Bab 6 Mencoba Bunuh Diri Demi Menghukumku?
Sarah duduk di ruang perawatan untuk merawat lukanya.
Pintu tiba-tiba terbuka, seorang pria tampan dengan aura yang kuat masuk. Pria itu seolah-olah mau membunuh orang, membuat dokter terkejut.
Sarah menoleh, "Tidak apa-apa, dia bosku ...."
Dia hampir menyebutnya suami, tetapi mengubahnya menjadi bos.
Tenggorokan Axel tercekat, dia berjalan ke arah dokter dan bertanya, "Apakah lukanya parah?"
"Luka ringan, tidak masalah."
Dokter tidak tertarik untuk mengetahui hubungan mereka, dia merawat luka Sarah dan memberikan obat luar.
Sarah mengucapkan terima kasih dan pergi.
Axel mengikutinya, membayar tagihan dan mengambilkan obat untuknya, seolah sedang menjadi suami yang bertanggung jawab.
Sarah tidak peduli.
Setelah keluar dari rumah sakit, dia memesan taksi online. Tapi Axel merampas ponselnya, membawanya ke tempat parkir, membuka pintu penumpang, dan memaksanya masuk. Sementara pria itu sendiri naik dari sisi lain ke kursi pengemudi.
Pintu mobil ditutup dengan keras, suara dari dunia luar tiba-tiba terisolasi.
Suasana menjadi tegang.
"Apa kamu mencoba bunuh diri untuk menghukumku?" Axel menoleh ke arahnya, tampak lelah dan marah.
Sarah terdiam, "...."
Dia terdiam sejenak, menatap wajah tampan yang tampak muram, dan tiba-tiba tertawa.
Dia merasa sedih, tetapi pria ini malah membuatnya tertawa dengan leluconnya.
Axel merasa bersalah padanya, dan Sarah mau mencoba bunuh diri untuk menghukumnya?
Bisa-bisanya ada orang yang senarsis ini.
"Tenang saja, kamu tidak akan mengalami masalah seperti itu, berikan ponselku." Sarah mencoba mengambil ponselnya.
Axel menghindar, "Aku akui aku sudah membohongimu hari ini, tapi apa kamu juga tidak merasa bersalah karena sudah membuat orang lain menangis tanpa memikirkan konsekuensinya? Dia itu cuma seorang anak yang terbiasa dimanja. Kamu malah bicara tanpa memikirkan konsekuensinya. Kenapa kamu malah marah padanya?"
Sarah mendengarkannya membela Trisha, mendengarkan deskripsinya tentang gadis itu, mendengarkan nada manja yang tidak sengaja terungkap dari suaranya ....
Axel, apa kamu sadar seperti apa ekspresi wajahmu saat hatimu sudah berubah sekarang?
Setelah beberapa saat, Sarah baru balas bicara. Suaranya penuh dengan rasa lemah setelah kehilangan harapan, "Aku tidak akan mengganggunya kelak. Aku juga tidak akan peduli apa hubunganmu dengannya. Tapi tolong jaga dia, jangan biarkan dia datang ke hadapanku dengan sembrono."
"Aku menganggapnya seperti adik perempuan, bukan seperti yang kamu pikirkan." Axel mengerutkan kening.
"Ya, adik perempuan." Sarah menahan diri untuk tidak membongkar kebohongan suaminya. Padahal dia ingin melemparkan bukti yang telah dia kumpulkan ke wajah pria ini, "Baiklah, aku terlalu emosional, aku sudah salah paham. Aku mau mengucapkan selamat saja padamu, selamat karena kamu punya adik perempuan lain."
"...."
"Ayo kita pergi." Sarah merasa dingin sampai ke tulang, dia merapatkan jasnya, membungkus dirinya dengan erat. Hidungnya menyentuh kerah jas, dan aroma hangat dari kayu manis masuk ke hidungnya.
Baru sekarang Axel memerhatikan jas abu-abu berkualitas tinggi yang dikenakan Sarah. Jas itu jelas merupakan pakaian yang dipesan khusus, "Siapa pemilik jas ini?"
Sarah memalingkan wajah ke jendela, seolah mau mengejek kata-kata 'adik perempuan'nya, dia berkata, "Milik kakak laki-laki, yang baru saja aku kenal."
Axel terdiam, "...."
Axel melepas jas itu dengan ekspresi serius, lalu melemparkannya keluar jendela.
Sarah terkejut dan marah, dia turun dari mobil untuk mengambilnya. Dia harus mengembalikan jas itu.
Axel melihatnya berani mengambil jas itu. Dia buru-buru menarik tubuh Sarah kembali, membungkuk dan mencium bibirnya dengan keras.
Sarah menutup mulutnya rapat-rapat.
Merasa Sarah melawan, Axel membuka mulutnya dengan jari-jarinya dan menciumnya paksa, dengan sikap dominan dan tidak masuk akal.
Setelah puas, Axel pun melepaskan bibirnya. Napasnya terasa berat dan meniup wajah Sarah, "Jangan mencoba membuatku marah dengan cara ini. Kamu harus mempertimbangkan hidup orang lain."
"...."
Sarah tidak tahu harus berkata apa.
Dia akhirnya tidak bisa mengambil jas itu kembali.
Padahal dia berjanji untuk mencucinya dan mengembalikannya, jadi bagaimana sekarang?
...
Setelah kejadian di akhir pekan, Sarah sakit demam malam itu.
Axel tidak keluar dari rumah, dia memasak bubur dan memberinya makan. Sikapnya seolah sedang membujuk Sarah agar perempuan itu percaya bahwa dia mungkin masih mencintainya.
Tengah malam, demamnya belum turun, Sarah merasa sangat tidak nyaman.
"Bip, bip."
Ponsel Axel di meja samping tempat tidur berbunyi.
Sarah bangkit dan melihat ponsel Axel. Jam menunjukkan pukul 12:35.
Nama yang muncul di layar adalah Si Manis.
Betapa mesranya nama kontak ini ….
Suara getaran ponsel di malam yang sunyi sangat mengganggu. Getarannya seperti bukan dari meja samping tempat tidur, tetapi di saraf Axel dan Sarah.