Bab 13 Seorang Wanita Yang Malang
"Haha, Shinta, cepat kemari dan lihat siapa yang aku temui!"
Melihat wanita itu, Azure tersenyum lebih cerah. Dia segera melambaikan tangan, menyuruh wanita itu kemari.
Mendengar hal itu, wanita itu pun datang dengan penasaran. Saat melihat Fabian, dia menutup mulutnya dengan kaget, tatapannya terlihat tidak percaya.
"Fabian, tak disangka ini kamu!"
"Shinta, sepuluh tahun tidak bertemu, semoga kabarmu baik-baik saja," kata Fabian sambil tersenyum.
Wanita ini bernama Shinta Jordan, juga salah satu teman kuliahnya.
Dulu Shinta adalah ketua kelas mereka, juga anggota inti dalam perhimpunan mahasiswa. Dia sangat cantik, merupakan kekasih impian banyak mahasiswa.
Namun, ada satu rahasia yang tak diketahui oleh siapa pun, yaitu Shinta pernah menyukainya dan mengejarnya.
Namun, saat itu Fabian berpacaran dengan Ivory, maka dia menolak Shinta.
Mengingat masa lalu, Fabian pun mendesah dalam hati.
"Kamu ini, ke mana kamu selama bertahun-tahun ini? Kenapa sama sekali tak bisa menghubungimu? Aku mengira terjadi sesuatu padamu."
Shinta mengepalkan tangannya dan memukul-mukul dada Fabian. Ada senyum gembira di wajahnya, dua lesung pipi kecilnya terlihat sangat memikat.
"Ada sedikit kejadian tak terduga."
Fabian terus tersenyum.
Mendengar hal ini, Shinta ingin bertanya lagi.
Namun, saat ini Azure mencibir sambil menggeleng, "Shinta, jangan bersikeras mengungkapkan kekurangannya!"
"Lihat penampilan Fabian sekarang, kejadian tak terduga apa yang bisa terjadi padanya? Tadi aku masih merekomendasikan pekerjaan padanya. Sayangnya, Fabian tidak mau."
Mendengar hal ini, Shinta tertegun dan mulai memperhatikan Fabian dengan saksama.
Melihat wajah muram Fabian dan pakaian lusuh yang dia kenakan, dia langsung mengerti apa yang terjadi.
Tatapannya menjadi sangat kompleks.
Dulu Fabian adalah orang yang terkenal di Universitas Bukit Emas, diakui sebagai pria paling tampan.
Wajahnya yang tampan dan menawan membuat banyak guru lebih menjaganya. Entah ada berapa banyak gadis yang menyukainya, termasuk dia sendiri menganggap Fabian sebagai idola!
Dulu saat Fabian bicara sedikit dengannya saja, wajahnya bisa memerah.
Sekarang waktu sudah berlalu.
Idola yang dulu, kini bernasib seperti ini!
Meski Fabian terlihat lebih tampan dan berkarisma, tapi Shinta tidak merasa ada yang perasaan khusus di hatinya.
Dia sudah bukan gadis muda yang tergila-gila pada pria tampan. Setelah bertahun-tahun berjuang di dunia bisnis, dia lebih peduli terhadap koneksi bisnis, kekayaan, dan apa orang itu bisa membantunya.
Dengan kata lain, sekarang saat berteman, tujuan utamanya adalah keuntungan.
Sebagai teman lama, Shinta tidak menunjukkan rasa jijik, tapi dia tidak seramah sebelumnya.
"Fabian, jika kamu menganggur, kamu bisa menerima bantuan dari Azure. Kamu juga tahu betapa sulitnya mencari pekerjaan di zaman sekarang. Tidak perlu menderita demi menjaga gengsi."
"Aku akan mempertimbangkannya."
Melihat perubahan sikap Shinta, Fabian sedikit menghela napas dalam hati.
Setelah waktu berlalu, ada beberapa hal dan beberapa orang yang sungguh berubah.
Sulit untuk kembali ke masa lalu, juga tidak mungkin untuk mendapatkan kembali perasaan masa lalu.
"Oh ya, kenapa hari ini kalian berdua datang ke kampus?"
Fabian mengalihkan topik.
"Itu karena pihak kampus memilih alumni unggulan. Kepala dosen menghubungiku dan Shinta, meminta kami hadir sebagai perwakilan kelas."
Azure menjawab dengan tersenyum, rasa bangga di tatapannya sama sekali tak bisa disembunyikan.
Ini memang hal yang pantas dibanggakan!
Sebagai salah satu dari lima universitas penting di negara ini, Universitas Bukit Emas sudah mendidik banyak talenta unggul di berbagai bidang. Bisa menonjol dari banyak talenta unggul dan menjadi alumni unggulan, itu sungguh tidak mudah.
Dari hal ini, bisa dilihat bahwa Azure dan Shinta seharusnya sudah cukup sukses, baik kesuksesan dalam karier maupun kekayaan yang mencapai ratusan miliar.
"Fabian, Kepala Dosen sedang menungguku dan Azure. Kita mengobrol sampai di sini dulu. Jika kelak ada kesempatan, kita baru mengobrol lagi."
Shinta juga mengibaskan tangannya, bersiap untuk pergi.
Melihat Fabian begitu miskin, dia juga sama sekali tidak berniat mengobrol lagi.
"Benar! Kepala dosen menunggu kami, aku hampir lupa! Hahaha ...."
Azure tertawa.
...
Melihat kedua orang itu pergi, Fabian hanya sedikit menggelengkan kepala.
Jika teman lama bersikap seperti biasa, dia tidak keberatan untuk menjalin relasi lagi.
Namun, jika mereka bersikap sombong, tentu saja dia tak akan bersikap ramah pada orang yang cuek padanya.
Saat ini, ponsel Fabian berdering. Itu panggilan dari adiknya, Yoana.
"Kak, prosedur pendaftaran kuliah sudah selesai. Ayo, kita makan!"
Mendengar suara lembut adiknya, Fabian pun tersenyum.
Dia menjawab, "Baik! Aku tunggu kalian di pintu gerbang."
...
Dengan cepat, mereka bertiga bertemu di pintu gerbang.
Begitu melihat Fabian, Yoana dan Sierra segera berlari, lalu masing-masing menggandeng lengan Fabian.
"Lepaskan tanganmu, untuk apa kamu ikut-ikutan?"
Fabian mendorong Sierra dengan lembut, sungguh tak berdaya.
Di pintu gerbang, orang-orang datang dan pergi.
Dua gadis cantik menggandeng lengannya di saat bersamaan, ini sungguh membuat orang iri.
Dalam waktu singkat, Fabian sudah merasakan banyak tatapan membunuh.
"Kak, kamu pilih kasih. Kenapa Yoana boleh menggandeng lengannya, sedangkan aku tidak boleh?"
Sierra tampak sangat kesal.
"Karena Yoana adalah adikku!" jawab Fabian dengan serius.
"Kalau begitu, aku adalah istrimu. Aku akan melahirkan anak untukmu."
"..."
Sungguh pusing!!!
Bisakah kita melewati topik ini?
Fabian malas meladeni Sierra lagi. Dia pun mengalihkan fokusnya pada adiknya, lalu bertanya, "Apa ada masalah dalam proses pendaftaran?"
"Tidak, guru pembimbing sangat baik. Melihat kondisi ekonomiku tidak baik, dia bilang akan bantu mengajukan bantuan untuk mahasiswa kurang mampu!" jawab Yoana dengan patuh.
"Baguslah kalau begitu. Namun, mengenai bantuan untuk mahasiswa kurang mampu, itu tidak perlu. Kakak bisa menghasilkan uang. Berikan bantuan dana itu pada orang-orang yang membutuhkan."
Fabian mengelus kepala adiknya dengan penuh kasih sayang.
"Ya!"
Yoana mengangguk sambil tersenyum.
"Wah ... Kak, kamu benar-benar baik! Ada banyak orang yang ingin mendapatkan bantuan dana untuk mahasiswa kurang mampu."
Saat ini, Sierra tersenyum dan ambil kesempatan untuk menggandeng lengan Fabian lagi.
Fabian sungguh tak berdaya terhadap Sierra. Jadi, dia hanya bisa membiarkannya.
Ketika ketiganya sedang bercanda, mereka sama sekali tidak menyadari kondisi di seberang jalan.
Ada seorang wanita berusia 30-an tahun yang tertegun melihat adegan ini. Wanita itu memakai gaun putih, raut wajahnya terlihat sedikit sakit, tapi wajahnya sangat cantik. Dia sedang memegang tangan seorang gadis kecil.
"Mama ... ada apa?" tanya gadis kecil itu dengan lembut.
Gadis kecil itu berusia sekitar 5-6 tahun. Dia memakai gaun putri yang sudah usang, dengan rambut dikepang dua. Kulitnya putih seperti salju dan wajahnya cantik seperti diukir.
Kedua matanya sangat besar, bulu matanya juga tebal dan panjang, terlihat seperti boneka.
Namun, saat bicara, ekspresinya malah terlihat sangat kaku. Kata-kata yang diucapkan juga tidak jelas.
Namanya Liora Leonne.
Liora yang berarti cahayaku.
"Tidak apa-apa, Mama sedang memikirkan malam ini mau masak apa untukmu."
Ivory memaksakan diri untuk tersenyum. Dengan satu tangan memegang tas belanja, lalu tangan yang satu lagi menggendong gadis kecil itu, dia pun berbalik dan berjalan menjauh.
Saat berbalik, air matanya diam-diam mengalir keluar.
Dia meletakkan dagunya dengan lembut di bahu putrinya, air mata pun mengalir di wajahnya.
Selama bertahun-tahun ini, dia tidak memedulikan nasihat orang tuanya.
Dia membawa putrinya dari Kota Yogasa ke Kota Bukit Emas, terus mencari pria yang telah terukir dalam pikirannya.
Semua orang bilang Fabian menghilang, atau mungkin mengalami kecelakaan.
Namun, selama belum melihat mayatnya, Ivory tidak akan menyerah.
Tak disangka saat ini akhirnya mereka bertemu.
Namun, saat ini hatinya yang penuh penantian juga hancur sepenuhnya.
‘Fabian!’
‘Ternyata kamu tidak menghilang!’
‘Ternyata kamu masih hidup!’
‘Ternyata kamu hanya menyukai gadis berusia delapan belas tahun!’
Saat ini, Ivory merasa sangat putus asa, ingin segera meninggalkan kota ini dan kembali ke kampung halamannya.
Fabian seolah-olah merasakan sesuatu, maka mengerutkan keningnya.
Dia mendongak dan melihat seorang wanita yang sangat kurus memeluk seorang gadis kecil, lalu menghilang di tikungan jalan.
"Kak, ada apa?"
Yoana memperhatikan pandangan kakaknya, maka bertanya.
"Tidak apa-apa. Wanita yang memeluk anak itu sangat aneh. Kakak dengar suara tangisannya. Meski suaranya sangat pelan, tapi Kakak masih bisa merasakan keputusasaan dan kesedihan di hatinya."
Fabian menggelengkan kepalanya.
"Mungkin dia adalah wanita malang lainnya!" jawab Yoana.
Saat ini, Sierra juga berkata dengan kasihan, "Karena wanita itu sangat cantik, maka aku memperhatikannya beberapa kali."
"Dia memang sangat malang, putrinya menderita penyakit yang sangat langka, disebut sindrom Kabuki. Orang yang menderita penyakit ini tidak akan tumbuh besar, mengalami catat intelektual sejak lahir. Selain itu, sepertinya tidak akan hidup lebih dari 20 tahun. Saat ini belum ada metode pengobatan yang baik."
"Haiz, benar-benar malang."
Yoana menutup mulutnya.
Fabian malah bersikap lebih tenang.
Ada terlalu banyak orang yang malang di dunia ini. Siapa yang sanggup mengurusnya?
Dia tidak berpikir terlalu banyak, hanya berkata, "Sudah waktunya, ayo kita makan."