Chapter 1 Vanya Bukan Valdo

Vanya itu nama barunya sesudah berubah halauan menjadi 'kaum hempas manja'. Di akte kelahiran dan KTP miliknya tertulis Rivaldo Anggara, seharusnya dia bangga dengan nama keren berkesan ganteng yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Namun, dia menemukan jati dirinya sebagai seorang perempuan di usia 18 tahun usai lulus SMA. Mama papa larang, tapi ini hidup Vanya dan hanya Vanya yang tahu apa yang dia inginkan. Setiap melihat cermin, dia ingin dirinya menjadi cantik sempurna selayaknya seorang wanita dan bukan cowok cantik model-modelan Kpop yang memang lagi hits di zaman now. Dia tidak melanjutkan kuliah selepas lulus SMA, Vanya membuka salon kecantikan yang dimodali oleh papanya yang mulai bisa menerima keadaan anaknya yang miring dan bengkok yang sudah melewati batas tak bisa diluruskan lagi. Itu bukan salon plus-plus esek-esek yang marak di berbagai kota, Vanya membuka salon kecantikan profesional yang murni untuk perawatan kecantikan karena dia cinta dengan kecantikan ragawi, kliennya pria dan wanita. Salon itu sudah berdiri sejak 3 tahun lalu dan pelanggan salonnya puas dengan hasil pekerjaan Vanya dan timnya. Pagi ini adalah jadwal rutin suntik hormon estrogen dan progesteron untuk Vanya. Dia duduk di ruang tunggu sebuah rumah sakit ternama di Jakarta , menunggu gilirannya dipanggil masuk ke ruang periksa pasien. Dokter spesialis, tempat dia berlangganan itu namanya Dokter Aldi, nama lengkapnya Dokter Reynaldi Nugraha. Dokter Aldi masih muda dan ganteng sih, dan dia itu sedikit genit, tipe-tipe 'buaya air' yang diam-diam menghanyutkan. "Pasien atas nama Rivaldo Anggara silakan masuk ke ruang periksa," panggil suster jaga di praktik Dokter Aldi. Vanya seolah sudah terbiasa karena memang itu namanya di KTP. Dia pun melenggang dengan santai masuk ke ruang periksa diikuti tatapan penasaran pasien lain dan bisik-bisik yang dia abaikan. "Ehh bencong ..." "Banci ya?" "Cewek jadi-jadian?" Dalam hati Vanya menjawab gemas, "Please deh, gue ini ladyboy berkelas bukan bencong apa banci yang bawa kicik-kicik ngamen di perempatan!" Dia menghempaskan rambut panjang ikalnya yang berwarna pirang kecoklatan sebelum masuk ke ruang periksa Dokter Aldi. Di dalam ruang periksa itu, Dokter Aldi yang ganteng duduk bersandar di kursi kerjanya dan menggoyang-goyangkan kursinya itu pelan sembari menyunggingkan senyum ala buaya air-nya yang khas menatap Vanya dengan lapar. "Pagi, Dok," sapa Vanya mengabaikan tatapan panas si dokter ganjen lalu duduk di kursi pasien di seberang meja dokter. "Pagi, Vanya Sayang. Sudah jadwalnya suntik hormon lagi ya? Mas Dokter kangen nih nggak ditengokin berbulan-bulan," balas Dokter Aldi sembari menggoda Vanya. "Ehemm ... ehemm ... kangen sama ladyboy cakep ya, Mas Dokter?" jawab Vanya dengan nada dingin, dia tidak takut dengan keganjenan Dokter Aldi karena hanya sekedar godaan ringan yang tidak menjurus ke arah seksual. Setiap dokter harus menjaga kode etiknya. "Bobo dulu yuk di bed pasien, Mas Dokter mau nyuntik kamu, Cantik," ujar Dokter Aldi yang mengandung makna ganda. Vanya cekikikan geli mendengarnya sambil membatin, 'Ngarep boleh-boleh aja kok, Mas Dokter ...' Dia pun berjalan ke bed pasien lalu berbaring dengan santai. "Mas suntik sekarang ya, Van, tahan sakit sedikit. Kalau mau nangis boleh, nanti Mas belai biar sakitnya hilang," ujar Dokter Aldi sambil modus seperti biasanya. "Suntik aja, Dok. Vanya tahan banting kok!" jawab Vanya dengan santai sambil berbaring di bed pasien dengan Dokter Aldi duduk di tepi ranjang itu. "Aahh masa? Mau dong ngebanting kamu, Say," balas Dokter Aldi dengan wajah tampannya yang mesum. Vanya geregetan dan mengeluarkan suara maskulinnya, "Gggrrrr cepetan dong, Dok!" Dokter Aldi malah terkekeh mendengar suara laki-laki dari Vanya. Diapun menyuntik lengan kiri Vanya dengan spuit 3cc berisi hormon estrogen dan progesteron dengan cekatan. "Nah selesai, Vanya Sayang. Ini kenapa jadi galak ya sekarang sama Mas Dokter?" goda Dokter Aldi lagi sambil membantu Vanya bangun dari bed pasien. Vanya duduk sembari menatap si dokter ganjen dengan mata cokelatnya yang indah, sementara tangan Dokter Aldi memegangi kedua lengan atas Vanya. 'Mau apa nih si dokter ganjen?' batinnya curiga. "Nyosor dikit boleh dong, Say?" ucap Dokter Aldi lalu mengecup bibir ranum Vanya yang berbalut liptint strawberry warna merah muda. Ketika Dokter Aldi menyudahi ciumannya di bibir Vanya, dia tersenyum dan berkata, "Makasih ya, Van, bonusannya mantap." Vanya menghela napas dalam-dalam dan mencebik. "Dokter Aldi sukanya nyosor, memang boleh sama pasien begini?!" tanyanya. "Cuma sama kamu aja, Cantik. Coba kamu cewek beneran pasti udah kujadiin istri," jawab Dokter Aldi dengan tatapan penuh kekaguman ke wajah Vanya. Vanya menusukkan telunjuk tangan kanannya ke dada Dokter Aldi sembari berkata, "Aku cewek jadi-jadian juga nggak mau sama Mas Dokter." Vanya menjulurkan lidahnya pada Dokter Aldi. Dokter Aldi pun tertawa berderai menanggapi tingkah imut Vanya yang menolaknya mentah-mentah. Dia tidak bisa menikah dengan wanita kw alias transgender, keluarga besarnya pasti akan menentangnya habis-habisan apalagi dia putera tunggal dan sulung di keluarganya. Vanya turun dari bed pasien lalu duduk lagi di kursi pasien berhadapan dengan Dokter Aldi. "Dok, minta diskon ya? Tadi 'kan sudah dapet kiss dari Vanya," pinta Vanya seraya tersenyum mengedipkan sebelah matanya dengan genit pada Dokter Aldi. Biaya konsultasi dengan Dokter Aldi memang agak mahal bisalah dapat satu pasang sepatu Gosh yang imut. "Hmmm ... boleh, kalau mau kukasih gratis biaya konsul, kamu ke sini dulu," ujar Dokter Aldi menepuk-nepuk pahanya dengan tatapan mesum. Vanya pun mendengkus sembari memutar bola matanya. Dia menimbang-nimbang apakah worthed digrepe-grepe si dokter ganjen ditukar dengan sepasang sepatu Gosh. Akhirnya, dengan berat hati Vanya melangkahkan kakinya ke arah Dokter Aldi. Tangan Dokter Aldi meraih pinggang Vanya lalu menariknya ke pangkuannya. Bibirnya menyusuri leher jenjang Vanya yang beraroma parfum LV mewah. "Vanya, andai kamu cewek tulen ... Mas suka banget sama kamu," gumam Dokter Aldi sambil meremas-remas bulatan padat di dada Vanya yang diimplan di Korea Selatan. "Mas, berisik deh ... udah tahu aku cewek kw masih ngarep kalau aku cewek tulen. Jatahnya pas bayi dikirim dari surga tuh aku cowok, tapi jiwaku cewek, Mas," balas Vanya dengan cuek bersandar di dada bidang si dokter ganjen. Pria itupun terkekeh lalu menyudahi tingkah mesumnya pada Vanya. "Yuk udahan, Van. Kasihan pasien di luar yang nunggu giliran mereka." Tangannya sempat meremas bokong semok Vanya yang terbalut celana skinny jeans ketika dia bangkit dari pangkuan pria itu. "Aaaww nakal!" seru Vanya terkejut. Dokter Aldi tersenyum mesum menatap Vanya yang duduk lagi di hadapannya. Dia lalu menulis rekening tagihan pemeriksaan dokter untuk Vanya. Dia tetap menuliskan biaya konsultasinya, tetapi mengeluarkan dompet tebal dari saku belakang celana jinsnya. Dia mencabut 4 lembaran uang merah lalu menyerahkannya ke hadapan Vanya. "Ini buat bayar biaya konsultasinya, Van, sesuai kesepakatan kita tadi. Nggak mungkin aku kosongin, nanti pihak rumah sakit curiga. Anyway, bodi kamu bikin ngiler, Van, mantep buat dipegang," ujar Dokter Aldi seraya terkekeh. "Makasih Mas Dokter, Vanya pamit dulu ya. Buruan cari istri daripada godain Vanya melulu ntar lama-lama ikutan bengkok. Ahahaha ...," seloroh Vanya seraya tertawa dengan suaranya yang mendayu-dayu lalu melangkah keluar dari ruang praktik Dokter Aldi. Pasien yang menunggu di ruang tunggu menatap Vanya dengan kesal karena dia lama sekali berada di dalam ruang periksa. Vanya mengacuhkan mereka dan berjalan melenggak-lenggokkan bokongnya yang seksi dengan santai menuju ke bagian administrasi rumah sakit itu.
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Chapter 1 Vanya Bukan Valdo Chapter 2 Let's Clubbing Tonight Chapter 3 Duda Ganteng Meresahkan Chapter 4 Truth Or Dare Chapter 5 Dirty Dancing Chapter 6 Disosor Om Bule Chapter 7 Menguntit Vanya Chapter 8 Aku Bukan Germo Chapter 9 Mendadak Ditembak Chapter 10 Ditawar Crazy Rich appChapter 11 Cekcok Di Night Club appChapter 12 I'm A Shemale appChapter 13 Terbucin-bucin appChapter 14 Dimana Vanya? appChapter 15 Kesayangan Papanya appChapter 16 Penyuka Ladyboy appChapter 17 Antara yang ORI dan KW appChapter 18 Lady of The Night appChapter 19 She's My Obsession appChapter 20 Jatuh Ke Pelukan Sultan Properti appChapter 21 Hanya Pacar Semalam appChapter 22 Membuatmu Puas Sampai Lemas appChapter 23 Ladyboy Itu Digaet Orang appChapter 24 Membungkus Tubuh Cantikmu appChapter 25 Posisi Woman On Top appChapter 26 Burungku Cenat Cenut appChapter 27 Diculik Di Depan Rumah appChapter 28 Something Stupid appChapter 29 Charming Prince-nya Vanya appChapter 30 Aku Menyukai Sentuhanmu, Peter appChapter 31 Memandangi dan Mendambakannya appChapter 32 We are DONE! appChapter 33 Sama-Sama Nikmat appChapter 34 Identitas Ganda appChapter 35 Si Captain Bucin Cemburu appChapter 36 Bali Fashion Week appChapter 37 Mantan Tukang Selingkuh appChapter 38 Malam Panas Bersama Vanya appChapter 39 Feels Like Honeymoon appChapter 40 Lunas Untuk Malam Ini appChapter 41 License To Dance appChapter 42 Fettish Peter yang Unik appChapter 43 Jangan Sentuh Milikku! appChapter 44 THOR VS Captain America appChapter 45 Bertemu Calon Mertua Di New York appChapter 46 Camer Matre dan Pacar Bucin appChapter 47 Makan Malam yang Aneh appChapter 48 ML After Dinner appChapter 49 Berkeliling Kota New York appChapter 50 Welcome To Milan appChapter 51 Memesona Don Salvatore Mazzerano appChapter 52 Terpikat Goyangan Panas Vanya appChapter 53 Mafia Terjerat Sebuah Pesona appChapter 54 Sugar Daddy Italiano appChapter 55 Guling Hidup yang Menggairahkan appChapter 56 Menghilang Di New York City appChapter 57 Human Traficking appChapter 58 Like A Show Bird appChapter 59 Ditukar Iuran Jasa Preman appChapter 60 Vanya yang Punya Belalai appChapter 61 Dua Jiwa yang Terluka appChapter 62 Mencoba Miss V yang Baru appChapter 63 Bercinta Ala Mafioso Italiano appChapter 64 Tertembak Kartel Narkotika Kuba appChapter 65 Kembali Ke Italia appChapter 66 Kill And Feel My Love appChapter 67 Putera Mafioso yang Cabul appChapter 68 Hanya untuk Bertahan appChapter 69 Pingsan Setelah Dirudapaksa appChapter 70 Bintang Pesta yang Dipuja appChapter 71 Wajah yang Sangat Dirindukan appChapter 72 Captain Bucinku, My Only Love appChapter 73 Mengejar Vanya Sampai Ke New York appChapter 74 Vanya Dilamar Di Depan Papanya appChapter 75 Bertemu Kembali Dengan Don Salvatore appChapter 76 Cinta Seratus Juta Dolar appChapter 77 Rahim Pengganti Untuk Vanya appChapter 78 Getting Married appChapter 79 Menjadi Pasangan yang Sah appChapter 80 Honey Moon appChapter 81 Cinta Membara Sesudah Menikah appChapter 82 Menjemput Little Peter Junior appChapter 83 Perawan Pengganti Untuk Sang Don appChapter 84 Love is Not For Sale (THE END) app
Tambahkan ke Perpustakaan
Unduh Aplikasi
Joyread
Bab selanjutnya
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta