Bab 3 Dari Sukacita Menjadi Keputusasaan
"Memang benar! Aku datang kemari hari ini untuk membatalkan pertunangan kita. Tolong berhentilah untuk menggangguku, atau aku akan menuntutmu atas pelecehan seksual. Ayo kita pergi, Suamiku."
Tanpa berpikir panjang, Bella langsung mengambil surat nikah dan menggandeng tangan Aditya saat mereka beranjak pergi.
Bella sangat tidak menyukai pria playboy seperti Dani, yang dengan mudahnya bergonta-ganti pasangannya seperti berganti pakaian dan merasa bangga dengan diri mereka sendiri hanya karena mereka bergelimang harta.
Sebaliknya, pasangan idealnya adalah seorang pahlawan seperti Dewa Perang, yang selalu melindungi negara dan membela rakyat.
Dia sering berfantasi tentang Dewa Perang yang Misterius dengan menunggangi kuda jantan yang gagah dan datang melamarnya.
Seberapa sering seseorang mendambakannya, mimpi tetaplah sebuah mimpi.
Belum lagi fakta bahwa dia sama sekali tidak tahu seperti apa rupa Dewa Perang itu.
"Dasar brengsek, katakan berapa hargamu!" Dani berkata sambil mengatupkan giginya.
Baginya, di dunia ini tidak ada yang tidak bisa dibeli dengan uang. Selama dia menawarkan uang yang cukup, dia pasti akan mendapatkan apa pun yang diinginkannya.
Dani sama sekali tidak pernah gagal untuk menyelesaikan masalah dengan uang sepanjang hidupnya.
Namun demikian, saat itu dirinya tengah berhadapan dengan Aditya. Aditya merupakan orang yang paling berkuasa dan kaya di dunia. Prinsipnya tentang kekuasaan uang tampaknya tidak akan berhasil.
Bella, di sisi lain, sangat terguncang oleh perkataan Dani.
Aditya sama sekali tidak akan melanggar kesepakatan mereka demi uang, kan? Terlebih lagi, dia baru saja dipermalukan oleh keluarga Shankara karena alasan uang. Seharusnya saat ini dia sangatlah membutuhkan uang.
"Simpan saja pikiran kotormu itu untuk dirimu sendiri, Tuan Leonard. Hubungan kami bukanlah sesuatu yang bisa diperjualbelikan."
Nada bicara Aditya terdengar tegas dan kuat sehingga membuat Bella merasa tenang.
"Bella, tidak ada seorang pun di Kota Dobo yang pernah mempermalukanku dengan cara seperti ini. Akan kupastikan bahwa keluarga Ayundhiya akan hancur dalam tiga hari kedepan karena sikap keras kepalamu."
Ketika keduanya meninggalkan rumah besar itu, mereka masih bisa mendengar teriakan histeris Dani.
Bella hanya terdiam saat dia mulai menjadi panik dan menyesal.
Apakah aku telah bersikap terlalu ceroboh? Aku hanya memikirkan diriku sendiri dan tidak mempertimbangkan bahwa keluarga Leonard akan mencoba untuk membalas dendam. Keluarga Ayundhiya hanyalah keluarga kelas dua di Kota Dobo, tetapi keluarga Leonard adalah yang paling berpengaruh. Mereka adalah penguasa di kota ini. Jika mereka benar-benar ingin membalas dendam, maka itu akan menjadi akhir bagi keluarga Ayundhiya.
Meskipun dia merasa menyesal, namun saat dia melemparkan surat nikah di hadapan Dani, semuanya sudah terlambat untuk mundur.
Pada saat itu, kegembiraannya karena telah berhasil membatalkan pertunangannya terkalahkan oleh kekhawatirannya.
"Jangan khawatir. Keluarga Ayundhiya akan baik-baik saja. Percayalah!"
Aditya memperhatikan ekspresi muram Bella dan memeluknya sambil menghiburnya dengan wajah penuh keyakinan.
"Baiklah. Mari kita mengambil selangkah demi selangkah."
Meskipun Bella tahu bahwa Aditya hanya berusaha menghiburnya, dia tetap tersentuh oleh kepercayaan diri Aditya dan hanya mengangguk.
Setelah mengantar Bella kembali ke kamar sewaan, dia pun mengembalikan mobil pengantin yang disewanya.
Tepat pukul delapan malam, kediaman Ayundhiya terlihat begitu meriah dan sangat hidup.
Kecuali Bella, yang telah meninggalkan kediamannya, keluarga Ayundhiya berkumpul setelah makan malam untuk mendiskusikan pernikahan Bella dan Dani yang sebentar lagi akan berlangsung.
Randi Ayundhiya terlahir dalam sebuah keluarga sederhana di pedesaan. Dengan tekad yang kuat, dia memutuskan untuk meninggalkan desanya dan bekerja di sebuah pabrik garmen di Kota Dobo.
Dia telah mempertaruhkan seluruh tabungannya pada usia empat puluh tahun untuk membuka pabrik garmennya sendiri. Setelah dua puluh tahun penuh dengan kerja keras dan tekad yang teguh, dia akhirnya mencapai kemapanan di Kota Dobo sebagai keluarga kelas dua.
Karena keluarga Ayundhiya tidak memiliki koneksi, status sebagai keluarga kelas dua adalah sebuah pencapaian terbaik bagi mereka.
Seandainya mereka ingin mendapatkan posisi yang lebih tinggi, mungkin hanya keajaiban yang bisa mewujudkannya.
Pada saat itu, orang terkaya di Kota Dobo, Petra Leonard, mendadak datang meminang mereka dan membawa harapan bagi mereka.
Tanpa ragu-ragu, Randi pun bersedia menikahi Bella dengan keluarga Leonard.
Menjelang hari pernikahan, suasana di kediaman keluarga Ayundhiya semakin terasa lebih meriah daripada perayaan Tahun Baru.
Orang tua Bella sangat senang bukan kepalang.
Keluarga Ayundhiya memiliki tiga anak laki-laki, dan ayah Bella, Pandu Ayundhiya, adalah anak laki-laki kedua. Dia hanya memiliki seorang anak perempuan dan tidak memiliki anak laki-laki.
Sebagai keluarga yang masih berpikiran kolot, tidak memiliki anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan keluarga dianggap sebagai tindakan yang tidak berbakti.
Selain itu, Randi juga memiliki prasangka buruk terhadap Bella karena posisinya dalam keluarga tidaklah berbeda dengan seorang pelayan.
Namun, Pandu akhirnya bisa bernapas lega sekarang.
Dia akan menjadi besan dari keluarga terkaya di Kota Dobo selama Bella menikah dengan keluarga Leonard.
Saat itu, dia bisa melakukan apa saja yang diinginkannya dalam keluarga Ayundhiya dan bahkan di jalan Kota Dobo.
"Selamat, Pandu! Bella berhasil menemukan keluarga yang tepat untuk dinikahi!"
"Memang benar. Bella adalah putri yang sangat luar biasa, tidak seperti berandalan kita yang suka menghambur-hamburkan uang! Aku sangat iri!"
Sang kakak, Affan Ayundhiya, dan si bungsu, Satria Ayundhiya, menatap Pandu dengan tatapan iri.
Mereka biasanya selalu meremehkan Pandu dan mengejeknya karena tidak memiliki anak laki-laki di hadapan Randi.
Namun, mereka mulai menyukai Pandu karena Bella akan menikah dengan keluarga Leonard sehingga akan memberikan keuntungan yang luar biasa bagi mereka.
Mereka bukan hanya akan kehilangan satu pesaing yang mampu untuk mendapatkan warisan keluarga, namun keluarga Ayundhiya juga akan naik ke posisi yang lebih tinggi dengan mengandalkan keluarga Leonard.
Contohnya, tidak lama setelah berita bahwa Bella akan menikah dengan keluarga Leonard tersebar, para pesaingnya dalam salah satu proyek besar mulai mundur satu per satu.
Tidak ada satupun dari mereka yang mampu bersaing dengan keluarga Ayundhiya lagi.
Ini merupakan kabar baik bagi Affan dan Satria sehingga mereka bahkan jauh lebih bahagia daripada orang tua Bella.
"Pandu memang telah membesarkan seorang putri yang hebat. Keluarga kita akan mengandalkan Ella untuk melihat apakah keluarga kita bisa naik ke posisi yang lebih tinggi," kata Randi sambil tertawa bahagia.
Pada saat itu, ponsel Pandu berdering.
"Semuanya, tenanglah. Menantu idamanku menelepon untuk menyapaku lagi."
Setelah melihat sekilas nomor telepon itu, dia lalu tersenyum sambil membuat gerakan diam.
Setelah semua orang tenang, dia segera menjawab telepon tersebut.
Namun seketika wajahnya yang tersenyum itu berubah menjadi tegang, dan ponselnya terjatuh ke lantai. Seolah-olah dia sudah tidak bisa lagi memegangnya, dia pun terjatuh dan terduduk di lantai.
"Pandu, apa yang terjadi?"
"Pandu, apa yang dikatakan cucu menantuku padamu?"
Semua orang bingung dengan reaksinya saat mereka mencoba merenungkan apa yang telah terjadi.
"Ayah, Tuan Leonard mengatakan kepadaku bahwa hari ini Bella pergi ke Balai Kota dan mendaftarkan pernikahannya dengan seorang pemuda berandalan. Dia kemudian pergi ke kediaman Leonard dan membatalkan pertunangannya. Tuan Leonard sekarang mengancam akan membuat keluarga Ayundhiya bangkrut."
Dengan ekspresi terkejut, Pandu mengulangi apa yang dikatakan Dani kepadanya.
"Apa? Apa yang dilakukan Bella, gadis bodoh itu!"
Setelah mengatakan itu, Randi hampir tidak bisa bernapas dan jatuh pingsan.
"Ayah!"
"Kakek!"
"Panggil ambulans!"
Seketika itu juga kediaman Ayundhiya langsung ricuh.
Dua puluh menit kemudian, Randi dilarikan ke rumah sakit.
Sementara itu, Bella telah meninggalkan ponselnya di kediaman Shankara. Dia sama sekali tidak menyadari kekacauan di kediaman Ayundhiya, yang disebabkan olehnya.
Buk! Buk! Buk!
Seseorang menggedor pintu kamar sewaan Bella pada pukul sepuluh malam.
Ketika dia membuka pintu, Aditya berdiri di dekat pintu, dengan wajah konyol. Dia juga tampak membawa sebuah koper.