Bab 10 Siapa yang Kamu Panggil Anjing Kampung?
Gery tampaknya sedang mempertimbangkan penawaran Papanya, lalu menganggukkan kepalanya setuju. “Papa, setelah kupertimbangkan, Papa benar. Aku tidak bisa terus menempel pada Nona cantik dan mengganggu pekerjaannya kalau dia sedang sibuk.”
Di sampingnya, Tiara tersenyum lebar. Dia pandai berbicara untuk anak seusianya, bahkan tidak ada yang menyangka kalau dia masih anak-anak.
Mendengar tawaran Ayahnya untuk makan siang bersama, Gery tersenyum, kesedihan dari matanya menghilang dan berganti dengan rasa senang, “Asyik! Ini berarti aku bisa makan bersamamu, Nona cantik!”
Bibir Tiara tersenyum simpul saat dia berjongkok untuk menghapus air mata anak laki-laki itu. Saat Tiara melakukan itu, Gery terus melontarkan pertanyaan bertubi-tubi padanya, salah satunya, “Nona cantik, apa kamu biasa bekerja disini? Bolehkah aku berkeliling di tempat ini?”
Tanpa menunggu jawaban Tiara, Adam menyela dan berkata, “Tentu saja boleh, Tuan Muda Gery!"
Tiara pun juga setuju. "Wah, tentu saja, kamu bisa berkeliling kalau kamu mau. Aku akan menemanimu berkeliling sebagai pemandumu.” Setelah itu, Tiara mengangkat Gery dan menggendongnya sambil mengajaknya berkeliling ke banyak departemen di gedung perusahaan orkestra itu.
Meskipun begitu, dia menemani Gery berkeliling dengan tekanan yang besar, karena ada Niko yang mengikuti mereka sepanjang waktu.
Tiara tahu Niko tidak suka kalau Gery dekat-dekat dengannya, jadi Tiara hanya menggendongnya tanpa memanjakannya.
Tapi, sepertinya Gery berpikir yang sebaliknya, karena dia bergelayut pada Tiara seperti seekor ikan. Dia melingkarkan satu tangannya di leher Tiara dengan santainya sambil menatap sekeliling penuh rasa penasaran, dan dia banyak bertanya. Tiara menjawab pertanyaannya dengan sabar.
… …
Sudah hampir siang hari ketika mereka selesai berkeliling, dan Tiara berpikir sudah waktunya untuk makan siang. Baru saja dia akan mengatakan hal ini, tiba-tiba seorang resepsionis mendekatinya dan berbicara dengan lirih, “Nona Tiara, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda.”
Tiara mengangkat alisnya dan merasa bingung. Siapa yang ingin bertemu denganku saat makan siang?
Jadi, dia menurunkan Gery dan berkata pada Niko dengan sopan, “Tolong tunggu sebentar, Pak Niko. Saya akan menemui orang tersebut.” Lalu, dia berjalan menuju meja resepsionis.
Tiara tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan saudara tirinya, Sofia, dan Ibu tirinya, Laksmi, saat dia sampai di meja resepsionis.
Ketika dia melihat mereka berdua, ekspresi wajahnya berubah suram dan tanpa sadar, dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Dia sudah bisa menebak apa yang mereka berdua lakukan disini bahkan sebelum mereka menjelaskannya. Mereka pasti datang kesini karena diminta bayar ganti rugi dua belas miliar!
Dan ternyata, tebakannya benar. Mereka berdua datang untuk membicarakan tentang uang ganti rugi dua belas miliar itu.
Dengan kasar, Laksmi menarik tangan Tiara dan mencengkramnya sampai kuku-kukunya menancap di tangan Tiara, lalu dia berteriak kesetanan, “Dasar pelac*r! Aku tidak menyangka kamu adalah orang yang tidak punya hati! Aku tidak percaya kamu menjebak Sofia sampai dia harus membayar dua belas miliar untuk biaya ganti rugi, meskipun dia tidak bersalah!”
Laksmi sudah menghabiskan uangnya agar Sofia bisa naik ke kapal pesiar, berharap dia bisa mengenalkan putrinya pada laki-laki sosialita yang kaya raya dan keluarga yang menjanjikan. Tapi, bukannya berhasil mendapakan itu semua, Sofia justru berakhir dengan membayar ganti rugi sebesar dua belas miliar! Jumlahnya saja sudah sangat banyak, dan kalau nominalnya ditambah sedikit lagi saja sudah bisa menghancurkan keluarga Romario.
Tiara tersenyum ketika mendengar tuduhan ini dan berkata dengan nada dingin. “Aku harap kamu mengklarifikasi perkataanmu tadi, Laksmi. Justru putrimu yang ceroboh dan merusak biola berharga milik Nyonya Fania sebelum pesta dimulai. Jadi wajar saja kalau dia harus membayar ganti rugi."
Dengan penuh emosi, Laksmi membentak, “Beraninya kamu melawanku, hah? Kamu yang ceroboh! Bahkan tersandung kakimu sendiri saat beralan sampai merusak biolanya. Dan kamu menuduh saudaramu yang melakukannya! Dimana hati nuranimu, Tiara?!” Murka, Laksmi berhenti berbicara untuk bernapas sejenak, lalu mengancamnya dengan licik, “Dasar wanita murahan! Kalau kamu tidak memberikan uang dua belas miliar hari ini jangan salahkan aku kalau aku menggunakan kekerasan!”
"Hah! Lihat saja seberapa kejam yang bisa kamu lakukan!”
Melihat tatapan penuh kebencian di mata Tiara, Laksmi tersenyum licik dan berteriak, “Cepat kemari dan bawa dia!”
Mendengar perkataan Laksmi, dua orang pengawal berbadan besar dengan pakaian serba hitam merangsek masuk ke dalam lobi dan menjalankan perintah Laksmi.
Laksmi sudah menyewa keduanya tadi untuk membawa Tiara dengan paksa. Selain menuntut uang dua belas miliar dari Tiara, Laksmi juga punya niatan lainnya.
Saat ini, keluarga Romario sedang mengalami kesulitan karena bisnis keluarga mengalami penurunan dan untuk menyelamatkan perusahan, mereka harus membuat sebuah perjanjian bisnis lewat pernikahan.
Salah satu klien mereka adalah seorang laki-laki yang sangat berkuasa dan bisa membantu bisnis keluarga Romario kembali seperti semula, tapi anak laki-lakinya, yang awalnya dijodohkan dengan Sofia, mengalami demam tinggi saat dia masih kecil dan sakitnya itu mengakibatkan kerusakan otak.
Ketika Sofia mengetahui hal ini, dia menolak untuk melakukan perjodohan itu dan Laksmi berpikir kalau ini adalah saat yang tepat untuk memaksa Tiara menggantikan perjodohan Sofia.
Saat itu kedua pengawal mencengkram Tiara dengan erat dan Tiara tahu kalau dia tidak mungkin bisa melawan mereka. Kesulitan untuk melepaskan dirinya, dia menatap Ibu tirinya dengan tajam dan berkata, “Apa yang kamu lakukan, Laksmi? Lepaskan aku sekarang juga!”
Resepsionis itu ikut panik ketika dia melihat situasi yang jadi tidak terkendali dan dia berteriak memanggil para penjaga, “Penjaga! Penjaga!”
Para penjaga berada beberapa lantai di bawah mereka, jadi para penjaga tidak bisa segera datang. Tidak disangka, Gery tiba-tiba datang dan ketika dia melihat Tiara ditangkap oleh dua orang laki-laki secara paksa, dia berlari mendekat dengan marah. “Lepaskan Nona cantik itu sekarang! Kalian tidak bisa membawanya pergi begitu saja!”
Sofia mendengar teriakannya dan dia berbalik menatapnya. Saat dia melihat Gery, seketika wajahnya pucat pasi.
Belum sempat dia tersadar dari rasa takutnya, Laksmi mendekat dan mendorong anak laki-laki itu. “Darimana anak anjing kampung ini datang? Pergi dari sini!”
Gery hanya didorong perlahan, tapi tubuhnya yang mungil itu terjungkal ke belakang dan dia pun terjatuh ke lantai.
Marah, Tiara berteriak, "Laksmi, apa kamu sudah gila? Kenapa kamu melakukan itu pada anak kecil?”
Tiara berhasil melepaskan diri dari dua pengawal itu dan berlari mendekati Gery, lalu membantunya berdiri. Tiara bertanya dengan penuh rasa khawatir dan panik, “Sayang, kamu baik-baik saja? Apa ada yang sakit?”
Gery menggelengkan kepalanya, wajahnya yang polos itu terlihat tenang dan dia menjawab lirih, “Tidak.”
Gery memang mengatakan kalau dia tidak terluka, tapi Tiara melihat ada memar kemerahan di lengannya, yang menunjukkan kalau dia terjatuh ke lantai dengan keras.
Sedangkan Laksmi, yang sepertinya tidak menyadari masalah yang akan terjadi karena ulahnya, justru berteriak, “Aku tidak akan ragu menyakiti siapapun yang menghalangiku hari ini. Memang kamu mau apa?”
Tiara menatapnya tajam. “Kamu akan membayar perbuatanmu hari ini!”
Laksmi hanya mencibir saat dia melihat Tiara begitu melindungi anak kecil itu. “Aku cuma mendorongnya. Tidak perlu khawatir seperti itu. Memangnya dia anjing kampungmu atau apa?” Cibir Laksmi.
Tib-tiba, sesosok laki-laki yang tinggi dan ramping datang ke tempat keributan itu. Dan sebuah suara sedingin es terdengar seolah menusuk Laksmi seperti badai angin. "Siapa yang kamu panggil anjing kampung?”