Chapter 5 Mencari seserahan

Ervin Aditya POV Walau aku bukan orang kaya, dan pernikahanku dengan Luna didasari atas pernikahan kontrak, aku merasa tetap berkewajiban memberikan apa yang sepatutnya diberikan kepada wanita yang akan menikah dari calon suaminya. Aku berusaha memberikan yang terbaik kepada Luna semampuku. Aku mengajaknya belanja Senin siang ini ke Ambarukmo plaza. Pernikahan kami hanya kurang 2 minggu lagi dan berbeda denganku yang terlihat sibuk tidak jelas serta was-was menuju hari H, aku melihat calon istriku ini sangat santai, bahkan masih terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Seolah rencana pernikahan kami hanya sebuah mimpi baginya atau aku yang terlalu bersemangat? "Lun, kamu mau isi seserahannya apa saja? Kamu pilih sendiri saja, aku nggak mau milihin, nanti nggak sesuai sama selera kamu dan malah nggak kamu pakai." "Memang harus ya, Vin? aku rasa nggak perlu sih, soalnya aku lagi nggak pengen belanja." "Lun, aku tau kalo aku saat ini belum mampu beliin kamu barang branded seperti apa yang dipakai Hilda, tapi aku pengen pernikahan kita selayaknya orang pada umumnya." Bukannya marah Luna malah tertawa, sepertinya aku akan menikahi wanita yang kurang waras, "apa kamu bilang? Barang branded kaya yang dipakai Hilda?" "Enggak deh, Vin. Aku nggak mau kamu kasih seserahan yang isinya style-nya Hilda." "Tapi itu kewajiban aku. Kamu paham kan maksudku?" Salah satu sifat jelek Luna yang mulai aku tau sekarang adalah tipikal orang yang memggampangkan segala urusan diluar urusan bisnisnya. "Aku paham, mengerti dan memahami tapi apa harus mengeluarkan uang sebanyak ini cuma untuk beli barang yang kita sudah punya dan hanya untuk dipamerin ke orang yang hadir diacara nikahan kita?" Aku melihat Luna bersedekap sambil menatapku. "Serendah rendahnya aku, aku akan berusaha menjaga harga diri kamu di depan keluarga kamu, Lun. Aku mau memperlakukan kamu selayaknya calon istri." Aku melihat Luna menghela nafas. "Okay, Vin. Aku mau kamu beliin tapi nggak usah di sini, kita cari yang murah-murah saja." Akhirnya Luna mengajakku ke sebuah rumah di daerah dekat jogja tronik, aku melihat rumah ini seperti pabrik sepatu. "Vin, sandal seserahan buat di sini aja, aku sudah langganan di sini, harganya murah kualitasnya bagus." "Kamu sering bikin di sini?" "Iya lumayan sering sih, soalnya dulu di ajakin Nada, kan Nada kakinya gede tu, jadi susah cari ukuran sepatu perempuan merek lokal, akhirnya kadang dia bikin disini atau beli di luar negri." "Oh, okay nggak pa-pa. Yang penting besok kamu pakai setelahnya." Aku hanya mengeluarkan uang sebesar 150 ribu untuk sepasang sepatu. Begitu murah untuk ukuran seorang wanita sesukses Luna. Kemudian Luna mengajakku ke deretan toko di jalan Solo. Di sini berjejer toko kain dikiri dan kanan jalan. Luna mengajakku memilih kain untuk seserahan. Dan ketika aku menyadari kalo Luna akan mengajakku pulang, aku bertanya padanya. "Lun, disini ada butik emas?" "Ada, di deket Lippo Mall, kenapa Vin?" "Kita mampir ke sana sebentar ya?" "Okay," kata Luna lalu dia memberi arahan padaku kemana aku harus mengambil jalan. Karena kami mengambil jalan tikus. Aku memarkirkan mobil Luna di area parkir butik emas, kemudian kami berjalan ke depan dan menuju seorang wanita yang merupakan pegawai butik emas. "Selamat siang," sapa wanita itu ketika kami telah duduk di hadapannya. "Siang Mbak, saya mau beli LM untuk mahar pernikahan, Mbak." "Oh, baik bapak kalo untuk mahar, ada bagusnya kalo bapak memilih seri batik. Karena limited edition dan tentunya jarang dimiliki orang-orang. Nanti kalo mau dijadikan kalung ada bazel yang bisa bapak beli di sini," kata pegawai itu menerangkan. Luna di sebelahku masih setia mendengarkan pegawai butik emas di depan kami. "Gimana Lun, sama bazelnya nggak?" Tanyaku pada Luna. "LM-nya aja, Vin. Kebetulan aku nggak suka pakai perhiasan gede-gede." Aku menganggukkan kepalaku. "Mbak, saya ambil yang 10 gram 3 biji ya, Mbak? Seri Truntum kalo ada." "Stock tersedia, Bapak. Mau di bayar menggunakan kartu, transfer atau cash?" "Gesek debet bisa, Mbak?" "Bisa, Pak." Akhirnya aku membelikan Luna sebagai mahar pernikahan kami adalah 3 buah Logam mulia seri batik Truntum karena makna yang terkandung dari motif tersebut. Truntum adalah lambang kesetiaan. Cinta yang tulus tanpa syarat, abadi semakin lama semakin subur dan berkembang. Karena itu aku memilihnya, walau aku tidak yakin Luna sendiri tau dan paham makna yang terkandung didalamnya. "Lun, kamu tau nggak kenapa aku milih seri batik Truntum?" "Nggak Vin, aku taunya LM ya LM 24 karat gitu doang," kata Luna sambil tertawa di dekatku. Si Mbak pegawai butik emas ikut tersenyum. "Ibu harus bersyukur punya calon suami seperti bapak ini. Jarang ada suami yang seperti ini." Luna tersenyum dikursinya. Kemudian aku mengeluarkan kartu Debetku dan menyerahkannya kepada pegawai butik emas untuk membayar LM tersebut. Setelah keluar dari butik emas, aku mengajak Luna makan di Raminten. Setiap ke Jogja, aku tidak pernah melewatkan waktuku untuk menikmati hidangan dari Raminten. Walau makanannya biasa saja, namun suasana membuatku selalu rindu untuk datang kesini lagi dan lagi, walau hanya sekedar bersantai. "Lun, kira-kira masih ada yang belum di beli nggak?" Tanyaku pada Luna. "Sudah cukup lah, Vin. Toh sebagian kita beli online saja. Nanti aku kasih kamu tagihan buat bayarnya." "Okay." Aku memahami keinginan Luna. Menikahi wanita yang super sibuk itu berbeda dengan wanita yang hanya pintar menghamburkan uang. Baginya waktu adalah uang, sehingga waktuku dengan Luna pun tidak sebanyak orang-orang dengan pasangannya. "Habis ini kamu bisa anterin aku ke bandara, Lun?" Tanyaku padanya, karena aku tidak mau mengganggu jadwalnya "Bandara mana dulu?" Tanya nya padaku. "Adisucipto, Lun." "Okay, bisa kalo itu. Nggak terlalu jauh dari sini." "Thank you." Kemudian kami melanjutkan makan siang kami. Aku baru menyadari kalo Luna itu cantik, manis dan tidak terlalu banyak gaya. Hidupnya biasa saja walau kenyataannya dia bisa hidup luar biasa daripada orang-orang disekitarnya dengan apa yang ia miliki saat ini. Selesai makan, aku langsung menuntun Luna di mana aku memarkirkan mobil Luna. Aku melajukan mobil Luna menuju bandara ketika sampai di Bandara aku berpamitan pada Luna. "Lun, sampai ketemu 2 minggu lagi di acara nikahan kita. Aku pamit ya. Jaga diri baik-baik." "Okay, Vin kamu juga. Titip salam buat ibu dan Jani, ya?" "Iya, nanti aku sampaikan ke mereka. Bye." "Bye." Setelahnya aku meninggalkannya masuk dan Luna tancap gas untuk kembali ke kantor WO-nya. ***
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Chapter 1 Prolog Chapter 2 Kaluna meet Ervin Chapter 3 Rumah Orangtua Ervin Chapter 4 Lamaran Chapter 5 Mencari seserahan Chapter 6 Sah Chapter 7 Rumah orangtua Luna Chapter 8 First kiss Chapter 9 Pesona Ervin Chapter 10 Mencari Lokasi untuk usaha Chapter 11 Ngunduh Mantu appChapter 12 Cemburu tapi gengsi appChapter 13 Pool Party appChapter 14 Menyusul Luna ke Pool Party appChapter 15 Cemburu appChapter 16 Berusaha menjadi suami sejati appChapter 17 Mulai bekerja kembali appChapter 18 Hipotensi appChapter 19 Suami Siaga appChapter 20 Sentuhan pagi hari appChapter 21 Istriku yang super sibuk appChapter 22 Permohonan Ervin appChapter 23 Tawaran gila Kaluna appChapter 24 Making Love appChapter 25 happy monthversary appChapter 26 Suami Terbaik appChapter 27 Dukungan Istri appChapter 28 Tawaran menjadi gigolo kembali appChapter 29 Child Free? appChapter 30 Keraguan Luna pada Ervin appChapter 31 Acara Lamaran Juna & Nada appChapter 32 Bertemu dengan Handi appChapter 33 Mencoba meyakinkan Luna appChapter 34 Kabar mengejutkan appChapter 35 Duka di hidup Ervin appChapter 36 Bukan Anak Haram appChapter 37 Kembali bergairah appChapter 38 Making love again appChapter 39 Kencan di Mall appChapter 40 Apartemen Ervin appChapter 41 Ulang Tahun Luna appChapter 42 Mengunjungi Klinik Infertilitas appChapter 43 Kenyataan pahit appChapter 44 Promil appChapter 45 Tes Analisa Sperma dan HSG appChapter 46 Bertemu kembali dengan Retno appChapter 47 Wejangan untuk Nada appChapter 48 Terbongkarnya masa lalu Ervin appChapter 49 Mencoba menutupi keadaan dari Ervin appChapter 50 Permintaan Cerai appChapter 51 Menerima tantangan Papa Luna appChapter 52 Kecewa appChapter 53 Long Distance Marriage appChapter 54 Me without You appChapter 55 1st anniversary appChapter 56 Apartemen Ervin appChapter 57 Kado anti-mainstream appChapter 58 Bertemu nenek Ervin appChapter 59 Mencari Kejelasan Asal-usul appChapter 60 Perkenalan Resmi appChapter 61 Positif? appChapter 62 Menjadi suami siaga appChapter 63 Acara keluarga besar appChapter 64 Protein Urine Positif appChapter 65 Permintaan Grandma appChapter 66 Mitoni appChapter 67 Kado istimewa appChapter 68 Pre-eklamsia appChapter 69 Resmi menjadi orangtua appChapter 70 Peran sebgai ibu baru appChapter 71 Keputusan Ervin appChapter 72 Epilog appChapter 73 Extra-part 1 appChapter 74 Extra-part 2 appChapter 75 Extra-part 3 appChapter 76 Extra-part 4 appChapter 77 Extra-part 5 appChapter 78 Extra-part 6 appChapter 79 Extra-part 7 appChapter 80 Extra-part 8 appChapter 81 Extra-part 9 appChapter 82 Extra-part 10 appChapter 83 Extra-part 11 appChapter 84 Extra-part 12 appChapter 85 Extra-part 13 appChapter 86 Extra-part 14 appChapter 87 Extra-part 15 appChapter 88 Extra-part 16 appChapter 89 Extra-part 17 appChapter 90 Extra-part 18 appChapter 91 Extra-part 19 appChapter 92 Extra-part 20 appChapter 93 Extra-part 21 appChapter 94 Extra-part 22 appChapter 95 Extra-part 23 appChapter 96 Extra-part 24 appChapter 97 Extra-part 25 appChapter 98 Extra-part 26 appChapter 99 Extra-part 27 appChapter 100 Extra-part 28 appChapter 101 Extra-part 29 appChapter 102 Extra-part 30 appChapter 103 Extra-part 31 appChapter 104 Extra-part 32 appChapter 105 Extra-part 33 appChapter 106 Extra-part 34 appChapter 107 Extra-part 35 appChapter 108 Extra-part 36 appChapter 109 Extra-part 37 appChapter 110 Extra-part 38 appChapter 111 Extra-part 39 appChapter 112 Extra-part 40 appChapter 113 Extra-part 41 appChapter 114 Extra-part 42 appChapter 115 Extra-part 43 appChapter 116 Extra-part 44 appChapter 117 Extra-part 45 appChapter 118 Extra-part 46 appChapter 119 Extra-part 47 appChapter 120 Extra-part 48 appChapter 121 Extra-part 49 appChapter 122 Extra-part 50 appChapter 123 Extra-part 51 appChapter 124 Extra-part 52 appChapter 125 Extra part 53 appChapter 126 Extra part 54 appChapter 127 Extra-part 55 appChapter 128 Extra-part 56 appChapter 129 Extra-part 57 appChapter 130 Extra-part 58 appChapter 131 Extra-part 59 app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta