Bab 8 Ghina Tidak Ada Di Rumah Sakit

"Kamu tunggu di mobil aja, Bar. Saya tidak lama," titah Zalman pada sang supir pribadi. "Siap, Tuan." Sudah biasa baginya menurunkan sang majikan di pintu utama sebuah gedung kemudian dia memarkir mobil di area parkir dan menunggu hingga Zalman menghubunginya kembali untuk minta jemput. Zalman masuk ke dalam rumah sakit dengan membawa bingkisan buah yang dia beli saat perjalanan tadi. *** Betapa terkejutnya Zalman saat dia masuk ke dalam ruang rawat inap Ghina, tapi ternyata ruangan itu kosong hanya ada ranjang yang sudah rapih. Pria itu kembali keluar kamar dan menghampiri meja jaga khusus suster dan dokter berada. "Sus, pasien di kamar VIP atas nama Ghina kemana ya?" tanya Zalman pada salah satu suster jaga di sana. "Mba Ghina sudah pulang, Pak. Setengah jam yang lalu setelah kunjungan dokter, beliau memaksa pulang," jawab suster bernama May di nametag-nya. Zalman mengeraskan rahang. 'Kenapa dia tidak memberi kabar padaku.' Bathinnya. "Apa dia meninggalkan nomer telpon yang bisa di hubungi?" lanjut Zalman bertanya, sungguh dia berharap bisa mendapatkan nomer telpon Ghina. Entah untuk apa tapi hatinya berkata demikian. "Sayangnya tidak, Pak. Mba Ghina malah memberikan nomer ponsel Pak Zalman." Zalman menghela napas panjang, kecewa karena Ghina tidak pamit dan tidak meninggalkan jejak sedikitpun. Pasalnya, pria itu sudah meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih detail untuk kepala Ghina yang terbentur saat kecelakaan tempo hari tapi kenapa wanita itu malah memaksa pulang. "Baiklah, Suster. Terima kasih infonya," pamit Zalman. "Sama-sama, Pak Zalman." *** Setelah menerima telpon dari Zalman, Akbar langsung siap siaga menjemput sang majikan di pintu utama rumah sakit. Keningnya menyernyit saat melihat Zalman masuk ke dalam mobil dengan bingkisan buah masih ditangannya. Akbar melajukan mobilnya pelan keluar area rumah sakit. "Gak jadi besuk Mba Ghina, Tuan?" tanya pria itu menghilangkan rasa pemasarannya kenapa Zalman membawa kembali bingkisan buah itu. "Dia sudah pulang, Bar," jawab Zalman dengan terkekeh miris. "Loh?! Emang udah sembuh?" "Dia maksa pulang, dan gak meninggalkan info apapun," tutur Zalman, kecewa. Sepanjang jalan Zalman hanya terdiam, termenung menatap keluar jendela mobil. Memikirkan keadaan wanita yang dia selamatkan beberapa hari yang lalu dan kini wanita itu menghilang tanpa meninggalkan kabar. Belum pernah pria setampan dan sekaya Zalman di buat galau oleh seorang wanita kecuali mendiang Katrin. Selama ini semua wanita berlomba-lomba mendekatinya tapi Ghina malah menghilang. "Sudah sampai, Tuan." Suara Akbar mengejutkan Zalman dari lamunannya. Pria itu pun keluar mobil tanpa mengucapkan terima kasih pada supirnya seperti biasa. 'Heum, gara-gara Mbak Ghina ini, badluck deh hari ini, Tuan Zalman bisa seharian marah-marah pasti.' Bathin Akbar yang sudah mengenal majikannya bertahun-tahun. Apa yang Akbar perkirakan benar terjadi, seharian Zalman emosi. Ada saja kerjaan dari para karyawannya yang salah dimatanya dan hal kecil saja bisa jadi besar. Zalman membanting berkas yang baru saja di serahkan oleh divisi keuangan. "Begini saja kalian tidak becus!" Zalman berdiri sambil berkacak pinggang. Emosinya sudah sampai keubun-ubun melihat nominal di berkas itu beda koma saja. Biasanya Zalman menegur dengan halus tapi tidak kali ini. Dia mengusir karyawannya, meminta semua dirapihkan dengan deadline yang cepat. "Boss lagi kenapa sih? Tumben banget hari ini horor!" tanya seorang karyawan pada rekan kerjanya saat sedang menunggu lift. "Udah lama kali gak celap celup," canda pria itu yang tahu status Zalman sudah lama menduda. "Lah, dia mah bisa celup di mana aja, tinggal tunjuk." Keduanya terkekeh sampai masuk ke dalam lift dan membuat heran karyawan lain yang setu lift dengan mereka. *** Di dalam ruangannya, Zalman mengusap kasar wajahnya beberapa kali. "Astaghfirullahaladzim," gumamnya beristigfar. "Ada apa denganku?" monolog Zalman kemudian. Pria itu melihat jam tangannya, sudah waktunya Zuhur. Zalman meminta sekretarisnya untuk tidak menerima tamu siapapun yang ingin bertemu dengannya. Tantri sangat paham, sebagai sekretaris dia tahu kalau atasannya itu tidak akan pernah melupakan ibadahnya. Zalman mengunci pintu ruang kerjanya, lalu dia pergi ke toilet dan mengambil wudhu, setelah itu menyiapkan alat untuk dia sholat. Ada tempat khusus di pojok ruangannya yang dia buat memang khusus untuknya menunaikan kewajiban sebagai muslim yang taat. "Allahu Akbar ...." *** Setelah sholat, Zalman kembali membuka kunci pintu ruangannya sekalian dia pergi mencari makan siang di luar niatnya agar mendapat suasana baru. Tidak jauh dari kantor, Zalman di antar oleh Akbar ke sebuah restaurant khas dengan masakan serba santan itu. Bersama Akbar mereka makan berdua sambil bercerita tentang wanita yang bernama Ghina. Zalman sangat penasaran dengan wanita itu. "Kenapa gak tanya mas Bara aja, Tuan?" tanya Akbar sambil menyuap nasinya. "Kalau saja Bara tidak cuti menikah, saya akan minta dia mencari Ghina," jawab Zalman. Bara-asistent pribadi Zalman baru saja mengambil cuti nya, pria itu menikah dan berbulan madu. Karena itu Zalman lembur dan akhirnya bertemu Ghina yang sedang kecelakaan malam itu. Seperti sudah ada yang mengatur semuanya. Kalau Bara ada mungkin Zalman tidak perlu lembur dan dia tidak akan bertemu Ghina. Keahlian Bara lainnya dia bisa menemukan orang yang Zalman ingin ketahui keberadaannya. Orang yang Zalman bisa andalan tenaga dan pikirannya. Sayangnya baru lusa pria itu kembali dari bulan madu dan masuk kerja. "Saya tidak sabar nunggu lusa, Bar," ungkap Zalman. Akbar yang di ajak bicara hanya manggut-manggut sambil menikmati rendang daging dan nasi yang sudah bercampur kuah santan dan sambal hijau. *** Sementara itu di sebuah rumah mewah milik Lira. "Aku akan membereskan masalah kamu asal kamu bisa bekerja malam ini, temani Mr.Jansen rapat bersama kliennya," ucap Lira pada Ghina. "Tapi, Mami. Aku-" "Hanya menemani saja, Ghina! Apa susahnya? Mr.Jansen tidak ingin seorang diri. Tapi kalau kliennya menginginkan kamu, sikat aja! Jangan bodoh! Paham?!" potong Lira cepat. "Oh, iya. Kamu lepas itu perban dan tutupi dengan foundation yang tebal, saya tau kamu pintar akan hal itu, bukan? Jangan sampai terlihat," tambahnya. Ghina menghela napas panjang. Lira memaksa Ghina pulang dari rumah sakit karena ada pekerjaan untuk wanita itu. Apa boleh buat, Ghina menerima tawaran itu karena Lira berjanji akan menyelesaikan masalahnya dengan nyonya Yudha. Bagai buah simalakama. Dari pada dia mengganti rugi semuanya mending dia menerima pekerjaan yang baru saja diberikan Lira. "Baiklah, Mami. Aku siap, tapi ingat dengan janji Mami sendiri, Ya. Urusan saya dan nyonya Yudha clear!" "Yes, Darling! Kamu tenang saja." Lira tersenyum lebar dan puas karena Ghina akhirnya menerima pekerjaan yang dia berikan. Karena bayaran dari Mr.Jansen bisa dua kali lipat dari Mr.Yudha kemarin padahal hanya menemani rapat. ***
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Kecelakaan Bab 2 Jatuh Cinta Pada Pandangan Pertama Bab 3 Awal Mula Semua Kejadian Bab 4 Pesona Duda Beranak Dua Bab 5 Kedatangan Lira Di Rumah Sakit Bab 6 Dilema Zalman Bab 7 Keluarga Maheer Bab 8 Ghina Tidak Ada Di Rumah Sakit Bab 9 Club Malam Bab 10 Dilema Ghina Bab 11 Tidak Ada Pilihan Lain appBab 12 Perasaan Zalman appBab 13 Langkah Awal appBab 14 Sebuah Keberuntungan appBab 15 Buka Kartu appBab 16 Pekerja Tetap appBab 17 Pelecehan appBab 18 Aksi Zalman appBab 19 Kekhawatiran Zalman appBab 20 Dilema Ghina appBab 21 Lamaran Diterima appBab 22 Wanita Penghibur appBab 23 Kekhawatiran Kila appBab 24 Pernikahan Zalman Dan Ghina appBab 25 Sah Menjadi Suami Istri appBab 26 Hadiah Dari Calvin appBab 27 Burj Al-Arab appBab 28 Pagi Romantis appBab 29 Kabar Buruk appBab 30 Penyesalan Zalman appBab 31 Tidak diBela appBab 32 Skenario Sakit Kila appBab 33 Rindu Masa Sebelum Menikah appBab 34 Di Fitnah appBab 35 Pergi Dari Rumah appBab 36 Hanya Zeze Yang Tahu appBab 37 Terbongkar appBab 38 Akhirnya Bertemu appBab 39 Kembali Ke Rumah appBab 40 Drama Kila appBab 41 Zalman Murka appBab 42 Reaksi Anak-anak appBab 43 Hoax appBab 44 Tidak Sengaja appBab 45 Lahir Prematur appBab 46 Mulai Berteman appBab 47 Kila Tobat appBab 48 Hijrah appBab 49 Jodoh Untuk Kila appBab 50 Bunda Ghina appBab 51 Membahas Lamaran Untuk Kila appBab 52 Perubahan Sikap Aldi appBab 53 Romatis Ala Zalman appBab 54 Semakin Takut Kehilangan appBab 55 Bertemu Masa Lalu appBab 56 Pria Asing appBab 57 Kecurigaan Zalman appBab 58 Memuliakan Istri appBab 59 Menceritakan Masa Lalu appBab 60 Permainan Manis appBab 61 Aydan Demam appBab 62 Membawa Nathan Pergi appBab 63 Nathan ke Rumah Zola appBab 64 Nathan Pergi appBab 65 Bertemu Nathan Lagi appBab 66 Bukan Bian Pelakunya? appBab 67 Siapa Pria Misterius itu? appBab 68 Kecemasan yang Semakin Besar appBab 69 Trauma itu Mengikat appBab 70 Bagaimana Bila Semuanya tau? appBab 71 Penolakan Kila appBab 72 Yang Ghina Tutupi appBab 73 Bekerja sama Membohongi Papa appBab 74 Sarapan Hangat ala Keluarga Maheer appBab 75 Rencana Ghina appBab 76 Menemui Mantan Diam-diam appBab 77 Tunduk Padaku, Kau Aman!" appBab 78 Mandi Bareng? appBab 79 Cincin yang Hilang appBab 80 Hadiah Ulangtahun Pernikahan appBab 81 Banyak Berbohong appBab 82 Diantarkan Cilok appBab 83 Nasihat Aldi appBab 84 BLACK CARD appBab 85 Membuat Farhan Murka appBab 86 Nominal Fantastis appBab 87 Sebuah Penyesalan appBab 88 Kemana Uang itu Pergi? appBab 89 Munculnya Pertengkaran Hebat appBab 90 Kecanggungan Di Meja Makan appBab 91 Kekhawatiran Kakak Beradik appBab 92 Pesan Misterius appBab 93 Tamu tak Diundang appBab 94 Terbongkarnya Rahasia appBab 95 Kejutan untuk Perpisahan appBab 96 Cinta yang Dikhianati appBab 97 Keputusan Menyerah appBab 98 Hubungan yang Kandas appBab 99 Tidak Bisa Saling Percaya appBab 100 Patah Hati Terdalam app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta