Chapter 2 NASIB SIAL YANG BERUNTUN

Di hari weekend, para penikmat kuliner tampak bersemangat memburu makanan ke berbagai penjuru kota. Sebuah restoran khas Itali yang terletak di tengah-tengah kota metropolitan, ramai pengunjung. Selain menu makanan yang rasanya lezat, kelebihan Resto itu adalah, karena pemilik Resto yang merangkap sebagai chef di resto itu yang terkenal. Nama Chef Malik Indra Wahyuda baru-baru ini melejit setelah menjadi juri di acara memasak di salah satu stasiun TV Swasta. Kharisma si duda tampan itu berhasil mencuri perhatian publik. "Hari ini resto tutup lebih awal ya, saya harus ke Bandara menjemput anak saya," Ucap seorang chef pada anak buahnya di resto. Dialah Malik. Usai mengganti pakaian, Malik izin pamit pada para pekerjanya karena hari ini sang anak yang selama ini mengenyam pendidikan di luar kota akan kembali ke Jakarta untuk mengisi liburan semesternya. Lelaki itu berjalan menuju parkiran, masuk ke dalam mobil dan langsung melajukan mobilnya menuju Bandara. Malam minggu ini jalanan begitu macet karena dipenuhi kendaraan anak-anak muda yang sedang kasmaran. Melihat pemandangan kemesraan yang terjadi di sekitarnya, membuat Malik merasa iri. Ada sebagain kecil dari sudut hatinya yang seolah mendamba sentuhan wanita, hanya saja, Malik berusaha untuk tidak lagi larut dengan syahwatnya sendiri. Sudah cukup dirinya menikah lima kali dan membuat sang anak selalu uring-uringan karena malu diejek teman memiliki Ayah tukang kawin. Ya, itulah manusia, bisanya hanya mencaci dan memaki padahal mereka tidak tahu apa yang selama ini menjadi alasan Malik menikah berulang kali. Malik bukan lelaki pengobral nafsu yang bisa melakukan cara instant untuk merasakan hangatnya pelukan wanita, terlebih dia takut dosa. Itulah sebabnya Malik lebih memilih jalan halal untuk mengatasi masalahnya selama ini. Benturan keras yang menghantam mobil bagian belakangnya membuat Malik terkaget hingga lamunannya buyar seketika. Lelaki itu pun menoleh ke arah spion dan mendapati sebuah motor matic telah menabrak bemper belakang mobilnya. Merasa kesal, Malik segera menepikan mobil untuk memastikan kendaraannya dalam keadaan baik-baik saja, namun hal itu tidak terwujud karena yang dilihatnya saat itu adalah bemper mobilnya yang rusak dan penyok. "Ya ampun, ma-maf Pak Le, saya nggak sengaja. Suer deh, saya baru dua hari bisa bawa motor ke jalan raya besar begini, tolong dimaklumi," ucap si penabrak yang ternyata adalah seorang wanita. "Pak Le-Pak Le, sejak kapan saya jadi adik orang tuamu? Pokoknya saya tidak mau tahu, kamu harus ganti rugi!" Tegas Malik yang merasa dirugikan. Wanita itu kembali meringis, menahan kakinya yang nyeri dan terluka akibat kecelakaan kecil tadi. "Sa-saya nggak punya uang Pak Le, eh Mas, Om," ucapnya takut-takut. Dia memperlihatkan isi dompetnya yang memang hanya berisi uang dua lembar lima ribuan. "Nih, tinggal sepuluh ribu, ini pun masih harus bertahan sampai tiga hari ke depan," ucapnya polos dan jujur. "Saya tidak mau tahu apapun alasan kamu, saya tetap mau kamu GAN-TI RUGI! Titik!" Hardik Malik sambil berkacak pinggang. "Gayanya aja kayak orang kaya! Masa mobil lecet sedikit minta ganti rugi!" Wanita itu mengumpat