Chapter 12 SEBUAH ARTIKEL

Isna duduk termenung di Halte menunggu metromini lewat. Dia hendak pulang. Ditatapnya layar ponsel di tangannya. Tampil di wallpaper ponsel itu gambar dirinya bersama seorang lelaki yang telah memberikan ponsel itu secara cuma-cuma padanya, sekitar dua bulan yang lalu. * "Aku mau kamu terima ini. Kalau kamu tolak, aku akan marah," ucap Wildan saat lelaki itu memberikan Isna sebuah ponsel baru. Saat itu, malam terakhir Isna dan Wildan bertemu sebelum Wildan kembali ke Joyga untuk melanjutkan pendidikan. Isna terdiam dengan kedua tangan yang sudah menerima bungkusan berisi ponsel pemberian Wildan. Wildan memberikannya secara paksa. "Jangan tersinggung. Aku beri kamu ponsel ini karena aku nggak mau kita sampai lose contact. Gimana aku bisa hubungi kamu di Jogya nanti kalau kamu nggak pegang Hanphone? Kalau aku kangen gimana? Kamu nggak kasian sama aku?" Suara Wildan terdengar manja. Jari telunjuknya menarik dagu Isna agar mendongak. Dia ingin menatap wajah Isna sampai puas malam ini. Sebelum dia kembali ke Jogya besok. "Tunggu aku pulang ya Isna, tunggu aku sampai aku lulus kuliah nanti," * Satu titik air mata Isna terjatuh. Buru-buru gadis itu menyekanya. Perpisahaannya dengan Wildan malam itu masih terasa membekas di hati Isna. Bahkan satu ciuman yang diberikan Wildan di bibirnya masih terus saja terbayang dalam benak Isna. Sebuah ciuman hangat yang manis. Sebut Isna bodoh. Dirinya yang bahkan tak mampu mengungkapkan apa yang diketahuinya tentang Wildan selama ini. Wildan yang sudah berselingkuh di belakangnya. Isna sudah berusaha menyelidikinya sendiri dengan mengecek ponsel Wildan diam-diam, hanya saja Isna tak menemukan adanya hal-hal aneh di ponsel itu. Baik itu di file pesan, email, medsos, atau foto-foto yang tersimpan. Bahkan selama Wildan melalui waktu bersamanya, lelaki itu tak pernah bersikap aneh seperti lelaki kebanyakan yang diam-diam menerima panggilan telepon dari selingkuhannya. Itulah sebabnya Isna tak sama sekali menemukan celah untuk membahas tentang masalah perselingkuhan itu dengan Wildan. Sikap Wildan yang manis membuat hati Isna selalu meleleh dalam setiap pertemuan mereka. Sudah hampir satu bulan lebih berlalu setelah Wildan kembali ke Joyga. Kehidupan Isna tetap berjalan seperti biasa. Bedanya, Isna kini tidak lagi bekerja sebagai Cleaning Service di rumah sakit, tapi sebagai salah satu staff HRD di sebuah perusahaan besar. Perusahaan milik keluarga Wildan. Sebenarnya sudah lama Wildan menawarkan Isna untuk bekerja di perusahaan itu, hanya saja Isna terus menolak karena dia paling tidak mau berhutang budi pada siapapun terlebih itu kekasihnya sendiri. Kali ini Isna terpaksa menerima karena dia ingin segera dapat melunasi hutang-hutangnya kepada Malik. Ya, lelaki itu. Lelaki yang terus saja mengganggunya selama ini. Padahal Isna sudah berulang kali mengatakan pada Malik untuk tidak terus datang ke rumah memberikan ini-itu kepada Ayahnya dan Hasna. Lelaki itu benar-benar bermuka dua. Dia pintar mencari cara untuk membuat Ayah Isna simpatik padanya. Tanpa dia sadar, justru dengan caranya yang culas seperti itu, Isna bukannya tertarik tapi jadi semakin muak padanya. Isna menggeser tubuhnya saat ada seorang perempuan yang duduk di sebelahnya, di bangku tunggu Halte. Perempuan itu sibuk dengan ponselnya. Sepertinya dia