Bab 9 Gery Menghilang
Sementara itu di kantor Grup Samuel, Niko sedang rapat ketika Andi menelponnya. Saat dia mendengar kalau Gery menghilang, dia segera beranjak dari kursinya dan berjalan keluar dengan ekspresi wajah yang dingin, lalu berkata sambil menggertakkan giginya, “Rapat selesai!”
Dia tidak menyembunyikan amarahnya. Dasar tidak berguna! Apa gunanya dia punya banyak pelayan kalau mereka tidak bisa menjaga anak-anak!?
Niko tampak lebih menyeramkan daripada saat dia menaiki mobilnya tadi. Baru saja dia akan kembali ke rumah, ponselnya tiba-tiba berdering.
Itu dari nomor tidak dikenal, Niko awalnya tidak mau mengangkatnya, tapi dia tidak sengaja memencet tombol angkat, bukannya menutup telepon.
Setelah telepon terhubung, terdengar sebuah suara perempuan yang agak canggung di ujung telepon. Dia terbata-bata. “H-halo, Pak Niko. Ini saya, Tiara, pemain biola yang tampil di pesta ulang tahun Tuan Muda Gery kemarin. Apakah Anda masih ingat?”
Tiara tidak mendengar jawaban Niko, tapi dia bisa mendengar jantungnya berdegup sangat kencang. Dia tidak begitu yakin kalau Niko akan mengingatnya setelah pertemuan singkat mereka di kapal pesiar. Tapi, saat ini itu bukan hal penting.
Setelah berdeham, Tiara berkata dengan sopan, "Pak Niko, Gery datang ke gedung orkestra untuk mencari saya sendirian. Saya khawatir kalau Anda sedang mencarinya, jadi saya menghubungi Anda. Jika Anda tidak keberatan, apakah Anda bisa datang dan menjemputnya kemari?”
Wajah Niko semakin muram saat dia menjawab dengan dingin, “Aku mengerti. Aku akan segera kesana. Terima kasih.” Lalu dia menutup teleponnya dan segera menghubungi asistennya, dan berseru, “Cari tahu semua informasi tentang perempuan bernama Tiara Romario sekarang juga—masa kecilnya, penghargaannya di sekolah, semua detil yang ada tentangnya!”
Sambil menelepon, dia menginjak pedal gas dan melaju kencang menuju gedung National Symphony Concerto.
…
Niko melaju kencang dan sampai di gedung tepat waktu. Dia hanya butuh waktu satu jam untuk menyelesaikan dua jam perjalanan menuju gedung itu.
Saat dia bergegas masuk ke dalam gedung orkestra, semua orang bisa melihat betapa wajahnya sangat muram.
Melihat kedatangannya, Tiara segera beranjak dan menyapanya dengan canggung, "P-Pak Niko!"
Di satu sisi, Adam, terlihat kebingungan meskipun dia tetap diam, bahkan tidak berani untuk menghela napas.
Sangat berbeda dengan kegelisahan mereka, Gery tampak duduk dengan gembira. Dia menggoyangkan kaki kecilnya diujung kursi dan dia terlihat tenang.
Pembuluh darah di kepala Niko berdenyut dan nada suaranya tidak bisa digambarkan dengan kata-kata, seolah datang dari neraka yang paling dalam, dan dia berkata dengan tajam, “Gery. Samuel. Aku tidak tahu darimana kamu punya nyali sebesar ini, tapi beraninya kamu kabur dari rumah!”
Tiara dan Adam terkejut mendengar suaranya yang penuh dengan amarah.
Tapi, Gery justru terlihat tenang sambil mengalihkan pandangannya dengan angkuh dan mencibir, “Bukan salahku kalau Papa tidak menepati janji. Papa bilang akan mengantarku menemui Nona cantik, tapi Papa bohong. Jadi, aku tidak punya pilihan lain selain datang kesini sendirian.” Ujarnya dengan lembut, tapi perkataannya sudah cukup menusuk hati.
Niko terkejut mendengar perkataan Gery yang terus terang, dan untuk beberapa saat, dia tidak yakin apakah dia harus berdebat soal ini. Dia tidak bisa menyangkal kalau dia terus mengulur waktu, berharap Gery akan lupa dengan janji itu, meskipun Niko tidak berani mengakuinya.
Kemudian, dia mengambil napas dalam-dalam dan berjalan mendekati Gery, berusaha untuk menenangkannya. “Jangan terlalu kasar, nak. Papa disibukkan dengan pekerjaan, tapi Papa berusaha mencari jadwal kosong untuk mengajakmu bertemu Nona Tiara. Seharusnya kamu tidak kabur dari rumah. Kami semua mengkhawatirkanmu!”
"Hmmph!" gerutu Gery, lalu dia berkata, “Aku tidak percaya. papa terus di rumah selama tiga hari berturut-turut, jadi jangan bilang kalau Papa sibuk bekerja! Jangan anggap aku ini anak bodoh yang dengan mudahnya percaya kebohongan Papa! Aku sudah empat tahun dan aku bukan anak kemarin sore. Papa tidak bisa terus menerus membohongiku!”
Mendengar ini, Tiara tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa.
Sementara itu, Niko terkejut, tapi dia juga tergelak mendengarnya. Amarah yang tadi memenuhi dirinya seketika hilang ketika mendengar gerutuan anak laki-laki ini. Setelah menenangkan dirinya, Niko berkata pada Gery, “Baiklah, sekarang kamu sudah bertemu Nona cantik itu, kan? Kalau begitu ayo kita pulang, ya?”
Awalnya, Gery tidak mau pulang. Apalagi mengingat usaha kerasnya untuk bisa bertemu dengan Nona cantik kesukaannya ini. Dia berdiri dan berjalan mendekati Tiara, tapi tersandung dengan kaki kecilnya sendiri. Lalu dia berkata pada Ayahnya dan mencibirnya, “Papa bisa pulang sendiri kalau mau, tapi aku masih mau disini dengan Nona cantik. Aku tidak akan pulang!”
Setelah berkata seperti itu, dia memeluk kaki Tiara dengan erat, seperti seekor bayi kungkang yang keras kepala.
Saat itu, Niko menatap Tiara. Tatapan matanya dingin dan muram, mengingatkannya pada musim salju yang tandus, tapi sekilas terlihat rasa ingin tahu di balik matanya.
Tiara terkejut, dan wajahnya sedikit memerah. Tahu kalau Gery sedang merengek, dia mengikuti Niko dan berusaha untuk membujuknya. “Sayang, aku tidak tahu kalau kamu sangat menyukaiku. Dan aku tersanjung mendengarnya. Tapi bukan seperti ini caranya. Apalagi, aku masih harus bekerja—benar, kan, Pak Adam?" Ujar Tiara sambil menatap Adam.
Adam tidak tahu apa yang sedang terjadi saat itu, tapi dia mengiyakan perkataan Tiara dengan ragu-ragu, “O-oh, iya betul, Tuan Muda Gery—hari ini Tiara sangat sibuk. Dan dia tidak bisa menemanimu.”
Kecewa mendengarnya, Gery menundukkan kepalanya sambil bergumam, “Oh, baiklah …” Tapi, dia masih belum benar-benar menyerah. Dia menggigit bibirnya, lalu menatap Tiara dengan mata yang berbinar dan bertanya dengan lembut, “Kalau begitu, kita bisa makan siang bersama, Nona cantik. Bagaimana?”
"Itu..." Tiara berusaha mencari-cari alasan untuk menolak ajakannya, tapi dia tidak tega menolak anak laki-laki yang menatapnya penuh rasa sedih itu. Lalu dia tidak sengaja melihat wajah Niko yang dingin dan berpikir, Tidak mungkin dia mau. Lalu dia menghela napas dan berkata dengan tegas, “Sepertinya tidak bisa, sayang.”
Mendengar ini, Gery berkaca-kaca, dan matanya memerah saat air matanya mulai menggenang. Bibir merah mudanya gemetar, dan sepertinya sebentar lagi dia akan menangis.
Hati Tiara berkecamuk dan dia menatap Niko dengan tatapan penuh harap. Berharap Niko bisa menyela pembicaraan mereka dan menenangkan Gery.
Niko sepertinya tampak tertekan saat dia mengernyitkan keningnya, mencoba untuk mengalah dari rengekan anaknya. “Tapi, janji ya kamu pulang bersama Papa setelah makan siang?”