diam-diam. Merasa kesal. "Apa kamu bilang? Lecet?" Potong Malik yang mendengar umpatan si wanita. Laki-laki berkemeja putih itu mendekatkan wajahnya ke arah si wanita. Tubuhnya yang jangkung membuatnya harus menunduk. "Mobil saya bukan cuma sekadar lecet, tapi penyok! Kamu punya matakan? Lihat baik-baik!" Desisnya tajam. "Buat ukuran Mobil, segitu belum penyok kali Om, buat apa minta ganti rugi? Kaki saya juga penyok nih Om! Tapi saya nggak minta ganti rugikan? Pentingan mana bemper mobil Om dibanding kaki saya?" Balas si wanita dengan nada tinggi. Dia memperlihatkan luka di kakinya pada si lelaki. "Ya pentingan mobil saya lah," jawab Malik tanpa basa-basi. Wanita itu menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan kekejaman lelaki di hadapannya saat ini. Kemacetan semakin parah akibat cekcok mulut yang terjadi di antara mereka, hingga membuat Malik akhirnya terpaksa mengalah. "Urusan kita belum selesai, saya lagi buru-buru. Nanti saya pasti akan hubungi kamu lagi untuk meminta ganti rugi! Awas kalau coba kabur!" Ancam Malik setelah dia berhasil mendapatkan nomor telepon si wanita. "Huuuh, bilangnya aja Om mau modusin saya! Ujung-ujungnya minta nomor Hp! Saya tau saya itu cantik, tapi saya bukan cewek gampangan ya Om!" Teriak si wanita tanpa rasa malu. Malik hanya bisa geleng-geleng kepala. Entah berasal dari planet mana wanita itu. Pikir Malik saking gemas ingin menyumpal mulut bocornya dengan kaus kaki. Jika tidak sedang buru-buru, sudah dia pastikan kasus ini akan berakhir di kantor polisi. Kendaraan Malik saat itu sudah menjauh sementara si wanita masih terdiam di sisi jalan raya. Tubuhnya merosot terduduk di tepi trotoar pejalan kaki. Dia mendadak lemas. Kejadian demi kejadian tidak menyenangkan yang dialaminya hari ini cukup membuat si wanita frustasi. Wanita itu duduk di tepi trotoar sambil memeluk kedua lutut kakinya yang dia tekuk. Tatapannya kosong ke depan. * "Apa? Kamu mau menikah? Mau menikah sama lelaki yang namanya Wildan itu? Yang kamu bilang masih kuliah di Jogya itu?" Ucap seorang lelaki paruh baya yang terlihat marah. "Iya, Pak. Wildan hari ini balik ke Jakarta, dia mau melamar Isna," sahut Isna sang anak sulung. "Lalu setelah menikah, si Wildan mau kasih kamu makan apa? Dia aja masih kuliah, masih minta uang ke orang tua, terus dia mau minta juga sama orang tuanya buat ngasih kamu uang?" Balas Dharma, Ayah Isna. "Isna kan bisa kerja, nanti kalau Wildan udah lulus kuliah dia juga pasti kerja kok. Memangnya Bapak sama Ibu nggak takut kalo Isna pacaran lama-lama sama Wildan, terus Isna hamil duluan? Apa Bapak dan Ibu nggak malu?" "ISNA, bicara apa kamu? Bicara kok ngawur! Pokoknya Ibu tidak setuju kamu menikah muda apalagi menikah sama lelaki yang pekerjaannya belum jelas!" Kali ini, Sari sang Ibu yang menimpali perkataan Isna. "Meski Wildan anak orang kaya, tapi hal itu nggak menjamin dia bisa membahagiakan kamu karena harta yang dia miliki itu masih milik orang tuanya! Ketauan kamu nikah sama Bapaknya Wildan, daripada sama Wildan! Bapaknya Wildan dudakan?" * Isna mengesah seraya memijit pangkal hidungnya yang mancung. Kepalanya mulai berdenyut-denyut jika sudah memikirkan tentang restu yang begitu