Chapter 8 First kiss

Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Aku terbangun dari tidurku karena HIP, alias hasrat ingin pipis yang tidak bisa lagi aku bendung. Ketika aku bangkit dari ranjang, aku menemukan Ervin sedang melakukan ibadah sepertiga malamnya. Aku memandangnya dalam diam, bahkan aku melupakan HIP sementaraku. Aku yakin mataku yang minus 2 ini benar benar melihat Ervin menitikan air matanya ketika ia beribadah. Oh Tuhan, aku ingin memeluknya, aku ingin dia membagi rasa sakit yang ia rasakan denganku. Aku tau ia berusaha tampil kuat menghadapi hidupnya yang keras dan tidak mudah. Bahkan pekerjaan haram yang ia lakukan itu hanya untuk membiayai pengobatan ibunya. Hasrat ingin pipisku memutuskan kembali hadir sebelum Ervin menyelesaikan ibadahnya, aku buru-buru masuk ke kamar mandi untuk menuntaskannya. Ketika aku keluar, aku sudah menemukan Ervin sedang melipat sajadahnya dan duduk di ranjang. Aku bingung harus membuka obrolan apa dengannya. Karena aku tidak terbiasa dengan kehadiran orang lain di kamarku apalagi itu lawan jenis. "Eh Vin, udah selesai ibadahnya?" Aku melihat Ervin tersenyum kepadaku sambil menganggukkan kepalanya, "sudah Lun, kamu juga mau ibadah?" Deg!!! Jantungku berhenti sepersekian detik mendengar pertanyaannya. Karena yang wajib saja aku masih bolong bolong melakukannya, walau aku berkeinginan memperbaiki ibadahku setiap hari, tapi sepertiga malam masih jarang aku lakukan karena setan di dalam diriku masih begitu kuat aku rasakan dominasinya untuk mengajakku menggambar peta setiap malam daripada mengucap puji dan syukur atas semua nikmat yang Tuhan berikan di hidupku. "Enggak, tadi kebelet pipis", jawabku singkat sambil menuju ke ranjangku lagi. "Oh..." Hanya jawaban "oh" yang aku dapatkan dari Ervin. Sungguh sia sia basa basiku padanya barusan. “Vin…," aku memanggilnya, dan ia menolehkan wajahnya kepadaku. Dan demi Tuhan, wajahnya sebening ubin masjid malam ini. "Ya?" “Nanti kalo mau ibadah, ajakin aku ya.” Aku melihat perubahan raut muka Ervin, seperti shock atau kaget yang terlihat di sana ketika mendengar kata kataku barusan. Kemudian dia merubah posisi duduknya untuk duduk lebih dekat denganku. Kini dia duduk di sebelahku dan menatap wajahku dalam. Rasanya aku ingin mengubur wajahku di dalam bantal saja saking malunya di tatap Ervin seperti ini. “Lun,” kata Ervin sambil mengambil tangan kiriku dengan tangan kanannya, kemudian menaruhnya di atas paha nya yang kencamg dan berotot itu. Aku mendongakkan wajahku, menatap wajah Ervin yang masih fokus pada wajahku, lebih tepatnya adalah mataku. “Sekarang aku imam kamu, insyaallah aku akan ajak dan ingatkan kamu terus tentang ibadah Lun. Kita akan lakuin ini bersama sama. Kita perbaiki diri kita bersama.” Aku masih belum bisa berkata kata atas ucapan Ervin barusan. Bibirku rasanya kelu sekali. “Aku selalu bersyukur ke Tuhan karena ngirim kamu buat aku. Aku enggak tau gimana jadinya aku kalo enggak pernah kenal sama kamu,” katanya sambil tertawa getir dan pandangannya kini memandang smart TV yang ada di kamarku ini. Aku mengubah posisiku, kini aku duduk menghadapnya, dan Ervin pun kini menatapku kembali. Aku menarik tangan kiriku dari genggaman tangan kanan Ervin, kemudian aku angkat kedua tanganku, kini kedua telapak tanganku berada di kedua belah pipi mulus Ervin yang putih, bersih dan bebas dari jerawat apalagi komedo ini. Aku tatap dalam dalam mata Ervin “Vin, apapun yang kamu rasakan, kamu bisa bagi sama aku, biar beban kamu sedikit berkurang.” kataku pada Ervin yang masih menatapku. Ervin masih diam di depanku, tidak mengeluarkan sepatah katapun dari bibirnya yang pink itu. “Kalo kamu sakit, aku juga bisa rasain Vin, walau kamu enggak pernah cerita, tapi aku tau.” Aku mengatakan itu sungguh sungguh dari dalam hatiku setelah kejadian lunch bersama keluarga Ervin dulu setelah acara lamaranku dengannya. Tidak ada jawaban dari Ervin, yang aku rasakan kini hanya aroma mint segar yang menyapu indera penciumanku, sedangkan bibirku kini telah menempel dengan bibir Ervin yang hangat, kenyal dan pink yang begitu pas jatuhnya di bibirku. Seakan bibir Ervin memang tercipta hanya untuk bibirku. Oh Tuhan, aku tidak tau jika rasa bibir Ervin senikmat ini, aku merasakan Ervin membuka mulutnya sedikit dan mengulum bibir bawahku. Aku memejamkan mataku untuk merasakan pemberian Ervin padaku. Tanpa sadar aku membuka mulutku, memberikan akses pada bibir Ervin untuk meneruskan aksinya. Ervin menciumku lembut . Entah bagaimana aku merasakan ciuman itu adalah ungkapan rasa hatinya padaku. Tanpa aku sadari kini kedua tanganku sudah berada di dalam genggaman tangan Ervin. Dia meremas kedua tanganku tidak terlalu kuat, namun aku merasakan kini kami adalah dua yang menjadi satu. Aku merasakan ada air yang membasahi pipiku. Ketika air itu jatuh ke bibirku, rasa asin yang aku rasakan adalah sebuah jawaban bahwa Ervin menitikan air matanya ketika menciumku. Akhirnya aku adalah orang yang memutuskan ciuman itu lebih dulu, karena aku merasa kehabisan oksigen, dan bila aku nekad untuk terus menciumnya, aku menakutkan ada perasaan lain di diriku yang muncul untuk memilikinya sepenuhnya. “Asin,” kataku setelah aku membuka mataku bersama dengan Ervin yang juga membuka matanya. Ervin tertawa di depanku. Kemudian aku merasakan kedua ibu jarinya mengusap pipiku. Membebaskan pipiku dari sisa air matanya yang masih ada di sana. “Kalo manis ya gula, Lun,” katanya padaku. Setelah tawa Ervin reda, kami kembali ke posisi tidur kami masing masing. Kami tidur saling berhadapan dengan tangan Ervin yang memegang tanganku, seakan Ervin tidak akan melepaskan diriku untuk selamanya. Padahal kenyataannya kami akan berpisah setahun lagi. ***
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Chapter 1 Prolog Chapter 2 Kaluna meet Ervin Chapter 3 Rumah Orangtua Ervin Chapter 4 Lamaran Chapter 5 Mencari seserahan Chapter 6 Sah Chapter 7 Rumah orangtua Luna Chapter 8 First kiss Chapter 9 Pesona Ervin Chapter 10 Mencari Lokasi untuk usaha Chapter 11 Ngunduh Mantu appChapter 12 Cemburu tapi gengsi appChapter 13 Pool Party appChapter 14 Menyusul Luna ke Pool Party appChapter 15 Cemburu appChapter 16 Berusaha menjadi suami sejati appChapter 17 Mulai bekerja kembali appChapter 18 Hipotensi appChapter 19 Suami Siaga appChapter 20 Sentuhan pagi hari appChapter 21 Istriku yang super sibuk appChapter 22 Permohonan Ervin appChapter 23 Tawaran gila Kaluna appChapter 24 Making Love appChapter 25 happy monthversary appChapter 26 Suami Terbaik appChapter 27 Dukungan Istri appChapter 28 Tawaran menjadi gigolo kembali appChapter 29 Child Free? appChapter 30 Keraguan Luna pada Ervin appChapter 31 Acara Lamaran Juna & Nada appChapter 32 Bertemu dengan Handi appChapter 33 Mencoba meyakinkan Luna appChapter 34 Kabar mengejutkan appChapter 35 Duka di hidup Ervin appChapter 36 Bukan Anak Haram appChapter 37 Kembali bergairah appChapter 38 Making love again appChapter 39 Kencan di Mall appChapter 40 Apartemen Ervin appChapter 41 Ulang Tahun Luna appChapter 42 Mengunjungi Klinik Infertilitas appChapter 43 Kenyataan pahit appChapter 44 Promil appChapter 45 Tes Analisa Sperma dan HSG appChapter 46 Bertemu kembali dengan Retno appChapter 47 Wejangan untuk Nada appChapter 48 Terbongkarnya masa lalu Ervin appChapter 49 Mencoba menutupi keadaan dari Ervin appChapter 50 Permintaan Cerai appChapter 51 Menerima tantangan Papa Luna appChapter 52 Kecewa appChapter 53 Long Distance Marriage appChapter 54 Me without You appChapter 55 1st anniversary appChapter 56 Apartemen Ervin appChapter 57 Kado anti-mainstream appChapter 58 Bertemu nenek Ervin appChapter 59 Mencari Kejelasan Asal-usul appChapter 60 Perkenalan Resmi appChapter 61 Positif? appChapter 62 Menjadi suami siaga appChapter 63 Acara keluarga besar appChapter 64 Protein Urine Positif appChapter 65 Permintaan Grandma appChapter 66 Mitoni appChapter 67 Kado istimewa appChapter 68 Pre-eklamsia appChapter 69 Resmi menjadi orangtua appChapter 70 Peran sebgai ibu baru appChapter 71 Keputusan Ervin appChapter 72 Epilog appChapter 73 Extra-part 1 appChapter 74 Extra-part 2 appChapter 75 Extra-part 3 appChapter 76 Extra-part 4 appChapter 77 Extra-part 5 appChapter 78 Extra-part 6 appChapter 79 Extra-part 7 appChapter 80 Extra-part 8 appChapter 81 Extra-part 9 appChapter 82 Extra-part 10 appChapter 83 Extra-part 11 appChapter 84 Extra-part 12 appChapter 85 Extra-part 13 appChapter 86 Extra-part 14 appChapter 87 Extra-part 15 appChapter 88 Extra-part 16 appChapter 89 Extra-part 17 appChapter 90 Extra-part 18 appChapter 91 Extra-part 19 appChapter 92 Extra-part 20 appChapter 93 Extra-part 21 appChapter 94 Extra-part 22 appChapter 95 Extra-part 23 appChapter 96 Extra-part 24 appChapter 97 Extra-part 25 appChapter 98 Extra-part 26 appChapter 99 Extra-part 27 appChapter 100 Extra-part 28 appChapter 101 Extra-part 29 appChapter 102 Extra-part 30 appChapter 103 Extra-part 31 appChapter 104 Extra-part 32 appChapter 105 Extra-part 33 appChapter 106 Extra-part 34 appChapter 107 Extra-part 35 appChapter 108 Extra-part 36 appChapter 109 Extra-part 37 appChapter 110 Extra-part 38 appChapter 111 Extra-part 39 appChapter 112 Extra-part 40 appChapter 113 Extra-part 41 appChapter 114 Extra-part 42 appChapter 115 Extra-part 43 appChapter 116 Extra-part 44 appChapter 117 Extra-part 45 appChapter 118 Extra-part 46 appChapter 119 Extra-part 47 appChapter 120 Extra-part 48 appChapter 121 Extra-part 49 appChapter 122 Extra-part 50 appChapter 123 Extra-part 51 appChapter 124 Extra-part 52 appChapter 125 Extra part 53 appChapter 126 Extra part 54 appChapter 127 Extra-part 55 appChapter 128 Extra-part 56 appChapter 129 Extra-part 57 appChapter 130 Extra-part 58 appChapter 131 Extra-part 59 app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta