Bab 3 Kamu tunggu mati saja !
“Jalang, beraninya memukuli putraku, saya akan memukulimu sampai mati.”
Lesti yang mendengar itu langsung mengangkat tangannya, dan menampar Nara.
Nara yang baru ingin menjelaskan sama sekali tidak menyangka akan langsung ditampar olehnya.
Tamparan itu tidak terduga, dia tidak akan bisa menghindarinya.
Dia melihat tangan itu akan mendarat di wajahnya.
Tapi, James menghadangnya.
Tangan kiri James menggendong putrinya, dan tangan kanannya secepat kilat mencengkram pergelangan tangan Lesti.
Tangan Lesti yang hanya beberapa senti dari wajah Nara, tiba-tiba berhenti dan tidak bisa digerakkan.
Dia belum sempat merespon, James membalikkan tamparan itu ke wajahnya.
Tamparan itu membuat Lesti tercengang.
Rambutnya yang baru selesai ditata di salon, langsung berubah seperti baru dicakar ayam.
Dia memegangi wajahnya, dan tidak berani menatap James : “Kamu berani memukuliku?”
James berkata dengan tenang : “Ibu dan anak sama saja, kamu main hakim sendiri tanpa mendengarkan penjelasan orang lain, tamparan itu untuk mengajarimu prinsip manusia.”
Saat itu, guru kelas kembali dari kamar mandi.
Dia tidak menyangka, telah terjadi begitu banyak hal dalam waktu singkat, dan bergegas berkata : “Ibu Lesti, Anda tidak apa-apa kan?”
Lesti yang tersadar langsung mengamuk dan mendorong guru itu, lalu berteriak : “Kamu berani memukuliku, tunggu saja!”
Selesai berkata, dia langsung menelepon seseorang.
Hanya beberapa menit berlalu.
Ciitt!
Suara decitan ban mobil terdengar dari luar.
Dua mobil Benz melaju melewati gerbang sekolah, dan berhenti tepat didepan gedung sekolah.
Lima orang berseragam turun dari mobil Benz itu.
Pria yang memimpin, berbadan besar dan tinggi, wajahnya sangar dan galak.
Wajahnya dipenuhi oleh aura pembunuh, dia membawa empat bawahannya memasuki ruangan kelas dan berkata dengan kejam : “Siapa yang berani menganiaya istri dan anakku?”
Lesti melihat pria yang berwajah sangar itu langsung berlari ke arahnya dan berkata dengan nada teraniaya : “Kenapa kamu baru datang sekarang, kalau kamu terlambat sedikit lagi, bisa-bisa istrimu sudah mati dipukuli.”
Pria itu berkata : “Saya ingin lihat siapa orang tidak tahu diri yang berani memukuli istri dan anakku, Hartono Wira.”
Hartono Wira!
Kekhawatiran langsung tersirat di mata Nara setelah mendengar nama itu.
Dia tahu kalau Hartono Wira itu sangat terkenal di Kota Sabang, dia punya uang dan kekuasaan, dia jelas-jelas bukan orang biasa.
Lesti menunjuk kearah James dan Nara sambil tertawa sinis : “Dua anjing ini, Suamiku, kalau masalah ini tidak bisa kamu selesaikan dengan baik dan memuaskanku, saya akan bawa Liam untuk tinggal di rumah ibuku.”
Hartono menyipitkan matanya : “Gampang, yang wanita, tinggal rontokkan semua giginya, dan yang pria, tangan mana yang memukulimu, tangan itu juga yang kupatahkan.”
Bocah gemuk itu buka suara : “Ayah, saya mau memukuli Wina anak haram itu, dia mengangguku.”
Hartono tersenyum dan mengangguk pada putranya : “Baik, kalau begitu nanti cari seutas tali untuk anak haram itu, dan jadikan dia anjingmu.”
Mendengar itu membuat Lesti tertawa bahagia, dan bocah gemuk itu bertepuk tangan sambil mengatakan bagus.
Guru sekolah, dan orang tua murid yang berada tidak jauh dari tempat kejadian dan mendengar perkataan Hartono, langsung menatap James sekeluarga dengan tatapan kasihan.
Kalau menyinggung Hartono, tidak akan berakhir baik.
Nara seketika menjadi cemas, dia maju dan berkata : “Pak Hartono, Saya dari keluarga Santika, nama saya Nara Santika. Masalah ini akan saya jelaskan kepadamu, semuanya hanya salah paham.”
