Bab 14 Sama Sekali Berbeda
Kepala tim penjualan menyambut secara pribadi pelanggan tersebut saat menyadari kedatangannya. Namun, senyum di wajahnya seketika lenyap saat melihat Aditya datang dengan mengendarai sepeda.
Kemudian, dia teringat bahwa kini banyak orang kaya yang suka berpura-pura miskin. Melihat pemuda yang tinggi dan tampan di hadapannya, dia berpikir ada kemungkinan bahwa dia bisa saja seseorang dari keluarga kaya yang berpura-pura miskin. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk melayaninya secara pribadi.
"Halo, selamat datang. Bolehkah aku tahu mobil apa yang ingin kau beli?" tanya kepala tim penjualan secara profesional.
"Aku ingin melihat-lihat saja."
"Ini adalah BMW seri tiga terbaru kami, berwarna putih. Mobil ini sangat bertenaga dan elegan. Aku yakin mobil ini akan menarik semua perhatian saat kau mengendarainya di jalan raya," kepala tim penjualan menunjukkan sebuah BMW kepada Aditya.
Aditya mengamati harga yang tertera di atas mobil tersebut dan menyadari bahwa harganya hanya lima miliar dua ratus lima puluh juta, bahkan tidak sampai 7,5 miliar.
Dia merasa mobil ini terlalu murah untuk wanita secantik Bella. Oleh karena itu, dia berkata, "Mobil ini terlalu mencolok di bagian luar, dan interiornya terlalu sederhana. Aku akan melihat mobil-mobil lainnya."
Aditya memberikan alasan yang sangat acak.
Mendengar itu, wajah kepala tim penjualan itu tampak tercengang.
Orang ini sama sekali tidak berpura-pura miskin. Dia benar-benar miskin.
"Ugh. Dasar berandal yang menyedihkan. Jika kau tidak mampu membelinya, cukup bilang saja. Kenapa harus mencari-cari alasan seperti itu?" gumam kepala tim penjualan sebelum pergi dengan ekspresi kesal.
Bagaimanapun juga, Aditya sama sekali tidak terpengaruh oleh perkataannya.
Tiba-tiba, dia merasa tertarik dengan dua mobil Audi. Yang satu berwarna biru, dan yang lainnya berwarna merah. Kedua mobil itu sangat cocok dengan kepribadian Bella.
Semua karyawan senior pergi setelah melihat reaksi kepala tim mereka. Mereka menyadari jika kepala tim mereka telah menganggap Aditya sebagai orang miskin yang bahkan tidak mampu membeli mobil seharga puluhan ribu.
Pada saat itu, dua orang karyawan senior berencana untuk mengolok-olok seorang karyawan baru.
"Hei, anak baru! Pergi dan layani orang itu," kata seorang pramuniaga kepada seorang gadis muda berkuncir kuda.
"Siska, jangan pergi. Dia hanyalah seorang pecundang yang menyedihkan. Kau hanya akan membuang-buang waktumu dengan melayaninya," kata seorang karyawan senior yang memang bertanggung jawab untuk mengajari para pemula.
"Tuan, dia adalah pelanggan kita. Mungkin dia memang tidak mampu membelinya untuk saat ini, tapi bukan berarti dia tidak akan membelinya di kemudian hari. Aku harus melayaninya," kata pramuniaga baru, Siska.
Kemudian, dia berjalan ke arah Aditya dengan perasaan cemas.
"Gadis bodoh ini. Bahkan kepala tim sudah menyerah untuk melayaninya, namun dia masih saja ingin membuang-buang waktu. Dia benar-benar tampak putus asa dan tidak berpengalaman."
Para karyawan, termasuk orang yang memberi arahan pada Siska barusan, mulai mengejeknya setelah melihat tindakannya.
"Halo, Tuan. Ini adalah Audi terbaru..."
Siska mendekati Aditya dan mulai memperkenalkan performa dan karakteristik mobil kepadanya dengan sungguh-sungguh.
Aditya mengangguk-angguk tanpa henti setelah mendengarkan penjelasan Siska. Setelah mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang spesifikasi kedua mobil tersebut, dia merasa bahwa kedua mobil itu sangat cocok untuk Bella. Selain itu, Bella juga pantas mendapatkan mobil dengan harga tiga belas miliar lima puluh juta.
Tidak perlu membeli mobil yang mahal. Hal yang paling penting adalah menemukan sebuah kendaraan yang cocok.
Melihat raut wajah Aditya, Siska merasa bersemangat dan berpikir bahwa kemungkinan dia akan mendapatkan kesepakatan itu mencapai sembilan puluh persen.
Namun, detik berikutnya, ekspresi kegembiraannya langsung memudar saat mendengar kata-kata Aditya. "Biarkan aku melihat mobil-mobil lainnya."
Tanpa menghiraukannya, dia berjalan menuju sebuah Mercedes-Benz. Meskipun dia telah memilih mobil Bella dan Nina, dia belum memilih mobil untuk Pandu dan dirinya sendiri.
Siska menarik napas dalam-dalam dan berkata pada dirinya sendiri untuk tidak menyerah. Kemudian, dia menghampiri Aditya lagi dan terus memperkenalkan mobil-mobil tersebut kepadanya dengan sabar.
"Tuan, yang ini adalah Mercedes-Benz AMG C-Class. Ini adalah salah satu mobil terlaris kami tahun lalu, dan merupakan mobil impor. Harganya sembilan miliar empat ratus lima puluh juta, dan tenaga mesin serta desain interiornya sangat sebanding dengan harganya," jelasnya dengan sabar.
Tidak sulit untuk mengetahui bahwa Siska telah melakukan banyak persiapan sebelumnya. Meskipun dia terlihat cukup gugup, namun penjelasannya cukup lancar.
"Oke. Sudah cukup," potong Aditya tiba-tiba.
Siska menduga bahwa pria itu merasa tidak senang dengan penjelasannya dan ingin pergi. Dia menundukkan kepalanya dengan kecewa, dan raut penuh harapan di wajahnya seketika lenyap.
Para karyawan senior yang berdiri di sudut ruangan melihat ekspresinya dan langsung tahu apa yang sedang terjadi. Kebanyakan pemula akan menunjukkan ekspresi yang sama setiap kali mereka gagal melakukan penjualan. Dengan segera, para karyawan senior itu tersenyum mengejek.
"Aku ingin versi putih dan versi hitam dari Mercedes-Benz ini dan masing-masing satu Audi biru dan merah. Kirimkan mobil-mobil itu ke alamat ini setelah melakukan registrasi besok," kata Aditya, sambil menyebutkan keempat mobil yang ingin dibelinya sekaligus.
Yang lebih mengejutkan lagi, harga dari masing-masing mobil itu lebih dari 9 miliar.
"Tuan, apa yang barusan kau katakan?"
Siska merasa kalau dirinya telah salah dengar. Oleh karena itu, dia menatapnya dengan tatapan tidak percaya.
Aditya mengangguk sebelum menyerahkan kartu namanya. "Ya, kau tidak salah dengar. Aku ingin empat buah. Dan aku akan membayar penuh."
"Baiklah, Tuan. Aku akan memproses pembayaran dan formalitasnya sekarang juga."
Siska tampak bergidik kegirangan karena sama sekali tidak menyangka hal itu akan terjadi. Awalnya, dia mengira Aditya akan pergi, namun ternyata Aditya malah membeli empat mobil sekaligus. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan emosinya dan tetap bersikap tenang sebelum mengambil kontrak dari kepala tim.
"Siska, lain kali kau harus bersikap lebih cerdas. Kau harus belajar untuk membedakan pelanggan yang berbeda dan tahu mana yang cukup kaya untuk membeli mobil kita. Sedangkan untuk mereka yang hanya datang untuk melihat-lihat dan mengambil foto untuk diunggah di Instagram, sebaiknya kau tidak membuang-buang waktumu untuk mereka. Saat kau membuang-buang waktumu untuk pria menyedihkan tadi, Amanda telah menjual sebuah mobil pickup seharga 1,2 miliar. Belajarlah darinya, ya?" tegur pemimpin tim penjualan, mengira Siska telah gagal mempromosikan mobilnya ketika dia berjalan ke arahnya.
Siska hanya mengangguk dengan rendah hati sambil mendengarkan perkataannya.
"Oh, benar. Kenapa kau datang kepadaku? Apakah ada yang bisa kubantu?" kepala tim penjualan bertanya tentang alasan Siska menghampirinya setelah memberikan beberapa masukan.
"Bu, orang itu ingin membeli dua Mercedes-Benz C-Class AMG yang masing-masing seharga sembilan miliar empat ratus juta lima puluh juta dan dua Audi RS5 seharga tiga belas miliar lima puluh juta. Aku kemari untuk meminta surat perjanjian pembelian darimu."
"Apa? Dia ingin membeli dua Mercedes-Benz dan dua Audi?" kepala tim penjualan berseru tidak percaya.
Setelah mendengar konfirmasi dari Siska, kepala tim tersebut merasa sangat malu dan berharap bumi akan menelan dirinya bulat-bulat.
Dia akan membeli empat mobil mewah yang totalnya bernilai 45 miliar. Aku bisa mendapatkan komisi ratusan juta jika aku yang menyelesaikan penjualan ini. Kesepakatan ini seharusnya menjadi milikku, tapi aku justru melewatkan kesempatan itu karena aku membuat asumsi yang bodoh.
Karyawan senior lainnya membelalakkan mata tak percaya setelah mengetahui hal itu. Tatapan penuh ejekan di mata mereka segera berubah menjadi perasaan cemburu.
Dia benar-benar beruntung! Seandainya saja kita tahu kalau ternyata dia kaya! Tentu kita akan melayaninya sendiri!
"Tampan, ini kartu namaku. Silakan hubungi aku saat kau butuh untuk layanan perawatan mobilmu."
"Tuan, ini kartu namaku. Silakan hubungi aku jika kau ingin membeli mobil lain kali. Aku menyediakan layanan terbaik di kota ini. Jika kau tidak bisa tidur di malam hari, kau juga bisa mengobrol denganku untuk menghilangkan rasa bosan."
Beberapa pramuniaga yang merasa dirinya cukup cantik langsung menghampiri dan menuangkan kopi untuk Aditya. Mereka bahkan memberikan kartu nama mereka dan mencoba mendekatinya. Kepala tim penjualan bahkan melakukan hal yang sama, dan sikapnya benar-benar sangat berbeda dari sikap cuek yang sebelumnya.