sulit dia dapatkan dari kedua orang tuanya. Padahal dirinya dan Wildan sudah menjalin kasih sejak SMP. Kehidupan ekonomi keluarganya yang memang jauh dari kata sempurna, membuat Isna harus merelakan cita-citanya menjadi seorang Dokter karena kedua orang tuanya tak mampu membiayainya kuliah. Jangankan membiayai dirinya kuliah, bahkan sekarang biaya kehidupan semua keluarganya, Isna yang menanggung. Isna dituntut menjadi tulang punggung keluarga pasca dirinya lulus SMA karena sang Ayah tak mampu lagi bekerja sejak mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan sebelah kakinya harus diamputasi. Sejak saat itulah, hidup Isna yang sulit jadi semakin sulit. Isna masih terdiam di tempatnya semula, masih merenungi nasibnya yang tidak seberuntung anak-anak lain, saat tiba-tiba ponselnya berdering tanda sebuah pesan masuk. Isna buru-buru mengambil ponselnya di tas selempang yang dia gunakan. Kening Isna mengkerut ketika dia mendapati kiriman sebuah Video berdurasi 30 detik yang memperlihatkan Wildan sedang bercumbu dengan seorang wanita di atas ranjang, sepertinya tempat itu adalah kamar kost-kostan Wildan di Jogya. Video itu dikirim oleh nomor yang tak dikenal dengan sebuah pesan tulisan yang menyusul di bawahnya. * Dengan adanya video ini, aku harap kamu bisa sadar kalau selama ini Wildan nggak pernah sungguh-sungguh mencintai kamu. * Dunia Isna runtuh dalam sekejap. Lelehan air matanya tak mampu lagi dia bendung. Dan sialnya, belum reda keterkejutannya tentang perselingkuhan Wildan, detik itu juga dunia Isna kembali diguncang badai cobaan yang begitu hebat. Tepat saat sebuah telepon masuk dia terima dari adiknya. "Halo, Mba Is? Mba di mana? Ibu jatuh dari kamar mandi Mba! Sekarang Hasna lagi di rumah sakit. Mba cepat ke sini," "Astaghfirullah, di rumah sakit mana?" Isna langsung berdiri. Begitu tahu alamat Rumah sakit dari Hasna, tanpa banyak bertanya lagi, detik itu juga Isna meluncur ke rumah sakit. Perasaannya benar-benar kacau. Hingga akhirnya, Isna yang kalut tak mampu berkonsentrasi dengan baik dalam berkendara. Di tikungan, motor matic yang dikendarai Isna oleng hingga dia kehilangan kendali dan kecelakaan pun tak dapat terelakkan.
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Chapter 1 PROLOG Chapter 2 NASIB SIAL YANG BERUNTUN Chapter 3 SESUATU YANG BEREAKSI Chapter 4 MALAM YANG PANJANG Chapter 5 TANGGUNG JAWAB Chapter 6 AJAKAN MENIKAH Chapter 7 PONSEL YANG HILANG Chapter 8 PEMILIK MOTOR SPORT Chapter 9 COBA-COBA Chapter 10 SAKITNYA DIKHIANATI Chapter 11 MAJU ATAU MUNDUR? Chapter 12 SEBUAH ARTIKEL Chapter 13 MENCARI HASNA Chapter 14 PREGNANT Chapter 15 MENYUAPI ISNA appChapter 16 KALIMAT ISNA YANG MENAKUTKAN appChapter 17 KENAPA BISA BERDIRI? appChapter 18 WAJAH ISNA BERUBAH appChapter 19 BAYANGAN MASA LALU appChapter 20 PALSU appChapter 21 SIAPA YANG MEMBUNUH? appChapter 22 SADAR DIRI appChapter 23 KEJUJURAN ITU PAHIT appChapter 24 TENTANG KINARA appChapter 25 BERITA DUKA appChapter 26 LAMARAN appChapter 27 TANDA MERAH KEPEMILIKAN appChapter 28 AMARAH ARYAN appChapter 29 FAKTA MENYAKITKAN appChapter 30 FITNAH appChapter 31 BELUM SIAP KEHILANGAN appChapter 32 LELAKI DALAM TOILET appChapter 33 SELIMUT appChapter 34 WAK appChapter 35 PERMAINAN ARYAN appChapter 36 SEBUAH PERINTAH appChapter 37 JANGAN TERLAMBAT! appChapter 38 ANAK YANG TERBUANG appChapter 39 DE JAVU appChapter 40 KENAPA LO BOHONGIN GUE, MIR? appChapter 41 WANITA IBLIS! appChapter 42 CERITA MALIK appChapter 43 WANITA BERNAMA KENARI appChapter 44 KECERDIKAN MALIK appChapter 45 LELAKI BERNAMA LINGGAR appChapter 46 KAKAK DAN KAKAK IPAR appChapter 47 UCAPAN DOKTER PRIN appChapter 48 PERMAINAN ISNA appChapter 49 PERCAKAPAN LINGGAR DAN JULIAN appChapter 50 BAYANGAN MASA LALU appChapter 51 SHAHNAZ TERTANGKAP appChapter 52 LAPORAN PALSU appChapter 53 GARA-GARA BAWANG appChapter 54 DEAR DIARY appChapter 55 HUBUNGAN YANG TIDAK SEHAT appChapter 56 SEBUAH ALASAN appChapter 57 VIDEO MESSAGE appChapter 58 KONFLIK appChapter 59 RAHASIA BESAR appChapter 60 MASA LALU YANG TERULANG appChapter 61 VANILLA DAN VANESSA appChapter 62 AIR MATA ISNA appChapter 63 AWAL KEHIDUPAN BARU appChapter 64 EPILOG appChapter 65 1 SEASON 2 DUDA KHILAF - PROLOG appChapter 66 2 PURA-PURA BUTA appChapter 67 3 TENTANG AYAH appChapter 68 4 KUNCI UTAMA appChapter 69 5 PERNIKAHAN YANG TAK DIINGINKAN appChapter 70 6 SATU RAHASIA TERUNGKAP appChapter 71 7 DASAR MANIAK appChapter 72 8 KEANEHAN YANG TERJADI appChapter 73 9 TENGGELAM appChapter 74 10 MERUBAH STRATEGI appChapter 75 11 TAWARAN LIBURAN appChapter 76 12 KIRIMAN PAKET appChapter 77 13 SIKAP ANEH KENARI appChapter 78 14 IKATAN BATIN appChapter 79 15 SALAH PAHAM appChapter 80 16 IBU, TOLONG VANILLA! appChapter 81 17 INTEROGASI appChapter 82 18 PERASAAN ANEH YANG TIBA-TIBA MUNCUL appChapter 83 19 MEMBUKA PAKAIAN appChapter 84 20 WILDAN TIDAK BUTA appChapter 85 21 MAIN KEJAR-KEJARAN appChapter 86 22 PERJANJIAN DI ATAS HITAM DAN PUTIH appChapter 87 23 PERTEMUAN RAHASIA appChapter 88 24 INFORMASI appChapter 89 25 VANILLA DALAM BAHAYA appChapter 90 26 TERHASUT appChapter 91 27 MENGOBATI LUKA appChapter 92 28 DALAM TODONGAN SENJATA API appChapter 93 29 KALIMAT LARANGAN appChapter 94 30 MENEMUI MALIK appChapter 95 31 SENTUHAN YANG TERUS MEMBEKAS appChapter 96 32 SEPERTI MIMPI appChapter 97 33 KEDATANGAN VANESSA appChapter 98 34 TRAUMA appChapter 99 35 HARI PERNIKAHAN appChapter 100 36 NOT THE FIRST NIGHT appChapter 101 37 PERCAKAPAN DI TEPI DANAU appChapter 102 38 SAKIT TAPI TAK BERDARAH appChapter 103 39 PENJELASAN SANG PSIKIATER appChapter 104 40 MENEMUI SHAHNAZ appChapter 105 41 SAKSI appChapter 106 42 MAKAN MALAM BERSAMA appChapter 107 43 BEREBUT SELIMUT appChapter 108 44 TIDUR DI BALKON appChapter 109 45 RENCANA appChapter 110 46 FITNAH appChapter 111 47 KONFLIK appChapter 112 48 MABUK appChapter 113 49 CERITA VANESSA appChapter 114 50 PERMINTAAN VANILLA appChapter 115 51 SARAN DOKTER RULLI appChapter 116 52 CERITA LINGGAR appChapter 117 53 REKAMAN VIDEO appChapter 118 54 TOLONG MAMA, TANTE! appChapter 119 55 TERIAKAN JHIYO appChapter 120 56 SUARA DI TELEPON appChapter 121 57 TRAGEDI appChapter 122 58 AKHIR YANG TRAGIS TAPI MANIS appChapter 123 59 AKU RINDU IBU appChapter 124 60 SEBUAH SURAT appChapter 125 61 HANGATNYA KEBERSAMAAN appChapter 126 62 IMPAS appChapter 127 63 MALAM PENUH CINTA appChapter 128 64 EPILOG app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta