Bab 9 Lukisan Asli
Pemilik toko mengambil kuas kecil seukuran gunting kuku, mencelupkannya ke dalam air, lalu mulai menyapukan kuas itu di sudut tepi lukisan.
Kertas itu sangat menyerap air, begitu kuas menyentuhnya, air langsung meresap ke dalam. Setelah mengusap tiga kali, sudut kertas seukuran ibu jari sudah basah kuyup.
Pria tua yang tadinya hendak pergi juga tak bisa menahan diri untuk berhenti, memandang tak berkedip pada gerakan pemilik toko.
Pemilik toko kemudian memijat-mijat sudut kertas, dan lukisan yang awalnya tampak menyatu itu pun terpisah menjadi dua lapisan kertas.
Namun, tidak ada lapisan gambar tersembunyi seperti yang dibayangkan.
Jika rahasia lukisan ini dapat terlihat dengan mudah, maka usaha orang yang pertama kali membuatnya menjadi lapisan-lapisan akan sia-sia.
"Anak muda, sekarang kamu mengerti bahwa mencari harta karun itu tidak mudah, ‘kan? Sebaiknya kamu pulang dan belajar dulu selama beberapa tahun. Anggap saja 160 juta ini sebagai pelajaran," ujar pria tua itu sambil menggelengkan kepala, nada suaranya mengandung sedikit nada mengajar.
Wajah pemilik toko pun menunjukkan ekspresi bangga.
Jika benar ada lukisan tersembunyi di dalamnya, bukan hanya dia yang akan malu, tapi juga merasa sangat rugi. Sekarang dia bisa bernapas lega.
Namun, Julian tetap tenang dan berkata pelan, "Lanjutkan buka lapisan kertasnya."
"Ini ...."
Pemilik toko tampak agak ragu.
"Kertas yang digunakan untuk gambar ini adalah kertas yang sudah diproses, sangat rapuh. Kalau kita terus mengupasnya, mungkin merusaknya. Jangan salahkan aku nanti jika lukisan ini rusak."
"Tenang saja, aku tidak akan menyalahkanmu," ujar Julian dengan sedikit tidak sabar.
"Anak muda ini benar-benar keras kepala," pemilik toko menggelengkan kepala, lalu kembali mengambil kuasnya.
Pria tua di samping Julian merasa prihatin terhadapnya.
Segera, lapisan ketiga kertas terkelupas.
Saat lapisan itu terkelupas, tangan pemilik toko bergetar.
...
Ketika lapisan ketiga terbuka, perhatian pria tua itu dan kedua pengawalnya langsung tertuju pada lukisan tersebut, dan mereka semua menahan napas.
Walaupun mereka yakin bahwa Julian mungkin hanya salah lihat, momen ini tetap membawa perasaan seperti membuka hadiah.
Namun, di saat itu, tangan pemilik toko sedikit gemetar, sehingga terdengar suara robekan, dan lapisan yang baru saja terangkat itu langsung robek sebagian.
Pria tua itu langsung merasa jantungnya berdebar.
Dia berkata, "Sayang sekali, lukisan yang bagus ini, sekarang hancur begitu saja. Padahal sudah menghabiskan 160 juta."
Kedua pengawalnya pun menunjukkan ekspresi iba.
Anak muda ini berpakaian sederhana, tidak terlihat seperti orang kaya. 160 juta mungkin merupakan hasil tabungannya selama bertahun-tahun bekerja, namun semuanya lenyap begitu saja di pasar barang antik ini.
Namun, pemilik toko malah menelan ludah, dan terus mengupas tanpa memperhatikan tempat yang robek.
Ketika seluruh lapisan kertas itu terangkat perlahan, suasana di dalam toko langsung menjadi sunyi.
Di bawah lapisan kedua kertas, tampak sebuah lukisan selir istana yang sangat nyata.
Meskipun sekilas mirip dengan gambar yang pertama, bagi siapa pun yang sedikit memahami seni lukis, mereka bisa langsung melihat perbedaannya. Lukisan pertama tampak kaku dan tak bernyawa, sementara yang di bawahnya tampak begitu hidup, seolah sosok dalam lukisan itu akan bangkit kapan saja.
Terutama bagian yang penuh dengan cap stempel yang mengindikasikan bahwa ini adalah lukisan asli.
Melihat gambar ini, tubuh pemilik toko goyah.
Dia baru saja menjual lukisan asli karya Tang Bohu seharga 160 juta saja. Nilainya bisa mencapai puluhan Milyar, dan bahkan mungkin lebih tinggi di pelelangan.
"Lukisan ini memang disembunyikan dengan baik, tapi penggunaan teknik pembingkaian pada lukisan tiruan ini masih menggunakan metode tiruan kuno," jelas Julian dengan tenang.
"Biasanya, bahan yang digunakan untuk teknik pembingkaian kuno itu yang terbaik, tapi bahan lukisan ini sangat biasa. Ini menunjukkan bahwa seseorang sedang mencoba menyembunyikan sesuatu."
Pada saat itu, pria tua itu memandang Julian dengan tatapan berbeda.
Dirinya yang mengaku ahli barang antik telah memeriksa lukisan ini selama setengah jam, tapi apa yang tidak bisa dia lihat ternyata langsung terlihat oleh anak muda ini.
“Anak muda yang hebat! Namaku Brams Zordy, seorang kolektor antik. Kamu benar-benar ahli, mungkin kita bisa sering bertukar pikiran.”
"Kalau kamu suka mengumpulkan barang antik, apa kamu punya batu Giok yang bagus?"
Mata Julian berbinar, tidak mudah menemukan batu Giok yang bagus di pasar barang antik ini, sebaliknya, para kolektor sering kali memiliki barang-barang langka yang layak dibeli.
"Tentu saja, aku juga suka mengoleksi Giok, ada beberapa yang sangat bagus."