Bab 7 Gacor

Stefan menutup kupingnya rapat-rapat malam ini karena meskipun sudah larut malam, jeritan hinaan masih saja terdengar sampai ke kupingnya, tapi dia tak mengindahkannya. Sebab, Stefan sedang begadang dan sibuk mengutak-atik ponselnya merancang sebuah program canggih untuk melancarkan orderan. Nama programnya : SJ-Gacor. S adalah namanya sendiri dan J adalah John. <Create Program> [10% ...] [35% ...] [60% ...] [100% ...] <Succes> Meskipun punya kecerdasan dan ingatan di atas manusia normal, bukan berarti Stefan lantas bisa melakukan segalanya sesuka hatinya. Seandainya memang bisa, tentu dia sudah kaya raya sekarang, bukan malah hanya menjadi seorang ojol dan pesuruh di rumah. Stefan manusia biasa yang tetap punya banyak kekurangan dan keterbatasan. Kisah hidupnya bukan seperti mendapat sistem canggih, atau masuk ke pintu ajaib doraemon, lantas tiba-tiba kaya mendadak. Tidak, sama sekali tidak. Stefan menjalani kehidupan normal seperti orang pada umumnya. Di atas realitas yang logis. Menjalani kehidupan yang susah nan pahit, lalu berjuang untuk bisa sukses. Setelah shalat subuh, Stefan langsung mengerjakan pekerjaan rumah, semuanya tanpa terkecuali. Sengaja dia melakukannya pagi-pagi buta supaya pas keluar ‘narik’ tidak kesiangan seperti kemarin-kemarin. Hebatnya, jam enam lewat semua sudah kelar dan clear. Menyaksikan Stefan sudah siap bertugas mencari uang, Robert dan Luchy yang baru saja bangun jadi kaget, ada apa lagi itu ipar menyedihkan? Robert buru-buru menghampiri Stefan yang tengah duduk di beranda sedang memasang sepatu. “Sarapan dulu woi!” perintah Robert sambil membersihkan tai matanya. “Sudah. Tidak perlu kau khawatirkan. Aku sudah menyiapakan roti untuk sarapan kalian semua. Silakan dimakan.” “Kau cukup pakai setelan seperti itu saja. Jangan pernah pakai jaket ojol. Jangan kau tampakkan kalau kau ojol. Malu kami.” Lionny yang sedari tadi sibuk di dapur kemudian menghampiri Stefan, lalu berkata, “Jangan lupa makan siangmu ini.” Robert berkomentar sinis. “Tidak usah kau siapkan dia makan siang, Kak. Dia sudah besar.” Stefan berdiri dan sudah siap. “Aku pergi yah. Maaf tidak bisa pamit sama Ayah dan Ibu karena aku sudah dapat orderan mengantar anak sekolah, jadi tidak boleh telat.” Stefan tancap gas. Sesampainya di depan sebuah rumah yang cukup mewah, seorang anak SMP sudah menunggu di depan rumah ditemani oleh ibunya. Stefan membuka ponselnya, lalu mengkonfirmasi telah tiba di lokasi dan sudah menjemput penumpang. Jarak dari titik jemput ke lokasi antar tak kurang dari dua kilometer. Waktu tempuh tak lebih dari sepuluh menit. Akhirnya Stefan pun sampai di depan gerbang SMP Negeri 1 dan si bocah remaja turun dari motor sambil mengucapkan terima kasih. Stefan menargetkan setidaknya dapat tiga antaran penumpang anak sekolah pagi ini, soalnya dia butuh duit tunai setidaknya lima belas ribu buat mengisi bensin. Orderan kedua! Anak sekolah lagi. Orderan ketiga! Anak sekolah lagi. Baru saja menyelesaikan orderannya, ponsel Stefan kembali berdering dan bergetar, kali ini yang masuk orderan food, sarapan bubur ayam. “Sudah berapa tarikan, Om?” tanya sang pedagang sembari menyiapkan lima bubur pesanan. “Alhamdulillah baru empat.” Tiba-tiba seorang driver yang duduk tepat di samping Stefan terkejut, jidatnya berkerut. “Serius? Pagi-pagi sudah dapat empat?” Stefan mengangguk. “Lagi rezeki bagus. Kemarin-kemarin sepi terus. Sepuluh menit kemudian pesanan Stefan pun selesai, kemudian dia bergegas mengantarkan pesanan customernya yang berada di kawasan Bukit Besar, tak jauh dari Universitas Kuning, tepatnya di sebuah kos-kosan yang berada di Lunjuk Jaya. Setelah mengantarkan orderan tersebut, Stefan menghubungi John dan menanyakan sedang berada di mana. Rupanya John masih di tempat biasa, segera Stefan ke sana. Dilihatnya John sedang sarapan gorengan. “Sudah pecah telur?” tanya Stefan langsung duduk di bangku semen pas di samping John. “Belum. Sudah setengah jam padahal.” “Aku sudah kirim apk itu. Instal sekarang. Aku sudah dapat empat orderan ini.” “Hah serius? Aku takut kena suspend. Kalau suspend, mau narik pakai akun mana lagi?” “Aku jamin. Aman. ” Pria yang berbadan kurus dan berkulit sawo matang mendekati hitam ini pun menuruti perintah Stefan. Dia buka ponselnya, lalu menginstal apk yang tadi dikirimkan oleh Stefan via chat. Tak butuh waktu lama, program SJ-Gacor pun langsung bekerja. Baru tiga detik diinstal, ponsel John bergetar, tanda orderan masuk. “Widih!” John terbelalak. Badannya agar termundur karena kaget. “Bagaimana bisa?” “Apk itu sebenarnya fungsinya untuk mempercepat proses, mempermudah masuknya sinyal, biar hape tidak lemot, biar tidak gampang terkena virus, tapi fokusnya ke aplikasi ojol kita. Terus, biar akun kita tidak diatur oleh sistem dan aturan yang diberikan oleh pihak penyedia layanan dalam rangka pembatasan atau pemerataan order.” “Yang penting akun tidak suspend.” John berdiri, lalu melompat ke arah sepeda motornya. “Stefan, aku pergi dulu yah. Nanti sekabaran saja.” Jam 1 siang. Mereka berdua kumpul lagi di tempat yang sama. “Gila! Aku dapat lima belas,” kata John sambil menepuk jidat. “Mudah-mudahan dapat tiga puluh kalau sampai malam.” “Sekarang saja rasanya lengan dan punggungku mau lepas.” “Pantat panas!” “Ha-ha-ha.” John memberikan satu minuman kopi kekinian seharga lebih dari dua puluh ribu buat Stefan. Menerima itu, Stefan senang tapi sangat menyayangkan, karena lebih baik uangnya disimpan saja. “Tenang, Stefan. Itu minuman dikasih oleh customer.” “Oh, kirain kau beli pakai duitmu sendiri. Ya sudah kita bagi dua saja.” Lebih dari 30 orderan telah mereka selesaikan. Total Stefan dapat duit bersih hari ini 450.000 rupiah. Angka yang sangat besar untuk seorang ojol di waktu sekarang. Stefan memarkirkan sepeda motornya di halaman rumah, bukan di garasi karena tidak mendapat izin dari mertuanya, kemudian berjalan gontai mendekat pintu depan. “Assalamu’alaikum.” Lionny buru-buru membukakan pintu. “Wa’alaikumussalam. Kau pulang jam sebelas. Nanti kau sakit pula.” Stefan memaksakan senyum. “Yang penting aku bisa ngasih kau duit yang cukup, Sayang.” Stefan tak mendapati seorang pun di ruang keluarga dan di ruang makan karena semua orang sudah berada di kamar