Bab 2 Sang Pewaris
Megah dan mewah saja rasanya tidak cukup untuk menggambarkan kemegahan bangunan yang terletak di atas Vila Rumah Putih. Artefak kuno dan lukisan terkenal dari seluruh dunia dapat terlihat menghiasi seluruh tempat dalam ruangan ini. Bahkan batu bata di lantai tempat mewah seperti ini bernilai sebulan dari gajiku. Rangga berbicara dengan dirinya sendiri.
Dia dibimbing oleh para pria ke ruang belajar sambil dia terus asik dengan pikirannya sendiri. Interior ruang belajar dibuat minimalis. Beberapa patung taksidermi menghiasi bagian atas rak buku. Seorang lelaki tua yang terlihat rapuh dan dengan kondisi kesehatan yang terlihat buruk sedang duduk di seberang meja bundar.
Orang tua itu sedang berbaring di kursi dengan mata terpejam.
Di belakang lelaki tua itu berdiri beberapa pengawal dengan pakaian hitam. Seorang sekretaris wanita muda berparas cantik sungguh terlihat mencolok di antara para pengawal.
Rangga mengerutkan keningnya. "Siapa kamu? Kenapa aku merasa kalau aku pernah bertemu denganmu?”
Pria tua itu tiba-tiba membuka matanya. “Rangga, apa kamu masih menjalani kehidupan yang menyedihkan. Ada apa? Kamu tidak mengingatku lagi?”
Rangga dengan cepat teringat kejadian 2 tahun yang lalu, ketika dia menyelamatkan seorang pria yang mencoba bunuh diri saat hari hujan. Rangga bekerja sebagai pengantar barang pada waktu itu. Dia menatap pria tua itu dengan seksama. Ya Itu pasti dia, kan?
Rangga menyelamatkan hidup pria itu selama liburan musim panas di tahun pertamanya di Universitas. Dia selalu memegang prinsipnya yaitu melakukan segala sesuatu hingga selesai. Jadi, Rangga tetap tinggal di rumah sakit dan merawat pria itu untuk sementara waktu. Itulah alasan dia mengingat pria itu.
"Ah! Aku ingat sekarang. Ternyata itu anda." Rangga tiba-tiba berdiri dan mengarahkan jarinya ke pria tua itu. “Anda didiagnosis menderita penyakit mematikan dan mengendarai Rolls-Royce ke sungai. Anda adalah paman yang ingin bunuh diri waktu itu kan. Uhm... namamu Ar... Arman, bukan?”
“Haha, iya benar itu aku.” Arman tersenyum tipis. "Jadi kita bertemu lagi sekarang."
Rangga mencondongkan tubuh ke depan untuk memeriksa pria tua itu. Dia berbicara. “Sesuatu terlihat tidak masuk akal disini. Kenapa Anda tampak terlihat begitu tua? Bukankah Anda masih berusia sekitar 50 tahun? Anda terlihat seperti sudah berusia 70 tahun sekarang!”
Arman berkata dengan santai, “Ini adalah efek samping dari melakukan kemoterapi untuk kankerku. Aku tidak bisa menghindari kodrat alam untuk jatuh sakit dan menjadi tua, bahkan orang semapan aku.”
Wajah Rangga menjadi muram. Dia tidak tahu bagaimana menghibur pria yang sedang tersiksa oleh penyakitnya itu.
Arman berkata, “Aku tidak punya banyak waktu lagi, Nak. Aku berjanji padamu bahwa aku akan membalas budimu suatu hari nanti. Jadi hari ini akan menjadi hari dimana aku membalas kebaikanmu yang telah kamu berikan padaku waktu itu. Tanda tangani dokumen ini dan kamu akan memiliki semua yang kumiliki.
Sekretaris wanita muda dengan paras wajah cantik di belakang Arman mengeluarkan perjanjian warisan dan menyerahkan dokumen itu kepada Rangga.
"Ah? Warisan?" Rangga merasa ini tidak nyata, seolah-olah dia sedang bermimpi.
Dia berkata dengan bingung, “Apakah Anda serius? Anda tidak perlu memberiku semua yang Anda miliki hanya karena Anda mengidap penyakit mematikan dan istri Anda berselingkuh. Bukankah Anda punya anak sendiri? Aku hanya orang asing bagimu.”
Tubuh Arman bergetar sesaat sebelum dia berkata dengan sedih, “Aku memiliki 3 putra dan 2 putri, tetapi mereka tidak ada hubungannya denganku sama sekali. aku tidak memiliki anak...."
Rangga terdiam. Ah, kasihan sekali orang tua ini. Dia harus mengetahui kalau dia sudah ditipu oleh istrinya di usianya yang begitu tua ini.
Arman melanjutkan. “Aku menghabiskan 2 tahun untuk mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku dari tangan mereka. Aku membutuhkan seseorang untuk mengambil alih kerajaan perusahaanku sekarang karena umurku tidak akan lama lagi. Aku masih berhutang budi kepadamu, jadi jika Kamu bersedia menerima hartaku, maka Kamu akan mewarisi semua kekayaanku. Jika Kamu tidak bersedia menerima proposal ini, maka Kamu bebas untuk pergi setelah menerima sejumlah uang.”
Rangga merasa dirinya seperti orang yang paling beruntung jika menerima mewarisi kekayaan sebesar itu, hanya dikarenakan telah menyelamatkan seseorang dengan niat baik 2 tahun yang lalu.
Tapi Rangga juga tidak bodoh, dia telah mempertimbangkan masalah ini dari berbagai sudut pandang. Kalau aku mewarisi semua kekayaannya yang besar ini, maka aku juga akan mewarisi semua musuh dan masalahnya. Aku tidak berpikir kalau dia tidak memiliki musuh setelah membangun kerajaan yang begitu besar.
Tapi Rangga tidak ragu-ragu. Dia tidak mau munafik untuk bertindak seperti dia tidak membutuhkan uang. Aku membutuhkan uang ini agar aku dapat menjalani kehidupan yang lebih baik, agar aku tidak lagi dipandang rendah oleh orang lain. Aku hanya bisa membuang reputasiku sebagai pecundang yang jika aku memiliki kekayaan yang cukup untuk mendukungku.
Rangga menandatangani namanya dan menekan cap jempolnya ke dokumen.
Arman berkata kepada sekretaris wanitanya yang mengajukan perjanjian warisan, "Yuki, Rangga akan menjadi Tuan mudamu mulai saat ini dan seterusnya."
Yuki menatap Rangga dengan sungguh-sungguh dan membungkukkan badanya. "Tuan muda, Yuki akan menjadi sekretaris pribadimu yang paling setia mulai saat ini dan seterusnya."
Rangga buru-buru berbicara. “Eh? sekretarisku? Namamu Yuki, Apakah aku benar? Sebenarnya.... Aku hanya seorang mahasiswa biasa. Justru akulah sekarang yang sebenarnya mulai perlu banyak bantuan darimu.”
Yuki tersenyum dan berkata dengan sopan, “Tentu saja, tuan muda. Anda benar-benar orang yang rendah hati.”
Arman melambaikan tangannya pada Rangga untuk memberinya isyarat. Rangga berjalan ke arahnya dengan cepat karena dia sangat berterima kasih kepada orang tua itu. Dia membungkuk ke bawah di samping kursi dan menatap lelaki tua yang telah mewariskannya dengan kekayaan yang sangat besar.
Arman dengan lembut menepuk kepala Rangga. “Ingat ini, namaku Arman. Aku orang Indonesia yang lahir di luar Negeri. Kamu adalah orang yang sangat memperhatikanku dan membantuku menenangkan diri dua tahun lalu ketika aku mengalami masa-masa terendah dalam hidupku. Aku seorang pengusaha elit sepanjang hidupku. Aku mungkin kalah, tetapi aku tidak akan pernah menyerah begitu saja. Alasan pertama kenapa aku memberikan seluruh warisanku kepada dirimu adalah karena aku membalas budi kepadamu. Alasan kedua adalah karena...... Aku merasa kesepian. Aku tidak memiliki siapa pun yang dekat denganku, bahkan teman pun tidak. Sekarang kamu telah mewarisi semua yang kumiliki, aku harap kamu tidak mengikuti jejakku dan hidup menyendiri ketika kamu tua nanti.”
Rangga merasa sedikit tersentuh oleh ucapan Arman. Orang tua ini memiliki kehidupan yang lebih buruk daripada para Raja di masa lalu. Cukup menyedihkan baginya untuk merasa begitu kesepian di usia tuanya, istrinya bahkan berselingkuh.
Rangga terisak saat dia merasa kasihan pada Arman. “Oke, aku tahu sekarang. Terima kasih atas kata-kata bijaknya, Ayah angkat.”
Arman tersenyum tiba-tiba. “Kamu sungguh bermulut manis. Para dokter mengatakan kalau waktuku tinggal sisa 6 bulan lagi. Sekarang kamu telah menandatangani perjanjiannya, itu artinya kamu memiliki waktu 6 bulan untuk membiasakan diri dengan semua warisanmu. Yuki akan menjelaskan kepadamu apa pun yang kamu tidak mengerti. Aku harus menghadiri pertemuan penting di Inggris malam ini, jadi temani aku ke helipad sekarang.”
Rangga menyetujui permintaannya. Dia merasa perlu untuk memenuhi tugasnya sebagai anak angkat Arman, sekarang dia menyebut lelaki tua itu sebagai ayah angkatnya. Bocah itu mendorong Arman di kursi rodanya ke helipad yang terletak di perkebunan di samping vila.
Rangga kembali ke vila megah setelah mengantar Arman pergi. Dia berkeliling di sekitar tempat itu dan menyentuh lukisan terkenal karya Van Gogh, lalu dia memeluk beberapa keramik kuno yang berasal dari Dinasti Ming. Bocah itu mengistirahatkan dirinya di sofa nyaman yang terbuat dari kulit badak. Dia merasakan kegembiraan yang belum pernah dia alami sepanjang hidupnya saat Rangga menatap kosong ke lampu gantung yang menempel di langit-langit. Lampu gantung itu memiliki desain yang mirip dengan yang ada di rumah-rumah bangsawan Inggris.
Tapi Rangga masih sedikit bingung. Dia bertanya. "Yuki, tolong beri tahu aku bahwa ini semua bukan mimpi."
Yuki menyilangkan telapak tangannya di depan perutnya dan sedikit membungkuk. Gadis itu berkata, “Tentu saja ini bukan mimpi, tuan muda. Kamu barus saja telah mewarisi semua kekayaan di bawah kepemilikan tuan besar. Segala sesuatu yang kamu lihat di sini, adalah milikmu sekarang.”
Rangga berbalik untuk melihat gadis itu dengan bingung. “Yuki, apakah kamu bagian dari warisan juga? Jangan bilang bahwa kamu telah menandatangani perjanjian untuk menjual dirimu sendiri? Hubungan kita hanya majikan dan karyawan, kan?”
Yuki berkata dengan sopan, “Aku dipilih langsung oleh tuan besar untuk melayani tuan muda sebagai sekretaris pribadi. Aku dipilih dari kamp pelatihan dan menjalani 2 tahun pelatihan lanjutan untuk memenuhi tujuan tugas ini.”
Rangga menangkap kata-katanya. Dipilih dari kamp pelatihan?
Dia mulai menakar sekretaris muda dan cantik itu. Dia tinggi, dengan tubuh langsing. bentuk wajah Yuki juga luar biasa. Dia jauh lebih baik daripada Melisa dalam segala hal.
Rangga terpesona oleh Yuki selama 2 detik. Kemudian dia kembali tersadar dan berbicara dalam hatinya. Dia benar-benar cantik. Pakaian bisnisnya hanya menonjolkan sosok tubuhnya. Tapi tidak sopan menatap tubuh seorang gadis, jadi aku harus mengendalikan diriku untuk tidak mempermalukan diriku sendiri.
Yuki sedikit terkejut. Dia sudah terbiasa mendapat lirikan dari pria-pria mapan terhadap tubuhnya, tetapi pemuda di depannya ini mampu mengalihkan pandangannya setelah terpesona olehnya sesaat. Respon Rangga yang berbeda memberikan kesan yang baik pada gadis ini.
Yuki berpikir kalau Rangga mungkin berbeda dari pria lain.
Rangga berbicara dalam hatinya saat dia melihat Yuki. Jika aku membawa Yuki kembali ke kampus sekarang dan dilihat oleh Melisa, wanita jalang itu mungkin akan sirik dengan kecantikan Yuki.
Setelah kupikir-pikir, kenapa aku harus merencanakan sesuatu yang begitu kecil untuk mempermalukan Melisa? Aku sudah menjadi orang yang sangat kaya sekarang, jadi aku tidak perlu membungkuk begitu rendah.
Tapi Rangga masih kesal dengan pengkhianatan Melisa setelah dia mencurahkan isi hatinya untuk gadis itu dalam dua tahun terakhir.
Yuki memperhatikan ekspresi wajah depresi pada Rangga. Dia bertanya dengan rasa ingin tahu, “Tuan muda, apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? Mungkin aku bisa membantu?” Rangga menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. “Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Pacarku mencampakkanku pagi hari ini dan pergi dengan seorang pria kaya. Aku hanya sedikit marah tentang kejadian itu.”
Yuki mengungkapkan pikirannya. “Tuan muda, Anda sudah sangat kaya sekarang, gadis mana pun akan senang memiliki Anda. Aku percaya bahwa pacarmu akan kembali ke sisimu setelah Anda memberi tahu dia identitas dan status kekayaanmu saat ini.”
Rangga tersenyum tipis. “Aku sudah tidak menginginkan gadis itu lagi. Aku tidak ingin berakhir menjadi seperti ayah angkatku. Yuki, apakah kamu tahu apa itu bercinta?”
Yuki tersipu. Dia menjawab. "Bercinta? Maksudmu sesuatu seperti laki-laki dan perempuan yang sedang telanjang bersama?”
Rangga terdiam dengan jawabannya. Dia kurang pengetahuan dasar di bidang itu, ya?
Dia menggelengkan kepalanya. “Ah, sudah lupakan saja. Semuanya sudah berlalu sekarang, jadi tidak ada gunanya bagiku untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan itu lagi. Oh, ada pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu. Berapa banyak kekayaan yang aku warisi dari ayah angkatku?”
Yuki dengan cepat mengambil tablet dari mobil ketika dia mendengar tentang pertanyaan Rangga yang terkait dengan bisnis. Dia berbicara sambil membolak-balik laporan. “Aku benar-benar minta maaf karena harus member tahu anda kalau belum ada angka yang pasti saat ini. Admin dari perusahaan di luar negeri belum memberi tahu aku tentang pendapatan dan evaluasi aset mereka. Tetapi dari informasi yang aku terima saat ini, perusahaan-perusahaan di dalam Klan Madara telah memperoleh laba bersih sebesar 6,9 triliun dari kuartal sebelumnya saja. Adapun total kekayaan bersih, aku tidak dapat menghitung nilainya karena data yang tidak mencukupi.”
Rangga tersentak. "Keuntungan sebanyak itu dalam satu kuartal?"
Yuki tersenyum manis. “Ya, benar tuan muda. Anda adalah orang kaya sekarang.”
Rangga bertanya dengan nada bercanda. "Yuki, menurutmu apa aku harus melanjutkan pendidikanku di Universitas, sekarang aku sudah memiliki begitu banyak warisan?"
Yuki memiringka kepalanya sedikit dan berkata, “Tuan muda, sangat penting bagimu untuk melanjutkan kuliahmu untuk menjadi pria yang lebih pintar. Aku percaya bahwa tuan muda akan tumbuh menjadi orang yang bijaksana di masa depan dengan kerendahan hati seperti itu.”
Rangga tersentuh oleh kata-kata gadis itu. Dia juga bukan orang yang sederhana. Dan Yuki benar, jadi bagaimana jika aku punya banyak uang? Jika kemampuanku tidak sesuai dengan statusku, maka semua kekayaan yang kuwarisi akan habis begitu saja cepat atau lambat.
Rangga mengepalkan tinjunya. "Oke. Aku akan fokus pada kuliahku mulai sekarang, dan agar bisa mengatasi perpisahan sesegera mungkin. Yuki, bisakah kau mengantarku kembali ke Universitas? Oh, tolong transfer lima ratus ribu ke rekening bankku juga.”
"Seperti yang Anda inginkan, tuan muda." Yuki tersenyum. Dia membungkuk dengan sopan saat Rangga memasuki mobil.