hendak menelepon seseorang. "Halo, Ras?" Ucap perempuan yang duduk di sebelah Isna. Awalnya Isna tidak terlalu memperhatikan isi percakapan perempuan cantik di sisinya itu dengan lawan bicaranya di telepon, tapi saat Isna mendengar perempuan itu menyebut nama Malik Indra Wahyuda, Isna sempat melirik sekilas ke arah perempuan itu dan memasang kuping lebar-lebar. "Ya kalau tau nasib gue bakal kayak gini, gue juga nggak akan minta cerai sama Malik, Ras! Apartemen sama mobil gue udah di sita sama Bank, lo tau gue sekarang lagi di mana? Gue lagi di halte nunggu metromini! Gila kan? Mana panas banget tau nggak!" Keluh perempuan itu yang sesekali menyeka keringat yang menetes di dahinya. Isna masih terus mendengarkan perkataan si perempuan sambil berpura-pura main handphone. "Apa? Lo suruh gue balikan sama Malik? Gila lo Ras! Gue emang lagi butuh uang sekarang, tapi gue juga masih punya harga diri kali! Lagian, gue nggak mau terjebak sama lelaki lemah kayak Malik!" Perempuan itu melirik ke arah Isna. Dia melihat Isna sedang menggunakan hands free yang menyumpal kedua telinga gadis itu. Setelah memastikan bahwa keadaan sekitar aman untuknya kembali bicara, barulah si perempuan melanjutkan percakapannya di telepon. "Cukup lo aja yang tau tentang ini ya Ras, gue percaya sama lo, makanya gue cerita. Karena sebelum gue cerai sama Malik, Malik minta gue tanda tangan surat perjanjian supaya gue nggak menyebarluaskan masalah pribadi Malik ke orang luar," Mendengar hal itu, entah kenapa hati Isna mendadak was-was. Dia menunggu dengan gelisah apa sebenarnya hal yang ingin diungkapkan perempuan itu tentang Malik. "Malik itu punya penyakit kronis. Dia impoten! Itulah kenapa, selama ini dia selalu gagal dalam pernikahannya. Ya karena dia bener-bener nggak berguna jadi lelaki! Nggak bisa memberi nafkah batin sama istri-istrinya, termasuk ke gue!" Isna menelan salivanya bulat-bulat. Entah kenapa, hatinya mendadak terenyuh. Jadi, semua berita miring tentang Malik yang selama ini beredar di media itu tidak benar? Sepanjang perjalanan pulang menuju kediamannya, pikiran Isna tak lepas dari apa yang diketahuinya tentang Malik. Logikanya masih sulit menerima jika seorang lelaki gagah dengan wajah tampan dan tubuh tinggi yang proporsional seperti Malik itu ternyata memiliki penyakit yang begitu mengerikan bagi pria. Sebagai seorang perempuan normal, Isna tidak ingin munafik. Penilaiannya tentang sosok Malik diluar sikap culas lelaki itu, secara fisik Malik adalah sosok lelaki yang sangat tampan. Terlebih dengan brewok tipis yang menghiasi wajah lelaki itu. Malik terlihat sangat maskulin dan jantan. Jadi, mana mungkin Malik impoten? Memikirkan kata Impoten, pikiran Isna langsung melayang tak tentu arah. Nggak! Nggak! Lo mikirin apa sih Isna? Gumam gadis itu seraya menggeleng pelan. Dia terus berusaha untuk membuang segala pikiran kotor yang tiba-tiba saja hinggap di kepalanya. Gara-gara Malik! Setelah turun dari metromini, Isna terus berjalan menunduk memasuki gang rumahnya, ketika tiba-tiba seorang lelaki menyentuh bahunya dari belakang. "Isna?" Isna terperanjat hebat. Dia berbalik dan melihat orang yang sejak tadi memenuhi pikirannya kini berdiri di hadapannya. "Aku bawa brownis kesukaan Ayah kamu," Ucap Malik seraya mengangkat sebuah jinjingan di tangannya yang berisi kotak brownis dan buah-buahan segar. Isna tidak bereaksi. Dia malah menatap Malik dengan tatapan yang sulit diartikan. "Hei, ayo ke rumah, kenapa malah bengong?" Ajak Malik saat Isna terus saja diam dengan tatapan yang tak lepas dari wajahnya. Merasa ada hal yang aneh, akhirnya Malik terpaksa menyentuh dan mengguncang kecil bahu Isna. Isna pun tersadar. Gadis itu tampak salang tingkah, terlebih saat tatapannya kini justru tertuju tepat ke arah retsleting celana jeans yang Malik kenakan. Karena celana itu cukup ketat dan Malik mengenakan kemeja yang dimasukkan rapi ke dalam celana, Isna jelas melihat bahwa ada sesuatu benda yang menonjol dari balik celana itu. "Isna, kamu kenapa?" Tanya Malik semakin bingung. "Ng, nggak kenapa-napa kok!" Jawab Isna terbata. "Aku duluan!" Isna berbalik cepat dan langsung berlari lebih dulu ke arah rumahnya. Entah kenapa, wajahnya tiba-tiba memanas. ***** Malam harinya, Isna tidak bisa tidur. Dia terus saja memikirkan tentang Malik dan penyakit yang lelaki itu derita. Isna benar-benar penasaran dengan kebenaran berita itu. Bahkan saking penasaran Isna sampai mencari tahu di internet tentang siapa saja mantan-mantan istri Malik sebelumnya. Sebab dari berita yang beredar di media, semua mantan istri Malik menggugat cerai Malik dengan alasan sudah tidak adanya kecocokan di antara mereka. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Malik berselingkuh. Tak ada satu pun mantan istri Malik yang berkoar di media dengan mengatakan mengenai kekurangan Malik dalam hal fisik. Dan benar saja setelah memastikan lebih lanjut bahwa perempuan yang tadi ditemuinya di Halte itu adalah salah satu mantan istri Malik yang bernama Dara. Dia mantan istri Malik yang terakhir. Dalam artikel itu mengatakan, alasan Dara menggugat cerai Malik karena Dara tidak terima hidupnya diatur ini-itu oleh Malik. Dari sini, Isna bisa mengambil kesimpulan bahwa Malik memang tak ingin jika kekurangannya itu terekspos media. Selain mencari tahu tentang kehidupan Malik, Isna juga membaca berbagai artikel yang membahas tentang segala hal yang bisa menjadi penyebab seorang lelaki menderita Impoten. Dan sebuah artikel yang membahas tentang kejadian naas yang dialami seorang wanita bernama Kirana Larasati yang merupakan istri pertama Malik, berhasil mencuri perhatian Isna. Dia membuka artikel tersebut dan membacanya. Kedua bola mata Isna terbelalak lebar saat dia mengetahui bahwa penyebab istri pertama Malik meninggal adalah karena bunuh diri!
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Chapter 1 PROLOG Chapter 2 NASIB SIAL YANG BERUNTUN Chapter 3 SESUATU YANG BEREAKSI Chapter 4 MALAM YANG PANJANG Chapter 5 TANGGUNG JAWAB Chapter 6 AJAKAN MENIKAH Chapter 7 PONSEL YANG HILANG Chapter 8 PEMILIK MOTOR SPORT Chapter 9 COBA-COBA Chapter 10 SAKITNYA DIKHIANATI Chapter 11 MAJU ATAU MUNDUR? Chapter 12 SEBUAH ARTIKEL Chapter 13 MENCARI HASNA Chapter 14 PREGNANT Chapter 15 MENYUAPI ISNA appChapter 16 KALIMAT ISNA YANG MENAKUTKAN appChapter 17 KENAPA BISA BERDIRI? appChapter 18 WAJAH ISNA BERUBAH appChapter 19 BAYANGAN MASA LALU appChapter 20 PALSU appChapter 21 SIAPA YANG MEMBUNUH? appChapter 22 SADAR DIRI appChapter 23 KEJUJURAN ITU PAHIT appChapter 24 TENTANG KINARA appChapter 25 BERITA DUKA appChapter 26 LAMARAN appChapter 27 TANDA MERAH KEPEMILIKAN appChapter 28 AMARAH ARYAN appChapter 29 FAKTA MENYAKITKAN appChapter 30 FITNAH appChapter 31 BELUM SIAP KEHILANGAN appChapter 32 LELAKI DALAM TOILET appChapter 33 SELIMUT appChapter 34 WAK appChapter 35 PERMAINAN ARYAN appChapter 36 SEBUAH PERINTAH appChapter 37 JANGAN TERLAMBAT! appChapter 38 ANAK YANG TERBUANG appChapter 39 DE JAVU appChapter 40 KENAPA LO BOHONGIN GUE, MIR? appChapter 41 WANITA IBLIS! appChapter 42 CERITA MALIK appChapter 43 WANITA BERNAMA KENARI appChapter 44 KECERDIKAN MALIK appChapter 45 LELAKI BERNAMA LINGGAR appChapter 46 KAKAK DAN KAKAK IPAR appChapter 47 UCAPAN DOKTER PRIN appChapter 48 PERMAINAN ISNA appChapter 49 PERCAKAPAN LINGGAR DAN JULIAN appChapter 50 BAYANGAN MASA LALU appChapter 51 SHAHNAZ TERTANGKAP appChapter 52 LAPORAN PALSU appChapter 53 GARA-GARA BAWANG appChapter 54 DEAR DIARY appChapter 55 HUBUNGAN YANG TIDAK SEHAT appChapter 56 SEBUAH ALASAN appChapter 57 VIDEO MESSAGE appChapter 58 KONFLIK appChapter 59 RAHASIA BESAR appChapter 60 MASA LALU YANG TERULANG appChapter 61 VANILLA DAN VANESSA appChapter 62 AIR MATA ISNA appChapter 63 AWAL KEHIDUPAN BARU appChapter 64 EPILOG appChapter 65 1 SEASON 2 DUDA KHILAF - PROLOG appChapter 66 2 PURA-PURA BUTA appChapter 67 3 TENTANG AYAH appChapter 68 4 KUNCI UTAMA appChapter 69 5 PERNIKAHAN YANG TAK DIINGINKAN appChapter 70 6 SATU RAHASIA TERUNGKAP appChapter 71 7 DASAR MANIAK appChapter 72 8 KEANEHAN YANG TERJADI appChapter 73 9 TENGGELAM appChapter 74 10 MERUBAH STRATEGI appChapter 75 11 TAWARAN LIBURAN appChapter 76 12 KIRIMAN PAKET appChapter 77 13 SIKAP ANEH KENARI appChapter 78 14 IKATAN BATIN appChapter 79 15 SALAH PAHAM appChapter 80 16 IBU, TOLONG VANILLA! appChapter 81 17 INTEROGASI appChapter 82 18 PERASAAN ANEH YANG TIBA-TIBA MUNCUL appChapter 83 19 MEMBUKA PAKAIAN appChapter 84 20 WILDAN TIDAK BUTA appChapter 85 21 MAIN KEJAR-KEJARAN appChapter 86 22 PERJANJIAN DI ATAS HITAM DAN PUTIH appChapter 87 23 PERTEMUAN RAHASIA appChapter 88 24 INFORMASI appChapter 89 25 VANILLA DALAM BAHAYA appChapter 90 26 TERHASUT appChapter 91 27 MENGOBATI LUKA appChapter 92 28 DALAM TODONGAN SENJATA API appChapter 93 29 KALIMAT LARANGAN appChapter 94 30 MENEMUI MALIK appChapter 95 31 SENTUHAN YANG TERUS MEMBEKAS appChapter 96 32 SEPERTI MIMPI appChapter 97 33 KEDATANGAN VANESSA appChapter 98 34 TRAUMA appChapter 99 35 HARI PERNIKAHAN appChapter 100 36 NOT THE FIRST NIGHT appChapter 101 37 PERCAKAPAN DI TEPI DANAU appChapter 102 38 SAKIT TAPI TAK BERDARAH appChapter 103 39 PENJELASAN SANG PSIKIATER appChapter 104 40 MENEMUI SHAHNAZ appChapter 105 41 SAKSI appChapter 106 42 MAKAN MALAM BERSAMA appChapter 107 43 BEREBUT SELIMUT appChapter 108 44 TIDUR DI BALKON appChapter 109 45 RENCANA appChapter 110 46 FITNAH appChapter 111 47 KONFLIK appChapter 112 48 MABUK appChapter 113 49 CERITA VANESSA appChapter 114 50 PERMINTAAN VANILLA appChapter 115 51 SARAN DOKTER RULLI appChapter 116 52 CERITA LINGGAR appChapter 117 53 REKAMAN VIDEO appChapter 118 54 TOLONG MAMA, TANTE! appChapter 119 55 TERIAKAN JHIYO appChapter 120 56 SUARA DI TELEPON appChapter 121 57 TRAGEDI appChapter 122 58 AKHIR YANG TRAGIS TAPI MANIS appChapter 123 59 AKU RINDU IBU appChapter 124 60 SEBUAH SURAT appChapter 125 61 HANGATNYA KEBERSAMAAN appChapter 126 62 IMPAS appChapter 127 63 MALAM PENUH CINTA appChapter 128 64 EPILOG app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta