Bab 1 Dewa Perang Pulau Sumatera
Kota Sabang, sedang dalam keadaan gawat darurat.
Sebuah pesawat tampak mendarat perlahan di Bandara Kota Sabang.
Ratusan tentara khusus bersenjata lengkap, berbaris rapi di bandara.
Mereka semua memandang kagum pada pesawat yang baru mendarat itu.
James mengenakan sepatu bot hitam dan menuruni pesawat.
“Perhatian!”
“Hormat!”
Terdengar suara seorang pemimpin yang berteriak kuat.
Diikuti oleh ratusan tentara yang berada di bandara, yang berteriak sambil membungkukkan badannya , “Selamat Datang Jenderal, di Kota Sabang!”
Jenderal James, dewa perang di Pulau Sumatera.
Dia bergabung dengan kemiliteran sejak muda, dan telah memenangkan banyak pertempuran.
Dalam lima tahun terakhir, dia sudah mencatat banyak prestasi di Pulau Sumatera.
Dengan adanya mereka yang menjaga pintu perbatasan negara, dan berulang kali menghadang musuh, Indonesia menjadi negara yang makmur dan stabil.
Tubuh James tinggi dan ramping, matanya bersinar seperti bintang.
Dia tiba-tiba mengernyitkan keningnya dan dengan tenang berkata kepada Kapten Tommy, “Saya kan sudah bilang jangan membuat kehebohan?”
Tommy menjawab dengan canggung, “Jenderal, saya sudah memberitahu kepada pengurus Kota Sabang, tidak menyangka mereka masih melakukannya.”
James : “Perintahkan mereka untuk membubarkan pasukan, dan kembalilah. Kamu juga tidak perlu ikut denganku, saya punya acara sendiri.”
Tommy memberi hormat : “Baik, Jenderal!”
James meninggalkan bandara seorang diri, dia yang biasanya dikenal tenang, tiba-tiba menjadi bersemangat dan gugup.
Lima tahun lalu, saat ibunya meninggal, dia bermabuk-mabukan dan terjatuh ke jalanan.
Seorang gadis baik hati menolongnya, mereka melakukan hubungan seks dalam keadaannya yang mabuk berat.
Saat dia sadar, gadis itu sudah pergi.
Selama lima tahun dia berusaha keras mencarinya dengan berbagai cara, dan baru-baru ini mendapatkan kabar tentangnya.
Gadis itu bernama Nara Santika, dan belum menikah.
Dan karena hubungan satu malam mereka lima tahun lalu, dia melahirkan seorang putri yang bernama Wina.
James memikirkan dalam hatinya : Nara, Wina, kalian sudah menderita selama ini.
Kepulangan saya kali ini adalah untuk mengeluarkan kalian dari kesengsaraan dan memberikan kalian masa depan yang cerah.
……
Perusahaan Primanusa, ruang rapat.
Nara yang mengenakan setelan kerjanya, terlihat begitu cantik dan cerdas, dia sedang membahas kerjasama dengan Halim Kusuma.
Saat itu, dia sedang memelototi pria buncit dihadapannya dengan marah, dan menolaknya dengan sopan : “Maaf, Pak Halim, permintaan Bapak tidak bisa saya penuhi, saya bukan tipe orang yang akan menjual diri sendiri demi pencapaian.”
Selesai berkata, dia langsung berbalik dan berniat pergi.
Tapi Halim malah menghadang jalan keluarnya, dan berkata sambil tersenyum : “Nona Santika, jangan marah, saya kan hanya meminta Anda mencoba beberapa setelan pakaian dalam terbaru perusahaan kalian, saya hanya ingin mempelajari produk dan melihat hasilnya!”
“Pegang kata-kataku, kalau Anda bersedia memakainya dan memperlihatkannya kepada saya. Setelah saya puas, saya akan langsung memesan sebanyak lima puluh juta rupiah.”
“Dan, saya juga akan memberikanmu seratus juta secara pribadi, bagaimana?”
Nara semakin kesal : “Pak Halim, tolong tunjukkan rasa hormat Anda!”
Halim tertawa sinis : “Rasa hormat?”
“Seluruh masyarakat kelas atas di Kota Sabang, tidak ada yang tidak mengetahui hal memalukan yang Nona Nara lakukan lima tahun lalu, Anda sedang berpura-pura suci?”
Nara memucat, kejadian itu, adalah luka di hatinya yang tidak akan hilang, juga merupakan aib dari keluarga Santika.
Dia paling takut dibicarakan orang lain, tidak menyangka, Halim akan mengatakan itu didepannya.
Wajahnya memerah : “Saya tidak perlu menjelaskan kehidupan pribadi saya kepada Anda, begitu juga dengan kerja sama ini, untuk sementara, maaf!”
Halim menatap Nara, lalu menatap pakaian dalam yang berada di meja rapat, dan berkata sambil tersenyum : “Nona Nara, wanita yang disukai oleh saya, Halim, tidak ada yang pernah tidak saya dapatkan. Kalau Anda tidak mempertimbangkan saya, maka jangan salahkan saya yang tidak segan-segan lagi.”
Selesai berbicara, dua pengawal di belakang Halim langsung tersenyum licik dan mengapit Nara di kiri dan kanannya.
Nara kaget dan marah : “Kalian mau ngapain?”
Halim tersenyum : “Saya suka dengan Nona Nara, dan ingin bersenang-senang dengan Anda. Tapi Nona Nara tidak tahu cara bersenang-senang, jadi jangan salahkan saya bertindak kasar ya.”
Mendengar perkataan itu sontak membuat Nara menjadi semakin kesal, dia segera berlari menuju pintu dan ingin kabur.
Tapi kedua pengawal Halim berhasil mencengkram pergelangan tangannya dan menahannya.
Nara pun berteriak : “Tolong, siapa saja, tolong….”
Halim tertawa dan berkawa : “Hahaha, saya sengaja datang setelah jam kerja. Jam-jam begini, karyawan kantor kalian pasti sudah pulang semua, kamu berteriak sampai tenggorokanmu pecah pun tidak akan ada yang datang menolongmu.”
Nara tidak menyangka Halim sebejat ini, air matanya menggenang di matanya, dia sangat putus asa dan tidak berdaya.
Halim menatap Nara yang kedua tangannya dipegangi oleh bawahannya, dia tersenyum nakal dan berkata : “Jangan nangis, sini kakak sayang….”
Sebelum kalimatnya selesai, tiba-tiba suara bantingan terdengar.
Pintu ruang rapat ditendang sampai terbang dan hancur dihadapan Halim dan yang lainnya, membuat mereka semua tersontak.
Seorang pria yang tinggi dan kurus melangkah masuk, itu adalah James.
Nara yang melihat James tiba-tiba gemetar, dia!
Dia yang tadi hampir dinodai oleh Halim masih bisa menahan air matanya.
Saat ini, saat dia melihat James, air matanya malah tidak terbendung.
James yang melihat air matanya membuat hatinya yang selama ini terkenal dingin, merasa sakit, seperti disayat.
Lima tahun lalu, Nara menyelamatkannya.
Tapi dalam keadaan mabuk, dia malah menidurinya.
Lima tahun ini, James tidak berhenti mencari keberadaannya.
Dia selalu muncul di mimpi James setiap malamnya selama lima tahun, yang secara tidak langsung menjadikannya wanita yang paling tidak dapat dilupakan oleh James.
James dan Nara kembali bertemu, tatapan mata mereka sulit diartikan.
Suara Halim memutuskan tatapan mata mereka, dia melihat James yang berpakaian sangat biasa dan bertanya dengan keji : “Bocah, siapa kamu?”
James bahkan enggan melihat Halim, matanya hanya tertuju pada Nara, dan berkata : “Ayo ikut saya!”
Nara yang menangis tidak berhenti menggelengkan kepalanya dan melangkah mundur.
Pria ini merebut paksa keperawanannya lima tahun lalu, membuat dia sekeluarga menanggung malu dan menjadi bahan olokan di kota Sabang, dia sendiri bahkan tidak tahu bagaimana caranya dia bertahan melewati hari-hari sebagai bahan olokan orang.
Sekarang, dia muncul begitu saja dan kalimat pertama yang diucapkannya adalah memerintahkannya untuk ikut dengannya, dia pikir dia itu siapa?
Rencana Halim dirusak oleh James, dan sekarang James mengatakan akan membawa Nara pergi.
Dia berteriak kesal : “Bocah, kamu cari mati ya, Agus, Rudi, patahkan kakinya!”
“Baik, Bos!”
Dua orang pengawal yang tinggi besar itu bergegas menyerang James.
Bam bam, dua suara terdengar, James menendang secepat kilat kearah kedua pengawal itu, membuat mereka melayang dan tersungkur di lantai.
Kedua pengawal itu mendapatkan tendangan tepat di dada mereka, yang membuat seluruh tulang rusuk mereka patah, dan langsung tak sadarkan diri.
Setelah menendang kedua pengawal itu, James berjalan menuju Halim dengan aura dinginnya.
Halim tidak menyangka James sekuat itu, dia berteriak : “Apa maumu?”
“Kamu tidak tahu siapa saya? Saya ini Bos dari Grup Sabang Jaya, Halim Kusuma!”
“Di seluruh Kota Sabang, tidak ada yang berani menyinggungku, karena akibatnya adalah mati mengenaskan.”
James berjalan ke hadapan Halim dan berkata dengan sinis : “Omong kosongmu sudah selesai?”
Halim menatapnya tak percaya, awalnya dia berniat menakuti James dengan statusnya, tapi jawaban James malah seperti ini, ternyata di Kota Sabang masih ada yang tidak takut padanya ya?
James mengangkat kakinya dan menendang kaki kiri Halim dengan kejam.
Krek, suara tulang patah terdengar!
Kaki kiri Halim seketika patah oleh tendangan James, dia berteriak melengking dan berguling di lantai.
James memalingkan wajahnya, dan berjalan menuju Nara yang tercengang, lalu bertanya dengan nada yang jauh berbeda : “Mau ikut denganku?”
“Tidak!”
Dia mengigit bibirnya dan menolak, dia tidak bisa memaafkannya.
Dia adalah setan yang telah mengubah kehidupannya.
“Lima tahun yang lalu, setelah malam itu, saya terus mencarimu, dan sekarang, saya sudah menemukanmu, jangan berharap bisa lari lagi.”
Selesai berkata, James langsung menggendong paksa dirinya dan membawanya pergi.