Bab 2 Tak Percaya

“Tidak mungkin! Aku tidak percaya. Alana tidak akan melakukan itu!” “Tapi memang itu yang terjadi, Ndra. Alana sendiri yang bilang pada Mama dan Papa. Kalau dia tidak mencintai kamu lagi. Dia bosan hidup susah bersama kamu. Lebih lagi karena kecelakaan itu, kedua kaki kamu bermasalah. Alana bilang dia tidak mau memiliki suami yang cacat dan tidak berguna. Untuk itu dia pergi dengan kekasih barunya yang bisa memberinya kemewahan. Alana benar-benar pergi, Ndra. Dan dia ingin cerai dari kamu,” Nita memberikan penjelasan palsu. Tetapi kepala Andra tetap menggeleng dengan tegas. “Bohong! Alana tidak mungkin bilang begitu sama Mama. Kalian pasti bohong. Kalau Mama dan Papa tidak mau memberitahu di mana Alana. Maka biar Andra sendiri yang pergi mencarinya!” Andra berusaha kembali bangkit. Tapi tangan Nita dengan cepat menahannya lagi. “Jangan, Ndra. Ingat kaki kamu. Bisa fatal akibatnya kalau kamu memaksakan banyak bergerak saat ini.” “Tapi Aku mau mencari Alana, Ma. Aku ingin memastikan kalau semua yang kalian bilang itu tidak benar. Alana pasti ada di rumah saat ini!” tegas Andra. “Kamu jangan keras kepala, Andra. Sudah berapa kali Papa bilang sama kamu. Alana itu bukan gadis yang baik. Dia hanya memanfaatkan kamu untuk menguras harta keluarga kita. Buktinya, dia tidak tahan hidup miskin dengan kamu, ‘kan? Dia malah pergi dengan laki-laki lain di saat kaki kamu sedang tidak berdaya seperti ini,” Darma mencoba mempengaruhi pikiran Andra. Agar anaknya itu percaya kalau Alana memang bukan wanita baik-baik. “Biarkan aku pergi dan memastikan, Pa. Karena hatiku sangat yakin kalau Alana tidak mungkin meninggalkanku begitu saja.” “Tapi sekarang masih gelap, Ndra. Kamu juga baru sadar. Mama khawatir sama kamu,” Nita menyentuh lengan Andra yang terbaring dengan mata yang memanas. “Oke. Kalau kamu memang tidak percaya pada kita. Silakan cek sendiri ke rumah kontrakan kalian. Tapi jangan sekarang. Ini masih pukul dua pagi. Setidaknya tunggu besok setelah kamu mendapat izin dari rumah sakit. Dan Papa pesankan satu hal sama kamu. Jangan menangis jika nanti kamu mendapati kenyataan kalau Alana memang menghianati pernikahan kalian.” Darma berkata dengan tegas. Andra meneguk ludahnya kasar. Ia menatap nanar pada Darma yang berlalu keluar dari ruang rawatnya. Sementara Nita mengelus rambut cepak Andra yang nampak kusut dan berkeringat. Setetes air mengembang di bola mata Andra yang bening, kemudian jatuh dan menganak sungai melewati kedua pelipisnya. Hatinya tetap teguh. Ia tak akan percaya Alana pergi meninggalkannya sebelum Andra melihat buktinya sendiri. *** Mobil milik Nita sudah terparkir rapi di depan sebuah rumah kontrakan yang nampak kumuh dan sederhana. Rumah dimana Andra dan Alana tinggal berdua dan menjalani kehidupan mereka setelah menikah. Nita berdecih dalam hati, manakala matanya berpendar menatap rumah itu. Ia tidak menyangka jika Andra mau tinggal di rumah yang bahkan menurut Nita lebih pantas disebut kandang ayam. Padahal dulu Andra hidup berkemewahan. Andra dulu menjabat sebagai kepala manajer keuangan di kantor milik Darma. Tetapi kemudian ia bertemu dengan Alana yang merupakan salah satu karyawan di sana. Kecantikan dan kelembutan hati Alana, mampu meluluhkan perasaan Andra. Dengan berani, Andra berani mengenalkan Alana pada kedua orang tuanya. Namun yang didapat bukanlah doa restu, melainkan tatapan menghina dan makian yang mereka lontarkan pada Alana. “Mama tidak setuju kamu menikah dengan dia, Ndra. Kamu sudah Mama jodohkan dengan Sherly!” kata Nita saat itu. Ia berdiri dengan wajah marah di samping Darma. “Aku tidak pernah menyetujui perjodohan itu, Ma. Aku tidak mau menikah dengan wanita yang tidak ku cintai hanya karena kepentingan perusahaan. Niatku sudah bulat. Aku ingin menikahi Alana meski tanpa restu dari kalian!” Andra berkata dengan tegas. Sebelah tangannya menggenggam tangan kiri Alana. Alana mendongkak. Ia menatap Andra dengan pandangan tak percaya. Jika lelaki itu akan mempertahankan dirinya di hadapan kedua orang tuanya. Tetapi Alana tidak mengharapkan semua itu. Ia tidak ingin jadi penyebab hancurnya hubungan Andra dengan keluarganya. “Kamu bahkan berani membangkang orang tua kamu sendiri hanya karena wanita itu, Andra! Apa yang sudah wanita itu berikan sama kamu? Apa dia sudah memberikan tubuhnya?” “Cukup, Pa! Berhenti menghina Alana! Dia bukan gadis seperti yang Papa pikirkan!” Andra menggeram seraya mengepalkan tangannya. Hatinya sakit mendengar Alana terus saja dihina oleh Darma dan Nita. “Lalu apa? Jangan bilang kalau dia sudah mengguna-guna kamu!” kali ini Nita yang bicara. Lalu ia melemparkan tatapan tajamnya pada Alana. “Heh, perempuan! Jawab saya, pada dukun siapa kamu mengguna-guna Andra?” Nita menghampiri Alana dan langsung mencengkram kedua pundak Alana dengan kencang. Hingga Alana merintih kesakitan. “Hentikan, Ma! Mama menyakiti Alana!” “Biarkan! Biar perempuan tidak tahu malu ini tahu dimana derajatnya. Beraninya dia bermimpi mau jadi istri kamu, Andra! Dia harus mati! Dia harus mati!” Nita memindahkan tangannya di leher Alana. Mencekiknya dengan kuat. Andra panik dan berusaha menolong Alana yang nyaris kehabisan napas. Sementara Darma tetap berdiri tak peduli. Menyaksikan semuanya dalam diam seraya berpangku tangan. “Uhuk.. uhukk..” “Mama keterlaluan! Mama hampir saja membunuh Alana!” teriak Andra ketika ia berhasil melepaskan tangan Nita dari leher Alana yang langsung terbatuk-batuk. “Mama tidak peduli. Wanita murahan ini sudah membuat kamu menolak perjodohan dengan Sherly! Dia sudah membuat kamu berani membangkang Mama dan Papa. Dia sudah membuat kamu berubah, Andra!” “Aku memang sudah berubah, Ma. Dan memang Alana yang merubahku. Alana yang membuat aku sadar kalau kebahagiaan bukan hanya soal harta. Selama ini yang ada di pikiran kalian hanya soal uang dan uang. Tanpa pernah memikirkan kebahagiaanku sendiri sebagai anak kalian. Dan sebelum aku kenal Alana, aku sudah menolak perjodohan itu dengan tegas. Niatku membawa Alana ke sini adalah untuk meminta restu. Karena aku masih ingat kalian sebagai orang tua.” “Sampai mati pun, kami tidak akan pernah merestui pernikahan kalian!” tegas Darma yang bicara. Nita mengangguk mengiyakan pernyataan suaminya. Andra mendengus, lalu menyunggingkan senyum kecut. “Sekarang aku tahu. Kalau kalian memang selalu egois dan tak peduli pada kebahagiaanku. Hari ini juga aku akan angkat kaki dari rumah ini. Besok aku akan menikahi Alana dan menjadikan dia istriku. Dengan atau tanpa restu kalian!” putus Andra membuat kedua bola mata orang tuanya membeliak terperangah. Alana pun nampak terkejut dengan ucapan yang baru saja keluar dari mulut Andra. Ia hendak bicara, tapi tangan Andra lebih dulu menariknya untuk segera meninggalkan rumah itu. “Andra! Selama kamu masih bersama dengan wanita itu. Kamu bukan anak kami!” teriak Papa Andra saat langkah Andra dan Alana menjauh dari pandangan mereka. Sementara Nita menangis di dekapan suaminya. Andra terus menggenggam tangan Alana melewati pintu utama rumah orang tuanya. “Andra.. tolong jangan begini. Mereka itu orang tuamu—“ “Kamu dengar sendiri tadi, Alana? Mulai sekarang, aku bukan anak mereka lagi!” Alana menggelengkan kepalanya. Ia menatap Andra dengan pipi yang sudah basah. Lalu tangan Alana meraih kedua telapak tangan Andra, mengusapnya dengan lembut. “Tidak pernah ada yang namanya bekas anak, Andra! Aku memang sangat mencintai kamu. Tapi aku tidak mau egois dengan hubungan ini. Aku tidak mau menjadi penyebab keretakan hubungan antara orang tua dan anak. Mereka berbuat seperti itu demi kebahagiaan kamu, Ndra. Jadi biarkan aku yang mengalah. Aku yang akan mundur dan kamu kembalilah pada keluargamu.” “Tidak Alana! Aku tidak mau kehilangan kamu. Dan apa yang kamu bilang itu salah. Kedua orang tuaku tidak pernah memikirkan apapun kecuali uang. Sekarang aku sudah mendapatkan kebahagiaanku sendiri. Kamulah kebahagiaan itu. Dan sampai kapanpun, aku tidak akan pernah membiarkan kamu lepas dariku.” “Tapi, Andra—“ “Ssstt..” Andra menatap Alana lekat seraya menempelkan telunjuknya di bibir mungil wanita itu. “Berhentilah bicara dan aku mau kamu jawab iya untuk menikah denganku!” Alana mengusap air matanya yang kembali meluruh. Sejujurnya ia kasihan pada kedua orang tua Andra yang harus kehilangan anak mereka karena dirinya. Tetapi Alana juga sangat mencintai lelaki di hadapannya ini. Biarlah Alana menjadi egois sekarang. Sama halnya dengan Andra, Alana pun tidak ingin kehilangan kebahagiaannya. “Iya, Ndra. Aku mau menikah dengan kamu!” jawab Alana saat itu. Yang seketika mengembangkan senyum di wajah Andra. Andra langsung meraih tubuh Alana untuk kemudian memeluknya dengan erat. Mereka tidak peduli jika saat ini mereka masih berada di pelataran rumah Andra yang megah. Yang jelas, tidak ada yang bisa menggambarkan betapa bahagianya Alana dan Andra kala itu. “Ndra! Suster dari tadi menunggu kamu turun dari mobil. Kenapa masih melamun? Kamu tidak jadi masuk ke rumah itu?” Andra terhenyak dari lamunannya. Ia melihat ke samping. Ternyata pintu mobil sudah di buka dari luar, dan sebuah kursi roda tersedia di bawah untuk menampung tubuh kekar Andra. Andra mengangguk. Lalu kemudian ia turun dengan dibantu oleh Nita dan perawatnya. Andra menatap rumahnya yang nampak sepi, sunyi dari luar. Perasaan tidak enak seketika menyergap hatinya begitu saja. ‘Mungkin Alana sedang tidur siang. Jadi rumahnya terlihat sepi.’ batin Andra. Kursi roda itu didorong oleh perawat untuk mendekati pintu. Dengan mudahnya pintu yang tidak dikunci itu terbuka. Lantas mereka masuk ke dalamnya. “Alana! Alana! Kamu di mana sayang? Aku pulang!” Nita memutar bola matanya jengah mendengar panggilan Andra pada istrinya. Karena tidak ada sahutan dari Alana, Andra meminta pada suster untuk mendorongnya ke kamar. “Alana…” Kening Andra berkerut saat ia juga tak mendapati Alana di dalam kamar mereka. Perasaan Andra makin tak menentu, ketika manik matanya melihat beberapa benda yang nampak berserakan di atas tempat tidur. Benda itu seperti…
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta