Bab 4 Pesona Duda Beranak Dua

Ghina baru menyadari yang di maksud Akbar adalah Zalman, pria yang sudah menolongnya semalam. Kenapa seketika dia menjadi lambat dalam berpikir, mungkin ini karena benturan di kepalanya, pikir Ghina. Ghina terpaku saat melihat penampilan Zalman tampak segar dan lebih santai dengan celana panjang berbahan denim dan kaos berwarna putih, rambut yang masih sedikit basah membuat pesonanya bertambah di mata Ghina. Seketika Ghina menggeleng cepat dan melempar asal tatapannya saat Kedua matanya bertemu dengan mata Zalman. Pipinya merona seperti tomat karena tertangkap sedang menatap Zalman dengan intens. "Oh, i-iya. Maaf saya lupa, kepala saya-" "Sakit ya, Bu? Saya panggilkan dokter ya," potong Akbar cepat yang langsung keluar tanpa mengindahkan penolakan Ghina. "Kamu sudah bangun?" tanya Zalman, pria itu melangkah ke arah sofa dan memasukan pakaian kotornya ke dalam paperbag yang kosong. Begitu juga dengan handuk yang di pakai untuk mengeringkan kepalanya. Kepala Ghina mengangguk saja membenarkan pertanyaan Zalman. Ghina melihat Zalman tanpa berkedip saat pria itu menyisir rambutnya hanya dengan jemari karena Akbar yang lupa membawakan dia sisir rambut. Pesona pria bertubuh atletis dengan tinggi 178 cm itu sayang jika diabaikan, pikir Ghina. Kepala Ghina menunduk saat dia ketahuan sedang memperhatikan Zalman. "Kalau Anda mau mengganti pakaian, Anda bisa gunakan ini. Ini pakaian putri saya, tapi masih baru. Dia banyak belanja tapi tidak di pakai semua, saya rasa ukuran tubuh kalian sama." Zalman mendekat dengan paperbag ditangannya dan memberikan pada Ghina. Bersamaan dengan itu keduanya menoleh ke arah pintu saat Akbar masuk bersama seorang dokter. Dokter itu kembali memeriksa Ghina karena Akbar yang memanggilnya. "Saya tidak apa-apa, dok," lapor Ghina. "Dari luar memang terlihat tidak ada keluhan tapi siapa tahu dalamnya?" timpal Zalman yang gemas dengan Ghina, wanita itu selalu mengatakan tidak apa-apa. "Suami Anda benar, Bu," sahut dokter muda itu, dia baru saja aplusan dengan dokter sebelumnya dan mengira kalau Zalman dan Ghina adalah sepasang suami istri. Sontak pipi Ghina merona dan Zalman menjadi salah tingkah. "Mereka bukan suami istri, dok," ungkap Akbar. "Oh, maaf, maaf, saya kira -" "Tapi mereka cocok ya, dok," sela Akbar. Kepala dokter mengangguk membenarkan ucapan Akbar. Siapapun yang melihat Zalman dan Ghina akan mengira mereka sepasang suami istri padahal mereka baru saja bertemu semalam. *** Sebelum jam makan siang Zalman meminta ijin keluar sebentar untuk membeli makan siang. Karena tadi pagi Akbar hanya membawa sarapan dan pria itu kini belum kembali ke rumah sakit untuk membawa makan siang sedangkan perut Zalman sudah protes minta di isi. Kantin rumah sakit termasuk bersih dan lengkap, semua makanan tersedia di sana. Niatnya makan siang di sana Zalman urungkan. Dia membungkus makan siangnya kemudian memesan jus buah beberapa gelas dengan jenis buah yang berbeda. Begitu juga cemilan. Semua itu bukan untuknya sendiri melainkan untuk Ghina. Zalman paham betul kalau makanan rumah sakit walaupun sehat tapi tidak enak di lidah, dia ingin Ghina menikmati makanan yang enak. "Semuanya berapa?" tanya Zalman pada kasir di salah satu penjual makanan dan minuman. "Dua ratus lima belas ribu, Pak," jawabnya. Zalman merogoh kantong celananya dan mengeluarkan dompetnya kemudian membayar semua tagihan pesanan makanan dan minumannya. Bersamaan dengan itu ponselnya berbunyi. "Sebentar, Mas," ucap Zalman. Karena pria itu hendak menjawab panggilan yang masuk ke ponselnya. My princess memanggil ... "Pa, papa dimana sih? Dari kemarin kok gak pulang-pulang? Gak kasih kabar juga ke aku?" suara sang putri sangat nyaring terdengar di telinga Zalman sampai dia menjauhkan ponselnya dari telinga. "Assalamualaikum," salam Zalman setelah suara di seberang sana terdiam. "Wa-waalaikumsalam, Pa," balas Kila. "Nah gitu dong, beri salam dulu baru bicara," nasehat Zalman pada sang putri tersayangnya. "Maaf, lagian Papa sih!" "Papa lagi temani teman di rumah sakit, semalam dia masuk rumah sakit, memangnya Pak Akbar, Mbok Kayum dan Mbok Surti gak ngasih tahu?" Kepala Kila menggeleng padahal papanya juga tidak bisa melihat aksinya itu. "Pasti kamu gak tanya mereka 'kan?" selidik Zalman. Ayunisa Shakila Maheer putri kesayangan Zalman, anak kedua dari pernikahan Zalman dan mendiang Katrin yang sedang duduk di bangku SMA memang sedikit berbeda, dia jarang sekali berbicara pada pekerja yang ada dirumahnya. Sedikit sombong karena merasa menjadi nona muda di sana di sayang oleh Zalman dan dia menjadi besar kepala. Dia sangat berbeda dari kakak laki-lakinya yang bernama Calvin, Calvin Hafuza Isham Maheer Putra pertama serta anak pertama dari Zalman dan mendiang Katrin yang sedang berkuliah di Jerman dia supel dan ramah pada semua orang. Kila yang selalu cerewet jika ayahnya tidak pulang bahkan telat pulang sedikitpun dia pasti akan selalu mencarinya. "So, kapan Papa pulang?" "Setelah makan siang, ya, Sayang." "Ya sudah, bel sekolahku sudah berbunyi, aku mau istirahat dulu." "Kamu telpon Papa di kelas?" "Jam kosong, Pa. Sudah ya, bye, Pa." "Ya, Assalamualaikum." "Waalaikumsalam, Papa." Kila langsung mematikan ponselnya dan memasukannya ke dalam saku kemeja sekolahnya. Gadis itu langsung keluar kelas menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu keluar menuju kantin sekolah. Setelah selesai dengan telponnya, Zalman mengambil pesanan makanannya yang sudah dia bayar dan mengucap terima kasih pada pelayan di sana. *** Langkah kaki Zalman terhenti di depan pintu kamar rawat VIP, telinganya mendengar percakapan dua orang wanita di dalam sana. Satu suara yang dia kenal adalah milik Ghina dan satu lagi entah siapa. Bukan maksud menguping tapi percakapan itu cukup kencang karena wanita yang Zalman tidak kenal itu sedikit tinggi intonasinya. Zalman langsung berpura-pura duduk di kursi tunggu besi yang ada di luar kamar itu. Tamu wanita itu keluar dari kamar rawat VIP Ghina tanpa menyadari kehadiran Zalman yang duduk. Seorang wanita dengan pakaian seksi dan glamor dengan sepatu hak tinggi, rambut berwarna pirang dan membawa tas bermerek mahal jalan berlenggak lenggok meninggalkan ruang VIP itu. Ghina terkejut saat Zalman masuk ke dalam kamar tidak lama setelah wanita itu keluar dari sana. "Kenapa makanannya belum habis?" tanya Zalman saat dia melihat nampan makan siang Ghina belum habis. Jangankan habis, tersentuh saja tidak karena semua masih dalam tertutup plastik tipis. "Apa menunya tidak Anda suka?" lanjut Zalman karena Ghina masih terdiam. Zalman menarik meja beroda khusus makan milik rumah sakit mendekat ke brankar, membuka plastik tipisnya dan dia juga membuka bungkusan makan siangnya. "Kalau menu ini suka?" tanya Zalman menawarkan makan siang yang dia beli di kantin rumah sakit barusan. "Aku tidak lapar, Tuan," jawab Ghina. Zalman tertawa lepas, membuat Ghina tertegun dengan lesung pipi pria itu dan gigi putih yang berbaris rapih milik Zalman. "Kenapa?" tanya Ghina pelan. Zalman berdeham menetralkan suaranya, "Anda lucu, Mba Ghina." Ghina langsung mengerucutkan bibirnya, antara kesal dan keran mengapa bisa-bisanya pria itu menilai dirinya lucu.
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Kecelakaan Bab 2 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama Bab 3 Awal Mula Semua Kejadian Bab 4 Pesona Duda Beranak Dua Bab 5 Kedatangan Lira Di Rumah Sakit Bab 6 Dilema Zalman Bab 7 Keluarga Maheer Bab 8 Ghina Tidak Ada Di Rumah Sakit Bab 9 Club Malam Bab 10 Dilema Ghina Bab 11 Tidak Ada Pilihan Lain appBab 12 Perasaan Zalman appBab 13 Langkah Awal appBab 14 Sebuah Keberuntungan appBab 15 Buka Kartu appBab 16 Pekerja Tetap appBab 17 Pelecehan appBab 18 Aksi Zalman appBab 19 Kekhawatiran Zalman appBab 20 Dilema Ghina appBab 21 Lamaran Diterima appBab 22 Wanita Penghibur appBab 23 Kekhawatiran Kila appBab 24 Pernikahan Zalman Dan Ghina appBab 25 Sah Menjadi Suami Istri appBab 26 Hadiah Dari Calvin appBab 27 Burj Al-Arab appBab 28 Pagi Romantis appBab 29 Kabar Buruk appBab 30 Penyesalan Zalman appBab 31 Tidak diBela appBab 32 Skenario Sakit Kila appBab 33 Rindu Masa Sebelum Menikah appBab 34 Di Fitnah appBab 35 Pergi Dari Rumah appBab 36 Hanya Zeze Yang Tahu appBab 37 Terbongkar appBab 38 Akhirnya Bertemu appBab 39 Kembali Ke Rumah appBab 40 Drama Kila appBab 41 Zalman Murka appBab 42 Reaksi Anak-anak appBab 43 Hoax appBab 44 Tidak Sengaja appBab 45 Lahir Prematur appBab 46 Mulai Berteman appBab 47 Kila Tobat appBab 48 Hijrah appBab 49 Jodoh Untuk Kila appBab 50 Bunda Ghina appBab 51 Membahas Lamaran Untuk Kila appBab 52 Perubahan Sikap Aldi appBab 53 Romatis Ala Zalman appBab 54 Semakin Takut Kehilangan appBab 55 Bertemu Masa Lalu appBab 56 Pria Asing appBab 57 Kecurigaan Zalman appBab 58 Memuliakan Istri appBab 59 Menceritakan Masa Lalu appBab 60 Permainan Manis appBab 61 Aydan Demam appBab 62 Membawa Nathan Pergi appBab 63 Nathan ke Rumah Zola appBab 64 Nathan Pergi appBab 65 Bertemu Nathan Lagi appBab 66 Bukan Bian Pelakunya? appBab 67 Siapa Pria Misterius itu? appBab 68 Kecemasan yang Semakin Besar appBab 69 Trauma itu Mengikat appBab 70 Bagaimana Bila Semuanya tau? appBab 71 Penolakan Kila appBab 72 Yang Ghina Tutupi appBab 73 Bekerja sama Membohongi Papa appBab 74 Sarapan Hangat ala Keluarga Maheer appBab 75 Rencana Ghina appBab 76 Menemui Mantan Diam-diam appBab 77 Tunduk Padaku, Kau Aman!" appBab 78 Mandi Bareng? appBab 79 Cincin yang Hilang appBab 80 Hadiah Ulangtahun Pernikahan appBab 81 Banyak Berbohong appBab 82 Diantarkan Cilok appBab 83 Nasihat Aldi appBab 84 BLACK CARD appBab 85 Membuat Farhan Murka appBab 86 Nominal Fantastis appBab 87 Sebuah Penyesalan appBab 88 Kemana Uang itu Pergi? appBab 89 Munculnya Pertengkaran Hebat appBab 90 Kecanggungan Di Meja Makan appBab 91 Kekhawatiran Kakak Beradik appBab 92 Pesan Misterius appBab 93 Tamu tak Diundang appBab 94 Terbongkarnya Rahasia appBab 95 Kejutan untuk Perpisahan appBab 96 Cinta yang Dikhianati appBab 97 Keputusan Menyerah appBab 98 Hubungan yang Kandas appBab 99 Tidak Bisa Saling Percaya appBab 100 Patah Hati Terdalam app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta