Bab 11 Akibat
Taman bambu di dalam lingkungan kampus adalah tempat di mana sebagian besar pasangan akan berbagi momen intim mereka di malam hari karena pencahayaannya yang redup.
Di depan pintu masuk taman bambu berdiri sebuah struktur patung Ki Hajar Dewantara, yang sangat kontras dengan perilaku pasangan di dalam taman.
Rangga tiba di taman lebih awal. Dia berjalan di sekitar taman dan mendapati beberapa pasangan yang sedang bermesraan. Mereka memutar mata ke arahnya. Rangga merasa bersalah atas apa yang dia lakukan juga. Dia tidak ingin menjadi penganggu, tetapi Helen mengajaknya untuk bertemu di taman itu.
Rangga merasa tertekan melihat pasangan yang saling menyentuh dan mencium satu sama lain. Belum lama ini, aku sering mengunjungi taman ini dengan Melisa untuk saling bercumbu juga. Aku pasti merindukan momen-momen yang mendebarkan itu.
Sebuah omelan terdengar dari belakangnya tiba-tiba. “Hei, Rangga! Kamu sungguh hina.”
Rangga berbalik dan melihat Willy serta mantan pacarnya, Melisa. Oh, sebuah keberuntungan macam apa ini. Kenapa aku harus bertemeu dengan mereka di sini?
Melisa berkata dengan nada menghina, "Apakah kamu membuntutiku sampai ke sini? Kamu tidak mudah menyerah, ya? Aku sudah memberitahumu kalau tidak mungkin bagi kita berdua untuk kembali bersama. Willy adalah pria yang paling cocok untukku.”
Willy tertawa. “Rangga, aku pikir aku sudah memperingatkanmu untuk tidak menganggu Melisaku, jika tidak, kamu akan menanggung konsekuensinya. Apakah kamu harus bertindak seperti seorang pecundang yang menyedihkan? Kenapa kamu mengikuti Melisaku bahkan setelah dia mencampakkanmu?
Rangga tidak peduli tentang pasangan yang tak tahu malu ini. Dia berbicara. “Uhm, jangan terlalu menilai tinggi dirimu sendiri. Aku sedang menunggu seseorang di sini.”
"Pffftt, lihat dia menyangkal fakta dengan begitu berani." Melisa sengaja mengeluarkan iPhone barunya untuk pamer di depan Rangga. “Kamu adalah satu-satunya orang yang tidak diinginkan siapa pun setelah dicampakkan olehku. Aku bahkan mendengar kalau kamu sangat miskin, dan membuatmu harus mencuri sarapan seseorang di perpustakaan pagi ini. Apa ini lelucon! Kemudian kamu langsung pergi dan membuat dirimu tertangkap basah karena memata-matai seorang gadis cantik dari jurusan bisnis. Kamu bisa bertahan karena gadis itu bersedia memaafkanmu. Kapan kamu akan tumbuh dewasa? Aku berharap kamu bekerja lebih keras karena statusmu yang buruk, tetapi ternyata tidak!”
Rangga terdiam. Orang selalu mengatakan bahwa orang bijak tidak menyebarkan desas-desus palsu. Aku benar-benar khawatir tentang kecerdasan dua orang bodoh ini.
Willy tertawa terbahak-bahak. Dia membelai bokong montok Melisa saat dia berbicara. "Betul sekali. Kamu benar-benar hidup sesuai dengan reputasimu yang buruk dan tercela. Tidak ada yang berkelas tentang caramu bertindak. Gadis mana pun akan merasa malu terlihat bersamamu. ”
Rangga menyipitkan matanya. Willy melakukan itu dengan sengaja! Dia meraba-raba Melisa begitu terang-terangan di didepan mataku untuk membuatku marah.
“Ahh, kau membuatku terangsang, Will.” Melisa berbicara dengan napasnya yang sesak. Dia sengaja mengerang ketika dia menyadari bahwa Rangga sedang menatapnya.
Willy terstimulasi setelah mendengarkan suara Melisa. "Apa masalahnya? Mari kita tunjukkan pada pecundang yang malang ini daripada orang-orang seperti dia yang hanya pantas untuk melakukannya dengan dirinya sendiri menggunakan tangannya. Tidak akan ada wanita yang membiarkan dirinya melakukannya dengannya. Ayahnya juga bajingan yang malang. Dia beruntung berteman dengan ayahku. Itu sebabnya ayahku mengasihani keluarga miskinnya dan memberinya pekerjaan sebagai pengawas. Ha!"
Rangga mengepalkan tinjunya dengan erat. Dia berbicara dengan nada mengancam. "Willy, kamu telah melewati batas sekarang."
Willy bergidik. Dia tahu bahwa Rangga bisa bertarung dengan sangat baik. Dia dengan cepat mengalihkan topik pembicaraan dari ayah mereka.
Pria tak tahu malu itu menyelipkan tangannya di bawah kemeja Melisa dan meraba-raba tubuh gadis itu. Dia berkata dengan kejam, "Apa yang akan kamu lakukan? Kamu akan memukulku? Rangga, kamu hanya iri padaku dan kekayaanku. Kamu menjadi pendendam karena aku mencuri pacarmu dan memenangkan hatinya darimu. Nah, itu hanya kemampuanku yang tidak akan pernah kamu dapatkan. Apakah kamu dapat menemukan seorang gadis yang lebih menarik daripada Melisa? Aku tidak akan takut. Kamu hanya pantas mendapatkan petani jelek dan menjalani hidupmu yang suram!”
"Sudah cukup, diamlah!" Seorang gadis berpakaian putih dan rambut panjang tiba-tiba bersuara keras dan berjalan ke sisi Rangga. Dia mengaitkan tangannya di sekelilingnya dan berkata, "Maaf karena membuatmu menungguku begitu lama, Rangga."
Rangga menatap ke arah Helen. Gadis itu tampak seperti berusaha lebih keras untuk berdandan hari ini. Dia terlihat lebih menawan dari biasanya.
Helen memegang lengan Rangga dan berbicara. “Tolong jangan sakiti pacarku dengan cara apapun. Kalau tidak, aku akan membuatmu menanggung akibatnya.”
Willy tidak bisa menahan keheranannya. “Bagaimana mungkin!”
Melisa tercengang. "Apa?!" Bahkan kita belum lama putus, dan Rangga sudah menemukan pacar baru?
Dan bukan sembarang pacar. Ini adalah salah satu dari 3 wanita cantik terbaik dari Universitas Teknologi Jayakarta, Helen! Dia gadis sempurna yang menerima pengakuan dari semua orang. Ayahnya bahkan mengatur lebih dari 20 mobil mewah di sepanjang sekolah dan meletakkan karpet merah di lantai ketika hari pertamanya dikampus. Semua bertujuan untuk mengumumkan kepada semua orang bahwa Helen adalah wanita kaya dan sempurna.
Melisa dianggap sebagai gadis cantik, tetapi cahayanya meredup secara signifikan dibandingkan dengan Helen. Fitur wajah Melisa, bentuk tubuh, latar belakang keluarga serta suaranya tidak dapat mencapai sebagian kecil dari kesempurnaan Helen.
Bagaimana seorang wanita seperti dia mengarahkan pandangannya pada pecundang seperti Rangga?
Melisa mencubit lengannya sendiri untuk memastikan bahwa pemandangan itu bukan mimpi. "Kenapa? Bagaimana? Ini tidak mungkin!"
Rangga adalah pecundang yang bau. Dia bukan siapa-siapa setelah dibuang olehku. Pecundang itu seharusnya menjalani hari-harinya dengan membenamkan dirinya dalam kesakitan dan penyesalan karena kehilanganku. Dia seharusnya membuntutiku dan mengagumi hidupku dari jauh setelah kami putus.
Melisa merasa harga dirinya meningkat ketika dia melihat betapa buruknya kehidupan Rangga setelah mereka putus. Dia membutuhkan kepastian bahwa meninggalkan Rangga untuk Willy adalah keputusan terbaik dalam hidupnya.
Tapi dia merasa cemas dan gelisah setelah melihat Rangga menjalani kehidupan yang lebih baik daripada dia. Dia bahkan menemukan seorang gadis yang lebih cemerlang dari dirinya dalam segala hal yang mungkin. Melisa berpikir dalam hati.
Aku tidak boleh kalah! Bagaimana aku bisa membiarkan Rangga menjalani kehidupan yang lebih baik daripada diriku? Bagaimana dia bisa mendapatkan wanita sehebat Helen? Dia harus merendahkan dirinya untuk melalui hari-harinya setelah kehilangan aku!
Melisa menyenggol lengan Willy. "Will, katakan sesuatu."
Tapi Willy hanya berhasil menelan ludahnya yang meluap saat dia menatap Helen. Wanita seperti dewi itu terlalu mempesona bagi Willy untuk mengalihkan pandangannya. Dia naksir Helen sebelumnya, tetapi perbedaan antara dirinya dan Helen terlalu besar baginya bahkan untuk mengumpulkan keberaniannya untuk mendekatinya.
Willy berpikir dalam hati. Ya Tuhan. Ini pertama kalinya aku melihat Helen dalam jarak sedekat ini. Kulit seputih salju dan bentuk wajah yang cantik membuatnya tersenyum begitu mempesona. Sosok tubuh ramping dengan sepasang payudara yang berkembang dengan baik. Dia begitu menawan dan menggoda.
Melisa sangat marah dengan perilaku Willy yang menatap 'pacar' Rangga. Dia merasa dipermalukan. Rangga menemukan gadis yang lebih baik setelah dipisahkan dariku? Aku tidak pernah bisa menerima ini.
“Tatap saja sesuka hatimu! Aku pergi." Melisa menarik tangannya dari Willy dan berbalik untuk pergi.
Willy tersadar kembali. Helen adalah sosok yang hanya bisa dia impikan, tapi selamanya di luar jangkauan. Melisa adalah pacarnya saat ini. Dia berkata dengan bingung, “Eh? Mel, dengarkan aku.”
Rangga menggelengkan kepalanya. Kenapa mereka harus mempermalukan diri mereka sendiri dengan cara ini.
Dia bertanya. “Kapan aku jadi pacarmu?”
Helen melepaskan tangan Rangga. Dia menepuknya dan berpura-pura marah. “Kenapa kamu menanyaiku bukannya menunjukkan rasa terima kasihmu? Aku hanya membantumu karena aku melihat mereka mengejekmu dari jauh.”
Rangga tersenyum. "Kamu benar. Aku harus berterima kasih pada dua kesempatan sekarang. Terima kasih telah membantuku tadi sore di lapangan bulu tangkis serta untuk saat ini. Katakan apa pun yang kamu inginkan. Aku akan memenuhi keinginanmu.”
Helen tertawa. "Oke. Ada bantuan yang ingin aku minta darimu.”
Rangga tanpa ragu-ragu berkata. "Bantuan apa?"
Helen mengerutkan bibirnya. “Tunjanganku telah dipotong karena beberapa masalah yang dihadapi keluargaku. Jadi bisakah kamu mengajari aku cara berinvestasi di pasar saham? kamu sudah mendapat keuntungan 200juta sebelumnya, kan?”