperlihatkan kartu ATM berwarna hitam itu, “Ada seorang tante, datang membawa kartu ini, dan mengatakan mau menarik tunai semua uang didalam kartu ini!”
Manajer melirik kartu ATM yang dipegang teller, saat dia menyadarinya, dia terkejut bukan main, sampai-sampai gelas ditangannya pun terlepas dan teh panas yang mengenai kakinya membuatnya tersadar.
Ini kartu VIP!
Saldo minimalnya saja sudah 2T !
Menarik seluruhnya? Di brangkas mereka pun tidak ada uang sebanyak itu!
“Tante itu seperti apa orangnya?”
Dia mencoba menenangkan dirinya, kartu ATM VIP ini diseluruh dunia hanya beberapa orang yang punya, di kota Malang yang kecil ini lebih tidak pernah terdengar lagi ada yang memilikinya.
“Sangat biasa, pakaiannya juga sangat sederhana, sama sekali tidak terlihat seperti orang kaya.” Kata teller bank itu.
Dia merasa pandangan dan penilainnya tidak mungkin salah, jaket yang dipakai oleh Indah paling tidak sudah dipakai selama 5-6 tahun , “Apa, apa mungkin dia memunggut kartu ini?”
Teller itu tidak berani mengeluarkan kata mencuri, tapi raut wajahnya penuh kecurigaan dan penghinaan.
“Hei, gila ya, tidak mungkin berani mencuri kartu semacam ini! Cari mati namanya!”
Manajer kemudian berkata , “Minta satpam untuk menahannya dulu, lalu lapor polisi!”
Tidak mungkin kartu semacam ini dimiliki oleh orang biasa, apalagi bibi paruh baya yang berpakaian lusuh.
Indah yang sedang menunggu didepan, merasa heran kenapa teller bank itu tak kunjung kembali.
Hanya menarik 2jutaan saja, masa tidak ada?
“Halo Bu, maaf, tolong ikut kami sebentar.”
Tiba-tiba dibelakangnya muncul 2 orang satpam yang kekar, wajah mereka menyeramkan, dan mengawal Indah dari kiri dan kanan.
“Ada apa? Kalian mau apa?”
Indah terkejut, kedua satpam ini ada urusan apa dengannya.
“Ini perintah dari atasan kami, mohon kerja samanya, atau kami akan menggunakan cara terpaksa!”
Dua orang satpam ini berkata dengan tegas, dan tanpa basa basi langsung menyeret Indah menuju ruangan manajer.
“Lepaskan aku! Siang bolong begini, kalian mau ngapain!”
Indah begitu terkejut, ditambah orang-orang di sekitar pun menyaksikan kejadian memalukan ini.
Dia tidak pernah melakukan kejahatan apapun seumur hidup ini, kenapa mereka menangkapnya.
“Jangan macam-macam!”
Salah seorang satpam mendorong Indah dengan kuat, dan mendudukkannya di kursi, dia ingin unjuk diri didepan manajernya , “Pak Manajer, ini orangnya!”
“Kalian ini mau apa sebenarnya!”
Indah murka.
“Ada urusan apa?”
Manajer bank itu tertawa sinis, “Tante, tante ini berani juga ya!”
Indah kebingungan.
“Tidak usah berpura-pura lagi.”
Tatapan menghina tertera jelas di wajah teller, dia melihatnya dari dekat, melihat baju lusuhnya, wajahnya yang dipenuhi keriput, orang seperti ini tidak mungkin orang kaya.
Bagaimana bisa dia punya kartu ATM VIP ini?
“Katakan, kartu ATM ini, kamu punggut, atau kamu curi!”
Wajah Indah merah padam mendengar perkataan itu.
Curi?
Tak pernah terpikir olehnya, akan ada hari dimana dia dituduh mencuri.
Tidak peduli sesusah apa situasi keluarganya, dia tidak pernah melakukan hal-hal yang membuatnya tidak bisa mengangkat kepalanya, jangankan mencuri, untuk meminjam dari keluarga saja dia tidak mau.
“Kamu…kamu memfitnah orang!”
Indah melihat kartu ATM itu, “Ini kartu milik keluarga saya!”
“Hehe, Tante, polisi akan segera kemari, tidak mengaku pun tidak masalah!”
Teller itu mendengus, kalau sampai terjadi masalah, habislah performa tahunan nya !
Untunglah , dia cepat tanggap, hampir saja dia dicelakai wanita tua ini.
“Sudah berusia lanjut begini pun masih bisa melakukan perbuatan yang tak terpuji, sungguh tidak tau malu!”
Kata kata teller itu benar-benar membuat Indah geram.
“Lepaskan saya…. Lepas!”
Indah berjuang melepaskan diri, tapi salah seorang satpam itu malah menamparnya : “Tidak usah macam-macam!”
Seketika, terlihat jejak tangan yang memerah di wajah Indah.
Dia benar-benar kebingungan.
Sejak lahir, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini, tamparan ini, bukan hanya mengenai wajahnya, tapi juga harga dirinya!
“Kamu berani memukulku, saya tidak akan membiarkanmu!”
Mata Indah memerah, dia menggila, berjuang melepaskan dirinya dan berhasil.
Tapi, upayanya sia-sia, dia tidak bisa menang melawan satpam itu, hanya sekejap saja dia dirobohkan , dia tersungkur dan telapak tangannya sobek.
“Masih berani membuat onar!”
Manajer bank itu marah : “Ikat dia!”
Dua satpam itu langsung mengambil tali dan mengikat Indah di kursi.
Seketika, pergelangan tangan Indah pun berdarah juga!
“Lepaskan aku! Lepaskan aku!”
Indah berupaya melepaskan ikatannya tapi tidak berhasil, air matanya terus berderai , “Kalian, punya hak apa memperlakukan ku seperti ini!”
“Memperlakukanmu seperti apa?”
Teller bank itu tertawa sini , “Hampir saja saya celaka gara-gara kamu, tahu tidak kamu!”
“Kartu ATM ini, apakah kamu tau? Saldo minimalnya saja sudah 2T! Wanita tua sepertimu, mana mungkin punya uang sebanyak itu !”
Teller itu menaikkan nada bicaranya, wajahnya memerah, tadi saat Indah mengatakan akan menarik seluruh uang di kartu itu, jiwanya seolah meninggalkan raganya.
Itu 2T!
Mendengarkan itu, Indah menjadi lebih bingung lagi, 2T?
Di dalam kartu itu, paling tidak ada 2T?
Dia mengerakkan bibirnya, raut wajahnya penuh rasa tak percaya.
“Sekarang menyesal? Sudah terlambat!”
Melihat Indah yang kaget sampai memucat, Manajer itu yakin kalau kartu ini bukan milik Indah, kalau benar miliknya, tidak mungkin ekspresinya seperti sekarang ini kan?
Pemilik kartu VIP semacam ini, mana yang bukan orang berpangkat tinggi, dan bermartabat?
Kalau sampai tahu kartu ATM mereka dibobol, bisa menjadi kerugian besar untuk bank, reputasi mereka bisa hancur!
Untunglah, mereka langsung menyadarinya.
Manajer merasa berpuas hati, dan berpikir , kalau nanti Indah sudah mengaku dan ditangkap oleh kepolisian, perbuatannya ini akan dianggap sebagai perbuatan yang berjasa.
Kalau ditambah dengan menghubungi pemilik kartu, wah, masa depannya sudah pasti terjamin!
“Sekarang, kamu masih mau bilang apa.”
Dia menjambak rambut Indah, menariknya ke belakang, menatapnya dengan tatapan jijik dan menghina.
Kalau Indah tidak membantah, dia akan menelepon polisi untuk menangkap dan memeriksanya.
“Saya mau menelepon anak perempuan saya….”
Suaranya serak dan begetar, air matanya pun tidak berhenti mengalir.