masing-masing. Sebelum masuk ke kamarnya, Stefan memberi uang dua ratus lima puluh ribu buat istrinya. Bukannya senang, Lionny malah kasihan melihat suaminya memaksakan diri untuk mencari uang sebanyak itu, apalagi harus bekerja dari pagi sampai larut malam. Pagi hari pas Stefan mau berangkat narik, ada seorang pemulung lewat di depan rumah sambil mengawas-awas kotak sampah. “Mas, ini jatah aku,” ucap pria paruh baya yang penampilannya sangat berantakan. Dia kira Stefan juga seorang pemulung. “Kemarin-kemarin aku dapat sate kambing, sop Jakarta, martabak, roti bakar, pizza. Aku sudah langganan di sini. Awas!” Sang pemulung memberikan gestur agar Stefan menjauh dari kotak sampah. Stefan terpana dan berkata ramah. “Silakan Bapak ambil. Jika ada keluarga, berikan kepada mereka juga.” ~Bersambung...... Jangan lupa tinggalkan Like, Komen, dan Vote! Terimakasih Guys!#
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Menantu Benalu Bab 2 Ojek Online Bab 3 Tugas Hacking Pertama Bab 4 Sanjaya Group Bab 5 Bapak Rumah Tangga Bab 6 Menguji Kemampuan Bab 7 Gacor Bab 8 Menunggu kepulangan Kakek Bab 9 Laptop baru Bab 10 Kasih sayang Kakek Bab 11 Muka dua Bab 12 Dituduh berselingkuh appBab 13 Bakal calon appBab 14 Bikin malu appBab 15 Hatapan Stefan appBab 16 Belajar dari Programmer appBab 17 Sebuah alasan appBab 18 Tugas berat appBab 19 Setingan appBab 20 Serba bisa appBab 21 Semakin terhina appBab 22 Keterlaluan appBab 23 Keputusann appBab 24 Liburan appBab 25 Lebih dihargai appBab 26 Kecemburuan appBab 27 Di balik semua ini appBab 28 Rencana busuk appBab 29 Pembicaraan di telepon appBab 30 Perpisahan appBab 31 Lembaran baru appBab 32 Howerstrasse appBab 33 Teman baru appBab 34 Alfa protect appBab 35 Ketua tim 18 appBab 36 AlfaCleaner appBab 37 Acara meriah appBab 38 Maksud buruk Alan appBab 39 Project balas dendam appBab 40 Sebuah kemenangan appBab 41 Alfa studio appBab 42 Ulah di ikal appBab 43 Kado appBab 44 Langkah membantu Stefan appBab 45 Tentang Erick appBab 46 Langkah yang berhasil appBab 47 Dua penyakit appBab 48 Menjadi CEO appBab 49 Tugas Lionny appBab 50 Kerja sama dengan Nano-ID appBab 51 Teman lama menyebalkan appBab 52 Si paling OB appBab 53 Kobe beef appBab 54 Tugas khusus untuk Ryan appBab 55 Tikus negara appBab 56 Pertemuan dengan Robert appBab 57 Hanya satu hari appBab 58 Peresmian appBab 59 Nihil appBab 60 Hasil yang tidak direncanakan appBab 61 Misi balas budi appBab 62 Keresahan Lionny appBab 63 Sekretaris Nano-ID appBab 64 Sosok pemimpin sejati appBab 65 Pertemuan appBab 66 Terjebak di perasaan yang keliru appBab 67 Pertemuan spesial appBab 68 Pinang dibelah dua appBab 69 Adu pujian appBab 70 Si kacau Bobby appBab 71 Ungkapan mencengangkan dari Ryan appBab 72 Ditolak lagi appBab 73 Duel mulut appBab 74 ROG appBab 75 CEO tidak merestui appBab 76 Taruhan appBab 77 Nama CEO kita! appBab 78 Festival appBab 79 Pertemuan besar appBab 80 Persiapan sebelum pertemuan appBab 81 Hari yang memalukan appBab 82 Turning Point appBab 83 Dua badut appBab 84 Semakin merendah appBab 85 Rencana pembalasan app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta