Bab 16 Siapa Yang Kamu Tipu?
Shella duduk di samping Rico, lalu dengan sangat alami membantu Rico merapikan rambut lembutnya. Kepala Rico terasa sangat nyaman dengan tindakan Shella ini.
"Itu …."
"Rico, kamu memasang alat pelacak yang kuberikan untukmu pada Daniel?"
"Hehe, ternyata ibu memang ibu yang paling pintar sedunia!" puji Rico sambil meminum susu coklatnya.
"Cepat berikan ponselmu!"
Tiba-tiba sikap Shella berubah menjadi sangat serius, dia lalu mengambil ponsel Rico dan segera memutuskan sinyal dari alat pelacak. Setelah itu, dia dengan cepat mengetikkan serangkaian kode sampai akhirnya tombol merah di alat pelacak berbunyi dan memulai ulang, dia baru menghentikan tindakannya.
"Ibu khawatir aku akan diikuti balik?"
"Kamu pintar juga, diikuti kembali adalah hal yang lain. Masalah yang paling penting adalah jejak diikuti, menurutmu apa yang akan terjadi kalau Daniel tahu kamu yang memalsukan identitas putra kesayangannya, Maxwell sama-sama muncul di tempat ini …."
"Kalau begitu aku akan ketahuan! Ibu sangat hebat, tapi tadi sepertinya Ibu menghubungkan alat pelacak ke sinyal yang lain. Siapa yang kamu tipu?" Rico menatap ibunya dengan tatapan kagum dan penuh semangat.
Shella menatapnya, saat melihat ekspresi wajahnya yang penuh semangat, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipinya.
"Dasar bocah nakal. Karena kamu sudah pulang, besok aku akan urus helikopter untuk mengantarmu pulang. Hari ini tidurlah lebih awal," ujar Shella sambil mencoba menangkapnya.
Rico tentu saja tidak bersedia menuruti ucapan Shella, dia menghindar dengan sangat aktif sambil berkata, "Ibu jangan. Aku belum merepotkan ayah bajingan itu jadi aku belum bisa pulang! Aku ingin tetap tinggal dan bertarung bersama dengan Ibu!"
Sambil melarikan diri ke sofa, Rico terus bergumam untuk berdiskusi dengan Shella.
"Jangan sampai Daniel menemukanmu saja sudah termasuk sebagai bantuan yang sangat besar untukku!" Shella mengejar Rico yang sudah berkeliling dua putaran di sofa. Dia bahkan belum menyentuh sehelai rambut Rico, bocah nakal ini benar-benar sulit untuk ditangkap!
Melihat ibunya bersikeras dan pantang menyerah untuk terus mengejarnya, Rico akhirnya tidak berlari lagi. Dia langsung memeluk kaki Shella dan berusaha untuk membujuknya.
"Ibu jangan gegabah. Pasti ada banyak hal yang harus kamu urus setelah pulang, bukan? Kalau saja ayah bajingan itu menyadari putra kesayangannya menghilang, dia pasti akan datang untuk mencari masalah denganmu."
"Saat itu, bukankah akan mengganggu pekerjaanmu? Kalau ibu tidak memikirkan diri sendiri, setidaknya juga harus pikirkan adik kecil yang masih tergeletak belum pulih sepenuhnya di rumah sakit! Aku janji tidak akan ketahuan selama adik belum pulih sepenuhnya!"
Rico benar-benar memeluk kaki Shella dengan sangat erat sampai Shella kesulitan ingin mengangkatnya. Saat ini kaki Shella seperti sedang dirantai, dia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa pada Rico.
Bahkan, tidak dapat dipungkiri kalau ucapan bocah ini memang masuk akal juga. Sekarang Daniel tidak tahu kalau Shella menculik putranya, dia hanya merasa ada yang tidak beres pada Shella jadi secara tiga hari berturut-turut terus mencari masalah dengannya. Kalau saja ketahuan oleh Daniel, rencana Shella takutnya akan lebih sulit lagi dijalankan.
Memang terlalu sulit untuk dihadapi!
"Ibu juga merasa ucapanku masuk akal, 'kan?" Rico mendongak menatap Shella. Jelas sekali dia bisa melihat keraguan pada wajah Shella, jadi dia sangat yakin kalau ucapannya benar.
Rico benar-benar sangat pintar, memang pantas menjadi anak Shella.
"Baiklah, kalau begitu selama tinggal beberapa hari di sini kamu harus patuh. Harus perhatikan keselamatan, mengerti?"
"Oke, aku jamin tidak akan merepotkan Ibu. Oh ya, apakah ibu punya ide untuk mengantarku pulang sebelum ayah bajingan pulang?"
…
Mobil Daniel melaju di tengah hujan yang lebat. Karena hujan lebat yang memengaruhi penglihatan, jadi laju mobil juga sedikit lambat. Tetesan air hujan yang terus menghantam jendela mobil membuat pikiran orang yang duduk di dalam mobil tidak fokus.
Sudah lama sekali tidak hujan selebat ini di Kota Benarc, terakhir kali hujan seperti ini terjadi lima tahun yang lalu.
Daniel yang sedang melamun, ekspresi wajahnya terlihat semakin masam.
"Titt!"
Tiba-tiba terdengar suara lemah yang memecah kesunyian di dalam mobil, orang yang berada di dalam mobil langsung tersentak.
"Tuan Muda, suara ini …." Mason segera memberi arahan untuk menghentikan mobilnya, jantungnya langsung berdetak dengan sangat kencang.
Daniel tidak menjawab, jarinya yang ramping dan panjang menyentuh kursi mobil dengan perlahan. Dalam sekejap saja, dia sudah menyentuh magnet kuning seukuran koin yang berada di bawah alas kursi.
Lampu indikator yang masih berkedip di atasnya, membuat ekspresi wajah Daniel yang melihatnya perlahan menjadi masam.
"Tuan muda, ini adalah alat pelacak? Tidak mungkin, aku sudah memeriksanya sebelum keluar tadi. Bagaimana mungkin bisa muncul benda seperti ini!" ujar Mason ketakutan sambil menatap benda yang masih berkedip di tangan Daniel itu.
Benda yang masih berkedip itu bukanlah alat pelacak, tapi adalah alat penghitung mundur nyawanya!
"Berikan laptopnya."
Daniel sama sekali tidak marah, dia membuka laptopnya lalu langsung masuk ke sistem analisis data keluarga Kino. Saat sistem sudah menyala, Daniel langsung menempelkan magnet itu ke belakang laptop lalu dengan cepat serangkaian informasi data muncul di layar.
Tiga menit kemudian, Daniel akhirnya menemukan sumber dari sinyal alat pelacak ini. Ekspresi wajah Daniel terlihat semakin masam saat melihat target tujuan yang ada di dalam peta.
keluarga Greth? Tidak, mereka tidak memiliki nyali sebesar itu.
Melihat ekspresi wajah Daniel yang sulit ditebak, Mason yang berada di samping hanya bisa pasrah dengan semuanya, dia sama sekali tidak berani berbicara. Dia takut Daniel yang tidak senang akan langsung menyuruhnya pergi ke Benua Lark.
Saat suasana di dalam mobil terasa sangat sunyi, ponsel Daniel terdengar berdering.
"Tuan Muda, gawat. Tuan muda kecil menghilang lagi!"
Ekspresi wajah Daniel langsung berubah suram saat mendengarnya, "Apa yang terjadi?"
Apakah karena terlalu takut? Atau karena Daniel tidak segera pulang menemaninya? Atau karena Maxwell diculik lagi? Saat teringat dengan sistem keamanan keluarga Kino yang dibobol beberapa hari yang lalu, dan juga alat pelacak ini membuat ekspresi wajah Daniel menjadi sangat masam.
Kepala pelayan yang sedang meneleponnya bahkan tidak berani untuk bernapas, "Tidak tahu, kamera pengawas tidak dirusak. Tapi, tuan muda kecil memang menghilang lagi!"
Daniel menggenggam alat pelacak itu dengan kuat, "Cepat cari!"
Di sisi lain, keluarga Greth.
Delly yang sudah mendapat kerugian, bagaimana mungkin bisa membiarkan semua ini berlalu begitu saja!
Seorang seperti Caleb saja bisa merendahkannya seperti itu, bagaimana dia bisa tinggal diam saja? Dia sudah menyuruh orang untuk pergi memberi pelajaran kepada Caleb, tapi prioritas utamanya tetap 4 triliun itu.
Kepala Dicky berdengung saat mendengar Delly menyebut 4 triliun itu, dia hampir saja mati kehabisan napas saat mendengarnya. Untung saja, Nyonya Anita yang berada di samping langsung memapahnya, setelah itu membawanya duduk perlahan di atas sofa.
"Apa yang kamu katakan? 4 triliun? Delly, sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan sampai memerlukan 4 triliun?"
"Ayah, jangan panik dulu. Walaupun 4 triliun ini memang banyak, aku bisa mendapatkan kemuliaan sebagai duta amal global dengan 4 triliun ini. Saat itu, aku menikah ke keluarga Kino dengan membawa kemuliaan ini lalu setelah menjadi nyonya muda keluarga Kino, uang 4 triliun ini bukanlah apa-apa," ujar Delly dengan penuh percaya, tapi sebenarnya dia juga tidak bisa memastikan.