Chapter 3 Terkenang Masa Lalu

Dalam perjalanan menuju ke kantornya, Jessica terkenang akan peristiwa tujuh tahun lalu yang sangat menyakitkan hatinya. Waktu itu dia pergi mencari Tommy di rumahnya yang megah. Sudah tiga hari kekasihnya itu tak dapat dihubunginya, yaitu semenjak ayah Jessica divonis bersalah oleh pengadilan karena telah menggelapkan uang perusahaan tempatnya bekerja untuk berjudi. Orang tuanya itu memperoleh hukuman sepuluh tahun penjara. “Mau apa kamu datang kemari?” tanya Wanda, ibu kandung Tommy, sewot melihat kedatangan Jessica. Perempuan cantik berusia hampir lima puluh tahun namun masih tampak awet muda itu memandang gadis itu dengan tatapan tidak suka. Sungguh jauh berbeda dengan sikapnya dahulu yang selalu ramah setiap kali Jessica datang ke rumahnya. Maklum, putra tunggalnya telah berpacaran dengan gadis itu selama lima tahun. Hubungan keduanya direstui oleh Wanda karena melihat kepribadian kekasih anaknya itu tidak neko-neko dan berasal dari keluarga baik-baik. “Halo, Tante Wanda. Tommy ada?” “Tidak ada.” “Oh, boleh saya tahu dia pergi ke mana? Sudah tiga hari ini saya tidak bisa menghubunginya, Tante.” Wanda menatap tamunya dengan sorot mata dingin. Dia lalu berkata dengan tegas, “Sica, Tante sudah mendengar kabar tentang ayahmu yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan dihukum penjara. Oleh karena itu, Tante mohon Sica mengerti dan bisa melupakan Tommy.” Jessica terperanjat mendengar pernyataan ibunda kekasihnya tersebut. Dia mengerti nama baik keluarganya telah rusak akibat kesalahan ayah kandungnya. Tetapi apakah masa depannya pun harus hancur gara-gara perbuatan orang tuanya itu? “Tante…, Sica mohon dengan sangat agar dipertemukan dengan Tommy. Ada hal penting yang harus Sica bicarakan dengannya….” “Tommy sudah Tante kirim ke luar negeri. Dia tidak akan kembali dalam jangka waktu yang lama. Kamu katakan saja pada Tante apa sebenarnya tujuanmu datang kemari!” Kalimat-kalimat yang diucapkan Wanda bagaikan belati yang menusuk tajam ulu hati Jessica. Ya Tuhan, benarkah Tommy tega meninggalkanku begitu saja? Padahal dia berjanji akan selalu mendampingiku di saat-saat sulit ini, tangis gadis itu dalam hati. “Luar negeri mana, Tante?” “Cuih, percuma juga aku katakan padamu! Memang kamu bisa menyusulnya?! Pakai apa? Pesawat kertas?!” ejek Wanda penuh penghinaan. Air mata Jessica mulai mengalir membasahi pipinya yang tirus. Sejak masalah hukum ayahnya menyebar di media sosial negeri ini, tidurnya tak pernah nyenyak. Nafsu makannya pun jauh berkurang dan berat badannya turun drastis. Ia selalu dilanda kecemasan akan nasib keluarganya kelak akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan ayahnya. Ibunya menjadi sakit-sakitan dan Jenny, kakak kandungnya, dikucilkan oleh keluarga suaminya. “Tante Wanda…,” ucap Jessica dengan wajah bersimbah air mata. “Sica hamil….” Sang nyonya rumah terbelalak mendengar pengakuan tamu yang tak diundangnya ini. “Kamu…apa maksudmu? Apa hubungan kehamilanmu dengan anakku?” tanyanya berlagak bodoh. Tentu saja dia dapat menduga bahwa putra tunggalnya-lah yang bertanggung jawab atas kehamilan gadis yang berdiri di hadapannya ini. Jessica menelan ludahnya dan berkata, “Tante kan tahu, Tommy dan Sica sudah berpacaran selama bertahun-tahun. Sekarang Sica mengandung…tentunya Tante dapat menebak siapa yang harus bertanggung jawab….” “Perempuan murahan! Pergi kau dari sini, pergi!” “Tante Wanda, Sica mohon…janin yang Sica kandung adalah darah daging Tante sendiri. Tidakkah Tante menaruh belas kasihan terhadapnya? Dia adalah keturunan keluarga Saputra!” “Omong kosong! Keluarga Saputra tak pernah mempunyai keturunan yang tidak karuan bibit, bebet, dan bobotnya!” “Tidak karuan? Apa maksud Tante?” Wanda lalu mengacungkan telunjuknya berkali-kali pada wajah gadis yang dulu disukainya itu, “Kamu! Kamu itu anak seorang narapidana! Orang yang telah menggelapkan uang perusahaan untuk berjudi! Aku tidak mau keturunan keluarga Saputra dialiri darah seorang penjudi dan pencuri. Bikin malu saja!” “Kalau Tante memang tidak mau mengakui janin yang saya kandung ini sebagai cucu Tante, Sica tidak apa-apa. Tetapi Tommy pasti mau bertanggung jawab. Dia tidak akan tega menelantarkan darah dagingnya sendiri!” “Oh, jadi anakku belum tahu mengetahuinya?” “Belum, Tante. Sica sendiri baru tahu tiga hari yang lalu. Waktu pagi-pagi Sica merasa pusing dan mual-mual. Kakak Sica merasa curiga dan membelikan Sica test pack. Ternyata hasilnya positif….” “Test pack kan belum tentu akurat!” “Sica sudah mengetesnya dua kali dan hasilnya sama-sama positif, Tante.” Jantung Wanda berdegup kencang. Benarkah apa yang dikatakan gadis ini? Mana mungkin aku bisa menjadikannya menantuku? Apa kata orang-oang kalau mengetahui keluarga Saputra yang mempunyai reputasi sangat baik bermenantukan anak seorang narapidana? Setelah menarik napas panjang dan menghembuskannya untuk menenangkan diri, nyonya pemilik rumah itu berkata dengan nada suara lebih lunak, “Sebaiknya kamu pulang dulu, Sica. Tante akan pikirkan bagaimana cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini. Dalam satu dua hari nanti Tante akan menghubungimu.” Jessica mengangguk patuh. Lalu gadis yang masih berusia dua puluh tahun dan sangat naif itu berpamitan. Ia membalikkan badannya lalu meninggalkan rumah mewah tersebut. Din! Din! Din! Bunyi klakson yang bertubi-tubi menyadarkan Jessica dari lamunannya. Oh, sudah lampu hijau rupanya, katanya dalam hati. Dengan sigap dijalankannya mobilnya menuju ke kantor tempatnya bekerja. *** “Mereka batal menikah, Cantik,” ujar Moses ketika sedang makan siang bersama Jessica di sebuah rumah makan. Jam sebelas siang tadi laki-laki tampan itu mengirimi gadis pujaannya itu sebuah pesan WA yang isinya mengajaknya makan siang bersama. Jessica menyanggupinya karena memang kebetulan sedang senggang. Baru jam tiga siang nanti dia ada janji memperlihatkan tiga buah unit apartemen kepada kliennya. “Kenapa memangnya? Baru kemarin nyari rumah untuk masa depan, kok tiba-tiba masa depannya sendiri dihancurkan begitu saja?” tanya gadis itu acuh tak acuh. Dia asyik menikmati sepiring nasi ayam penyet kesukaannya. Bibirnya mendesis-desis kepedasan. Moses menatapnya penuh cinta. Ingin kulumat rasanya bibir mungilmu itu, Cantik, ucapnya gemas dalam hati. Sayangnya kenapa kamu sepertinya selalu menjaga jarak kalau aku ingin mendekatimu lebih jauh. Jessica yang menyadari laki-laki di depannya itu memperhatikannya sedemikian rupa malah tidak merasakan apa-apa. Dia justru menatap sahabat baiknya itu dengan ekspresi judes. “Sudah cukup ngeliatnya?” sindirnya ketus. Lawan bicaranya seperti biasa hanya bisa nyengir menanggapi sikap cuek gadis idamannya itu. “Aku juga nggak nanya alasannya. Nggak etislah. Lagian kami baru berkenalan kemarin.” “Oya? Gimana ceritanya?” “Pak Tommy melihat spandukku di depan rumah yang kupasarkan. Lalu dia meneleponku. Ya sesimpel itulah.” “Oh, begitu.” “Memangnya sudah berapa rumah yang kamu tunjukkan?” “Empat dengan punyamu. Dan dia sama calon istrinya paling sreg sama rumah itu.” “Oh, masa?”
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Chapter 1 Bertemu Mantan Kekasih Chapter 2 Tommy Batal Menikah Chapter 3 Terkenang Masa Lalu Chapter 4 Tommy Datang Lagi Chapter 5 Jessica Berpura-pura Baik Chapter 6 Maukah Bersamaku Lagi? Chapter 7 Wanda Ternyata Bukan Ibu Kandung Tommy Chapter 8 Hal-ikhwal Kemandulan Jessica Chapter 9 Tommy Melawan Ibunya Chapter 10 Wanda Menyerah Chapter 11 Musuh Bebuyutan Bertemu Chapter 12 Tommy Melamar Jessica Chapter 13 Moses Menyatakan Perasaannya appChapter 14 Moses Ngambek appChapter 15 Masa Lalu Moses appChapter 16 Jenny Merestui Moses dan Jessica appChapter 17 Wanda Menyerahkan Seluruh Asetnya appChapter 18 Tommy dan Jessica Berciuman appChapter 19 Pilihlah Asetku Yang Kausuka appChapter 20 Rumah Wanda Dipilih Jessica appChapter 21 Kemunculan Melani appChapter 22 Tommy Dibuat Mabuk appChapter 23 Berangkat ke Rumah Tommy appChapter 24 Tommy dan Melani Tanpa Busana appChapter 25 Melani Ditampar Tommy appChapter 26 Setuju Menikah dengan Tommy appChapter 27 Wanda Sekarat appChapter 28 Menuntaskan Dendam appChapter 29 Akhirnya Tommy Tahu appChapter 30 Penyesalan Wanda appChapter 31 Kearifan Suster Nilam appChapter 32 Rest in Peace appChapter 33 Jessica Ragu-ragu appChapter 34 Moses Melamar Lagi appChapter 35 Jessica Cemburu appChapter 36 Rumah Baru Moses appChapter 37 Permintaan Jessica appChapter 38 Gajah di Depan Pelupuk Mata Tak Tampak appChapter 39 Klinik Dokter Spesialis Kandungan appChapter 40 Kepedihan Melani appChapter 41 Hamil Anak Tommy appChapter 42 Tangisan Jessica appChapter 43 Keputusan yang Menyedihkan appChapter 44 Menjadi Penolong Tommy appChapter 45 Pertemuan Enam Mata appChapter 46 Bertemu Sarah appChapter 47 Moses Menghilang appChapter 48 Mencari Moses appChapter 49 Don Juan yang Patah Hati appChapter 50 Saling Mencurahkan Isi Hati appChapter 51 Menikmati Surga appChapter 52 Dua Pria Berhadapan appChapter 53 Pernikahan appChapter 54 Bahagia appChapter 55 Rahasia appChapter 56 Ketemuan dan Ketahuan appChapter 57 Terbongkar appChapter 58 Permintaan Tommy appChapter 59 Selamat Jalan appChapter 60 Moses Balik ke Jakarta appChapter 61 Bertemu Nia appChapter 62 Akhir Kisah app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta