Bab 3 BANTUAN DARI PRIA BERTOPENG
“Sialaaan!! Berani nya kau- DOR!” Pria pun itu ikutan roboh, dan tidak dapat menyelesaikan perkataan nya sebab sebuah timah panas telah menembus kepala nya.
“Bagaimana ini mungkin?” Ariana semakin terheran. Sebab kali ini dia bahkan tidak menyentuh pelatuk pistiol nya.
“Pasti ada orang lain disini!!” Batin Ariana lalu melihat ke sekeliling.
Ketika Ariana kehilangan fokus nya, pria yang disandra oleh Ariana mengambil pistol yang Ariana pegang dan menembak Elena yang merupakan target utama mereka sebanyak dua kali di dada, sebelum akhir nya dia pun roboh oleh sebuah peluru yang menembus kepala nya.
Teman-teman si pria itu langsung bubar mencari posisi yang aman karena tiba-tiba saja ada yang menyerang mereka. Namun tentu saja apa yang mereka lakukan percuma karena timah panas yang datangnya entah dari mana itu tiba-tiba saja sudah say hello ke kepala mereka.
Satu persatu tubuh para penjahat itu roboh tanpa tahu siapa yang telah menembakkan timah panas itu ke kepala para penjahat itu.
Ariana yang melihat hal itu langsung menghampiri sang ibu yang terlihat mulai kehilangan kesadaran nya.
“Ayoo bu bertahan bu!!! Tuhan telah mengirim malaikat nya untuk datang membantu kita!!!” Seru Ariana, menutup setiap luka di tubuh ibu nya.
“Bu.. Aku mohon bu! Bertahan lah bu!!” Ariana yang panik tidak sadar malah menangis. Menangis karena tidak tahu apa yang harus di lakukan saat ini melihat ibu nya yang terus mengeluarkan darah.
“Aku harus memindahkan mu, bu!” Seru Ariana.
Ariana berniat untuk mengangkat tubuh sang ibu. Tapi tenaga nya tidak cukup kuat untuk melakukan semua itu.
“Ariana, stop it sayang! Stop it! Jangan buang-buang tenaga mu!” ucap Elena terbata-bata menahan rasa sakit akibat tembakan yang dia dapatkan.
“Tolong ibu ku!! Aku mohon, tolong ibu ku!!!” Ariana berteriak ke segala arah, berharap orang yang menembak semua penjahat itu, muncul dan menolong ibu nya.
“Minggir lah!!” Perintah pria bertopeng pada Ariana.
“Nyonya Louis? Kau bisa mendengar ku?” Tanya pria itu pada Elena yang masih memiliki sedikit kesadaran.
“Hmm... aku tidak apa-apa. Tolong bawa putri ku jauh-jauh dari sini.” Jawab Elena, menahan rasa sakit nya.
“Ibu please!! Jangan bicara lagi!” Pinta Ariana. Pada sang ibu.
“Cepat bawa ibu ku ke rumah sakit!!” bentak nya panik pada pria itu..
“Kau siapa?” tanya Elena pada pria itu.
Pria itu pun membuka topeng nya. “Ini aku nyonya Louis, Pengawal Mr,D.” Jawabnya yang rupa nya adalah pengawal dari sahabat ibu nya Ariana.
“Syukurlah kau telah datang Will. Tolong kau selamatkan putri ku!” Pinta nya sambil menahan rasa sakit.
“Jangan bicara lagi nyonya Louis!” Larang nya dan langsung menggendong tubuh Elena.
“Tolong tekan tombol ini tiga kali.” Will meminta Ariana menekan tombol di jam tangan nya sebanyak tiga kali. Ariana pun menuruti apa yang Will katakan. Dan tidak lama kemudian..
“Tiiittt..tiiiitt..” Terdengar suara klakson mobil di depan rumah itu.
“Kau masuklah lebih dulu ke dalam mobil ku baru setelah itu aku akan memasukkan ibu mu.” Perintah Will pada Ariana.
Ariana pun mengangguk. Dia masuk ke dalam mobil Will lalu duduk seperti yang diperintahkan oleh Will.
Setelah melihat Ariana duduk seperti apa yang diperintahkan nya, baru lah Will memasukan tubuh Elena yang telah kehilangan kesadaran itu ke dalam mobil. Dan mereka pun bergegas ke rumah sakit. Sebuah rumah sakit milik sang Genious doctor.
*
*
*
*
Di tempat lain, Zavian, pacar nya Ariana masih sibuk bersantai dengan selingkuhanya setelah melakukan olah raga tengah malam bersama.
“Zavian!! Cepat lihat ini!” Seru Clarisa dan langsung memperlihatkan berita yang sedang heboh di sosial media.
“Bukan kah ini adalah rumah nya Ariana?” Ujar Clarisa, yang akhirnya mampu membuat Zavian yang tadi nya tidak ingin bergerak dari tidur nya, langsung mengambil posisi duduk begitu mendengar nama Ariana.
Dengan cepat Zavian mengambil handphone yang Clarisa pegang.
“Shit!!” maki nya dan langsung mengambil kemeja dan jeans nya, lalu buru-buru mengenakan kemeja dan jeans nya.
“Pantas tadi dia menelpon ku! Ternyata dia membutuhkan pertolongan ku!!” Gerutu Zavian langsung bergegas pergi setelah selesai berpakaian.
Zavian sangat menyesal telah mengabaikan telpon dari Ariana. Andaikan Zavian tahu Ariana menelpon nya karena nyawa Ariana sedang terancam, Zavian pasti akan segera mengangkat telpon itu.
Walaupun Zavian selingkuh dengan sahabat Ariana, tapi di dalam hati Zavian hanya ada nama Ariana seorang.
“Kau mau kemana Zavian?” Tanya Clara yang sebenarnya sudah bisa menebak kemana Zavian akan pergi.
“Tentu saja kerumah Ariana. Aku harus melihat keadaannya. Aku harus tahu kondisinya.” Zavian cepat-cepat mengambil kunci mobil dan handphone milik nya. Lalu bersiap pergi dari apartemennya Clarisa.
“Tapi dia Ariana tidak ada di rumah nya. Dia sedang di rumah sakit centra medis pusat.” Sebut Clarisa dengan perasaan tidak tentu arah.
Di satu sisi, dia merasa kasihan pada Ariana yang baru saja mendapatkan musibah sebesar ini. Tapi disisi lain, ia merasa tidak tenang melihat Zavian yang terlihat sangat peduli dengan keadaan Ariana.
Sebuah perasaan cemburu menyeruak dari dalam diri Clarisa. Tapi demi persahabatannya dengan Ariana, Clarisa tetap mengatakan pada Zavian di mana Ariana sekarang.
*
*
*
*
Will dan Ariana saat ini sedang berada di depan pintu kamar nyonya Yesac Elena, atau lebih di kenal dengan nama nonya Elena oleh teman-teman di circle nya. Wanita itu saat ini sedang berjuang hidup dan mati saat ini.
Ariana terus berjalan bolak balik di depan ruang operasi sang ibu. Perasaan cemas, sedih, bingung, tidak berdaya semua nya campur aduk di dalam diri Elena saat ini. “Oh Tuhan! Tolong selamat kan ibu ku.” Mohon Ariana pada Tuhan.
Sejak sang ibu mendapatkan penanganan, Ariana memang merasa sedikit bernafa lega. Tapi itu bukan berarti dia akan membiarkan apa yang menimpanya dan sang ibu begitu saja. Ariana berjanji akan mencari siapa pelaku atas kejadian berdarah malam ini.
Will yang duduk di salah satu kursi di depan rumah sakit itu sesekali melihat ke arah Ariana. Apa yang Ariana lakukan saat ini sangat persis seperti dirinya sewaktu kecil dulu.
FLASH BACK ON
Will kecil berlari di sepanjang koridor rumah sakit saat begitu dia sadar dari pingsan nya setelah dirinya, ayah, ibu dan adik nya mengalami kecelakaan mobil bersama.
Dengan mata berlinang air mata Will menatap tiga ruang operasi yang berdekatan sekaligus. Sambil bersimpuh dan menyatukan kedua telapak tangannya, Will kecil memohon pada Tuhan agar Tuhan mau menyelamatkan nyawa ayah, ibu dan adik perempuan nya.
Berjam-jam lama nya Will tidak bangun dari posisi nya itu hingga salah satu pintu ruang operasi terbuka dan seorang dokter keluar dari ruangan itu dengan wajah datar sambil mengangguk.
“Seperti permintaan mu tuan. Tuan Muda Hong telah berhasil kami singkirkan. Kami akan melaporkan kalau dia meninggal karena terlalu banyak mengeluarkan darah.” Ucap dokter itu pada paman nya Will yang bernama Zan Jin.
Will kecil yang mendengar hal tersebut langsung menoleh dan hal pertama yang Will kecil lihat adalah sang paman tersenyum. Dia tersenyum setelah mengetahui ayah Will tidak selamat.
“Paman?!!” Seru Will pelan dan tangan mengapal langsung berdiri lalu berlari menuju sang paman. Tanpa babibu, Will langsung memukul tubuh paman nya yang lima kali lebih besar dari tubuh nya yang baru berusia delapan tahun saat itu.
“Tuan Jin?’’ Ucap si dokter sambil melihat Will yang memukul-mukul Jin. Mungkin si dokter ingin bertanya pada Jin, harus kan dia juga menyingkirkan putra dari tuan Muda Hong ini.
“Tidak! Biarkan saja. Aku lah yang akan mengurusi bocah kecil ini.” Ucap Jin pada si dokter.
“Kalau begitu aku pergi dulu.” Ujar si dokter pada Zan Jin.
“Apa yang kau lakukan paman!!! Jangan katakan kalau kecelakaan ini adalah ulah mu! Tega nya kau mencelakai kami semua!!” Teriak Will sambil memukul-mukul tubuh adik mendiang ayah nya itu.
“Kau benar sekali Will. Aku, Zan Jin~ akulah yang telah merencanakan semua ini. Aku ingin kalian sekeluarga mati!” Ucap Zan Jin dengan tatapan seorang pembunuh berdarah dingin.
Mendengar hal itu, tangan mungil Will terlepas. Dengan air mata yang terus bercucuran di pipi nya Will menatap Zan Jin dengan penuh kebencian dan kemarahan. “Mengapa kau melakukan hal sekeji itu pada kami paman. Ayah ku itu adalah kakak kandung mu! Tapi mengapa kau tega melakukan ini pada kami semua!!” Ucap nya dengan suara gemetar.
“Karena dia adalah kakak kandung ku maka nya aku melakukan hal ini. Coba kalau dia adalah sepupu ku atau katakan lah adik ku, aku pasti tidak akan sekejam ini pada nya.” Ujar Zan Jin tidak berperasaan.
“Jadi kau memang berencana membunuh kami semua?!” Will melangkah pelan ke belakang. Kini Will sudah menyadari kalau pria yang berdiri di depan nya ini adalah seorang monster.
“Ya! Aku tadi nya memang akan membunuh kalian semua. Tapi mungkin jika kau pergi menjauh dari keluarga HONG untuk selama nya, aku tidak akan menyakiti ibu dan adik perempuan mu Will.” Ucap nya sambil tersenyum smirk pada Will.
“Kau lihat sendiri kan Will? Sangat mudah bagi ku untuk menghabisi nyawa ayah mu di atas meja operasi itu? Nah sekarang nyawa ibu dan adik mu ada di tangan mu. Kau memilih tinggal atau kau pilih pergi menghilang SELAMA NYA?” Ulang Zan Jin sambil tersenyum jahat pada Will.
Will melihat ke arah ruangan operasi ibu dan adik nya. Walaupun Will baru berumur delapan tahun tapi karena dia akan menjadi penerus keluarga Hong setelah ayah nya kelak, maka sedari kecil pendidikan yang diterima oleh Will sangat berbeda dari anak-anak seusia nya.
Tangan Will mengepal. Ini merupakan sebuah keputusan yang sangat sulit yang harus diputuskan oleh anak seusia nya yang sedewasa apapun dia saat itu tetap saja dia adalah bocah berumur depalan tahun yang masih menilai dunia dari apa yang dilihat nya.
“Jangan sakiti ibu dan adik ku. Aku akan pergi dari keluarga Hong.”
Itu lah kalimat yang Will ucap kan pada paman sebelum akhirnya dia memang pergi meninggalkan segala nya.
FLASH BACK OFF