Hartono mendengus : “Kamu tidak perlu menjelaskan kepadaku, saya Hartono tidak pernah sudi mendengarkan penjelasan orang lain, kalau saya bilang bagaimana ya harus dilakukan!”
“Kamu juga tidak perlu mengeluarkan nama keluarga Santika untuk menakutiku, saya bahkan tidak pernah menganggap kalian keluarga Santika.”
“Dan yang saya ketahui, kamu nona dari keluarga Santika, yang dilecehkan, melahirkan anak diluar pernikahan. Kamu itu aib keluarga Santika, tidak diusir oleh kakekmu saja sudah harus bersyukur.”
“Kamu malah berani mencari pria tidak jelas dan memukuli istri anakku, hari ini saya akan membantu keluarga Santika untuk mendidikmu!”
Hartono berbicara sampai disitu, dan berkata dengan dingin pada empat pengawal di belakangnya : “Masih tidak mau turun tangan?”
“Baik, Bos!”
Empat pengawal itu menjawab serentak, dan langsung melesat kearah James sekeluarga.
“Cari mati!”
Mata James memancarkan aura dingin, dan berkata kepada Nara yang disampingnya : “Tutup mata Wina.”
Nara yang mendengar ucapan James langsung mengerti maksudnya, dan segera menggunakan tangannya untuk menutup mata Wina.
James melangkah maju, dan langsung melayangkan tinjunya pada wajah satu pengawal yang berada di paling depan.
Bam!
Bam!
Bam!
Beberapa suara hantaman!
Empat pengawal itu seperti pohon besar yang tumbang, menghantam ke tanah.
Semua orang disekitar terkejut, mereka tidak menyangka James sekuat itu.
James melangkah kedepan Hartono dan tanpa basa-basi dia meletakkan satu tangannya di bahu Hartono dan berkata dengan dingin : “Berlutut!”
Hartono merasakan kekuatan dari tangan yang ada di bahunya, membuatnya tidak bisa tidak berlutut.
Bam!
Kedua lutut Hartono bertemu dengan lantai, dia berlutut di lantai, dengan wajahnya yang penuh dengan ekspresi kesakitan.
Piak!
Dia bahkan belum sempat mengerang kesakitan, James sudah menamparinya berulang-ulang.
Hartono dipukuli sampai berdarah, dia hanya memelototi James seperti seekor ular berbisa dan berkata : “Bocah, Kamu berani sekali memukuliku, kamu tidak tahu saya ini siapa?”
“Saya ini bawahannya Kak Sam, kamu malah berani memukuliku, tamatlah riwayatmu!”
“Percaya tidak, hanya satu kalimatku bisa menghabisimu, beserta istri dan anakmu!”
Kak Sam, Samuel !
Pemimpin Angkatan Bersenjata di Provinsi Aceh!
Bisa dikatakan sebagai penguasa Provinsi Aceh.
Dia tidak hanya kejam, tapi juga sangat menjaga bawahannya.
Hartono adalah orang kepercayaannya, dia juga sangat dihargai oleh Samuel.
Setelah mendengar perkataan Hartono, semua orang langsung menatap James dengan kasihan.
Dan berpikir dalam hati : Bocah ini benar-benar terjerat masalah besar.
Dia mungkin kuat dan bisa mengalahkan beberapa orang, tapi apa dia bisa melawan belasan orang, atau ratusan orang?
Awalnya Hartono hanya ingin mematahkan satu kakimu, sekarang takutnya dia sudah ingin mencabut nyawamu.
Bahkan Nara yang sedang menggendong putrinya tidak jauh dari situ, menjadi semakin cemas dan gugup.
James yang mendengar perkataan Hartono tetap tenang, hanya matanya yang menjadi semakin dingin dan berkata : “Saya benar-benar tidak percaya!”
Hartono menatap James dan berkata : “Kalau berani, biarkan saya menelepon, sepuluh menit kemudian, saya pastikan kamu menyesal lahir di dunia ini.”
Ucapannya baru selesai, sebuah suara nyaring terdengar, sesuatu melayang tepat ke wajahnya.
Sebuah ponsel!
Hartono mendongakkan kepalanya dengan tidak percaya, dan menatap James.
James berkata : “Saya beri kamu sepuluh menit, panggil mereka kemari!”
“Kerahkan seluruh pasukanmu, panggil pasukan terbaikmu semua kemari.”
“Hari ini, menghabisiku, atau keluargaku, kerahkanlah seluruh kemampuanmu!”