Bab 1 Bertemu Kembali

“Tidak pernah kusangka. Rupanya kamu memang senikmat ini.” Suara berat yang tengah mendorong lebih dalam tubuh Indi menggeram karena nikmat yang tiada kentara. Damian Kusuma—pria tampan, pengusaha muda yang usianya baru menginjak dua puluh delapan tahun tengah menggerayangi tubuh Indira Pramesti—perempuan cantik berusia dua puluh enam tahun yang sudah lama ia kagumi sejak masih duduk di bangku kuliah. Sudah lama menjadi duda membuatnya bersemangat menyetubuhi tubuh wanita yang dia kagumi itu. Tidak peduli bila nanti Ind—sapaan perempuan itu mencaci makinya setelah sadar dari mabuknya kelak. “Arrgghh!” pekik Indi kala pria itu kembali mendorong dirinya di bawah sana. Desahan dan erangan terdengar dengan jelas di kamar tersebut. Dalam keadaan teler, tidak tahu siapa yang sedang menyetubuhinya, Indi hanya menikmati sentuhan nikmat itu. Damian yang sudah tergila-gila sejak lama kepada perempuan itu lantas menghantamnya tanpa ampun. Peluh keringat pun sudah bercucuran membasahi kain sprei yang menjadi alas senggama kedua insan itu. Damian yang sudah merindukan bercinta itu lantas sangat menikmati seruan akan desahan yang dikeluarkan oleh Indi. “Kapan selesainya ini, huh?! Aku sudah tidak tahan lagi,” pekik Indi dengan suara beratnya. “Tubuh ini .. eemmpt …!” Indi tak kuasa menahan permainan panas yang dibuat oleh Damian kepadanya. “Kamu sudah sampai, heum?” tanya Damian dengan suara lembutnya. Indi hanya mengangguk. Sementara Damian kembali mendorong tubuhnya hingga suara percikan percintaan itu terdengar begitu jelas. Tubuhnya mengejang seketika bersamaan dengan keluarnya peluh nikmat itu di bawah sana. “Capek!” keluh Indi seraya mengatur napasnya. Kemudian tak sadarkan diri sebab mabuk yang masih terasa dalam dirinya. “So beautiful. Akhirnya, kita bertemu kembali, Indi. Sudah sejak lama kita tidak pernah bertemu, akhirnya kembali bertemu sekaligus mendapat tubuh indahmu ini,” ucapnya seraya menyentuh kulit putih yang masih polos tersebut. “Jangan takut, Indi. Aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Aku akan menunggumu sampai sadar, dan mengatakan kalau kita baru saja tidur bersama. Membelah malam dengan suara teriakan dan desahan yang kamu keluarkan.” Damian memilih untuk istirahat di samping Indi yang sudah terlelap dalam tidurnya. ** Waktu sudah menunjuk angka sembilan pagi. Pengar itu masih sangat terasa di kepalanya sebab mabuk semalam. “Arrgh! Tubuh gue kenapa pegal-pegal. Mimpi apa gue, semalam,” gumamnya seraya menyibakkan rambutnya dengan pelan. “Heeuuh!” Indi baru sadar. Ini bukan kamar tidurnya. Ia kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu dengan cepat. “Di mana ini?” tanyanya panik. Lalu, tersadar juga bila dirinya tidak mengenakan apa pun. “Kenapa gue nggak pake baju. Pusaka gue juga sakit banget.” Indi benar-benar tak sadar apa yang telah dia lakukan semalam. “Morning!” Damian menyapa perempuan itu dengan tubuh yang hanya dililit handuk sepinggang. Indi mengerutkan keningnya. “Da … mian?” gumamnya seraya mengucek matanya. Lalu membolakan matanya karena terkejut. “Damian … ngapain lo di sini?” teriaknya kemudian. Damian mengendikan bahunya. “It’s my room. Masih belum ingat, kejadian semalam?” tanyanya seraya menatap mata itu dengan lekat. “Jangan mendekat!” seru Indi seraya menatap tajam wajah tampan milik lelaki itu. “Kenapa gue ada di kamar elo? Apa yang terjadi kemarin malam? Kita ….” Indi tak mampu meneruskan ucapannya itu. Damian mengangguk santai. “Semalam kamu mabuk. Ngoceh nggak jelas, karena nggak ada temen yang nungguin kamu, akhirnya aku bawa aja ke apartemenku,” tuturnya menjelaskan. “Apartemen? Di sini?” tanya Indi sembari menjambak rambutnya kemudian segera mengambil pakaiannya dan bergegas mengenakannya kembali. Pria itu mengangguk. “Iyalah. Di mana lagi kalau bukan di sini. And thank, untuk semuanya. Kamu memang sangat luar biasa.” “Sshhhiitt!” pekik Indi seraya menatap nyalang wajah Damian. “Gilak lo, Damian! Gilaaak! Menyetubuhi gue tanpa izin dan sekarang bilang terima kasih?! Sialan, lo!” pekiknya kesal. Kebenciannya semakin besar terhadap lelaki itu sebab telah memperkosanya. Ya. Dia anggap Damian telah memperkosanya karena ia tidak tahu dan tidak mengiayakan ajakan Damian untuk bercinta dengannya. “Mandi dulu, Indi. Aku nggak akan macem-macem lagi. Cukup semalam saja,” ucapnya kemudian menyunggingkan senyumnya. Indi melirik malas kepada pria itu. “Gak perlu. Mandi di rumah aja. Gue ada urusan!” ucapnya kemudian mengambil pakaian tersebut dan segera memakainya. “Mobil gue di mana? Jangan bilang ….” Indi membolakan matanya. “Di bar. Aku nggak tahu, mobil kamu yang mana. By the way, apa kabar?” “Gak usah basa-basi, lo. Pertemuan kita cukup sampai di sini aja. Gue nggak mau ketemu sama elo lagi dan lupakan semuanya! Kalau ketemu di jalan, jangan nyapa gue atau apa pun itu!” ucapnya dengan mata menatap nanar wajah Damian penuh amarah. Damian kembali menyunggingkan senyumnya. “Sampai jumpa lagi, Indi. Aku pastikan, kita akan bertemu lagi, tidak akan lama setelah kamu pulang,” ucapnya kemudian tersenyum menyeringai. Setibanya di rumah. Dengan langkah yang mengendap-endap, takut ketahuan oleh sang papa karena baru pulang. Ia kemudian segera masuk ke dalam kamarnya dan membuka seluruh pakaiannya. Masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun, langkahnya terhenti kala melihat tanda merah di dadanya. Cukup banyak hingga membuatnya memekik hebat. “Damian sialan! Gila bener ini orang! Arrgghh!” Indi menjambak rambutnya kemudian menghentakkan kakinya hingga masuk ke dalam kamar mandi. Memutar kran shower dan mengguyur tubuhnya. “Kenapa gue harus ketemu sama dia? Tidur dengan cowok gila macam Damian merupakan mimpi paling buruk yang pernah gue alami,” ucapnya lirih. Sungguh, ia sangat menyesali semuanya lantaran harus melayani pria aneh seperti Damian. Lebih tepatnya diperkosa karena Indi tidak tahu menahu bila dirinya tidur dengan lelaki itu. “Jangan sampai gue ketemu sama elo lagi, anak sialan!” pekiknya seraya membersihkan tubuhnya dengan sabun agar sisa-sisa sentuhan Damian hilang di tubuhnya. “Bisa-bisanya dia ninggalin jejak banyak banget di sini.” Indi terus menerus menggerutu kesal kepada Damian. “Nyesel banget gue mabuk nggak ditemenin, hanya sendirian. Jadinya gini, kan.” Indi mengeluh lesu. Damian merupakan pria yang tidak masuk dalam kategorinya. Jelas sangat membenci dan menyesali kejadian semalam. Meskipun dia sudah merelakan dan masa bodoh, tetap saja bila meninggalkan jejaknya di tubuhnya membuatnya kesal bukan main. “Indi?” Panggilan dari Wijaya—sang papa membuat Indi harus menyelesaikan acara mandinya. Ia kemudian segera menggunakan bathrobe dan menghampiri papanya yang ternyata sudah berada di dalam kamarnya. “Iya, Pa?” tanyanya seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk. “Hari ini, yaa. Kita bertemu dengan keluarga teman Papa.” “Heuh? Hari ini? Harus hari ini banget ya, Pa?” tanya Indi panik. Nasib sial benar-benar sedang menghampirinya. Tidur dengan musuh bebuyutannya, dan sekarang harus bertemu dengan calon yang sudah dipilihkan oleh Wijaya untuknya. “Iya. Sudah saatnya kamu dan dia bertemu kemudian merencanakan pernikahan ini. Sudahi main sana main sininya, Indi. Kamu sudah dewasa, ingat umur.” Wijaya berucap dengan pelan. Indi menghela napas kasar. “Tapi, Pa … terlalu dini dan aku belum siap ketemu sama dia. Belum tentu juga dia pria baik-baik. Emangnya Papa yakin, kalau dia jodoh terbaik buat aku?” Indi masih mencoba menolak permintaan papanya itu. “Ini yang terbaik. Papa yakin dan kamu pasti akan bahagia bersamanya!” ucapnya penuh percaya diri. Indi menghela napas pelan. ‘Kalau emang dia pria baik-baik, dia yang akan menyesal karena gue baru aja tidur sama Damian, si cowok aneh yang main perkosa gue aja. Duh! Gini amat nasib gue,’ ucapnya dalam hati kemudian menggaruk dengan pelan rambutnya. “Papa. Kalau nanti dia nggak terima dengan kondisi aku yang tukang mabuk dan segala macamnya, yang malu Papa. Mending aku cari jodoh sendiri deh, Pa. Ya, Pa, yaaa?” Indi memohon agar perjodohan itu dibatalkan saja. “Dia sudah tahu dunia kamu seperti apa. Makanya Papa sangat senang karena ada pria yang mau menerima kamu apa adanya.” “Haaah?” Indi terkejut bukan main. ‘Ada yaa, cowok modelan dia?’ ucapnya dalam hati. Indi kembali menghela napas pelan. “Ya udah, Papa tunggu di luar aja. Aku pakai baju dulu,” ucapnya lemas. Mau tak mau, dia harus menerima perjodohan itu. “Iya, Nak.” Wijaya menerbitkan senyumnya. Lima belas menit kemudian, Indi keluar dari kamarnya dan menghampiri sang papa yang sudah menunggunya di ruang tengah. Keduanya langsung keluar dari rumah tersebut dan Wijaya melajukan mobilnya menuju rumah temannya. “Orangnya kayak gimana sih, Pa?” tanya Indi kemudian. “Nanti juga kamu tahu.” Hanya itu yang diucapkan oleh sang papa kepadanya. Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit saja, mereka akhirnya tiba di rumah tersebut. Indi kembali menghela napasnya dengan pelan. Lalu keluar dari mobil bersama sang papa. “Bung!” Wijaya memeluk Pradipta—sahabatnya. “Apa kabar, Wijaya? Hari ini, yaa? Dia sudah tahu?” Wijaya mengendikan bahunya. “Nggak perlu dikasih tahu, dia sudah paham sendiri.” “Wow! Good! Baiklah kalau begitu. Aku panggilkan anakku dulu.” Pradipta memanggil sang anak yang baru kembali ke rumah. Sementara Indi dan Wijaya duduk di sofa ruang tengah. Perempuan itu kembali menghela napasnya seraya melihat-lihat rumah megah tersebut. “Orang kaya, rupanya,” gumamnya kemudian. “Hei!” Suara lembut itu sangat tidak asing di telinga Indi. Dengan cepat ia menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Mulutnya menganga, matanya melotot menatap orang yang akan menjadi suami dan katanya sangat menerima dia apa adanya.
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Bertemu Kembali Bab 2 Menagih Malam Pertama Bab 3 Masih Mencintai Rangga? Bab 4 Oleh-oleh Terindah Bab 5 Diam, atau Aku Hajar Sekarang juga! Bab 6 Bakal Minta Jatah lagi Bab 7 Setengah Jam saja! Bab 8 Make Love in Morning Day Bab 9 Janji Damian pada Indi Bab 10 Ingin Membuat Kesepakatan appBab 11 Lebih Baik Menunda Kehamilan appBab 12 Mantan Sekretaris Aku appBab 13 Ancaman Indi pada Damian appBab 14 Ajakan Damian appBab 15 Terhalang oleh Pesanan Indi appBab 16 Memakan Waktu Hingga Tiga Jam Lamanya appBab 17 Perasaan yang tidak Bisa Dirasakan appBab 18 Meredam Emosi appBab 19 Pesan Masuk appBab 20 Alasan Damian Mencintai Indi appBab 21 Mengeluarkan Possesive-nya appBab 22 Ada Kamar Pribadi? appBab 23 Menuntaskan Hasrat appBab 24 Pertanyaan Indi appBab 25 Membandingkan Indi appBab 26 Kedatangan Adik Rachel appBab 27 Ada yang ingin Indi Bicarakan appBab 28 Mana Mungkin Sakit Hati appBab 29 Cek CCTV Rumah appBab 30 Maafkan Aku appBab 31 Masih Mencintai Rachel, kan? appBab 32 Bertemu dengan Arion appBab 33 Sabotase Mobil appBab 34 Dimulai dari Hal Kecil appBab 35 Makan Malam Romantis appBab 36 Indi jadi Parno appBab 37 Yakinkan Hati Indi appBab 38 Apakah Kamu Bahagia Denganku? appBab 39 Bertemu dengan Seseorang appBab 40 Lihat saja! appBab 41 Gejolak Gairah tak Terkendali appBab 42 Are You Love Me? appBab 43 Nanti Malam Lanjut lagi appBab 44 Terkontaminasi film Dewasa appBab 45 Sifat Asli Dipta appBab 46 Don't Leave Me appBab 47 Program Hamil appBab 48 Menanam Benih di Rahim yang Sudah Siap Produksi appBab 49 Ada Masalah di Damian? appBab 50 Kehancuran Damian appBab 51 Izinkan Aku Melayanimu appBab 52 Pelayanan Sebelum Berangkat ke Malang appBab 53 Panggilan dari Nomor tak dikenal appBab 54 Akan Menemui Indi ke Rumahnya appBab 55 Bukan Pacarnya, tapi Suaminya appBab 56 Ketakutan Damian appBab 57 Kejutan untuk Indi appBab 58 I Miss You appBab 59 Anak Kecil Memanggil Indi appBab 60 Kebetulan yang Luar Biasa appBab 61 Belum Selesai Ganti Baju appBab 62 Keingintahuan Rangga appBab 63 Hukuman itu Terlalu Nikmat appBab 64 Tidak akan bisa Merubah Semuanya! appBab 65 Percakapan Damian dengan Rangga appBab 66 Tidak ada Toleransi appBab 67 Jadi Best Friend? appBab 68 Cibiran Sarkas Dipta appBab 69 Jangan beri tahu Zoya appBab 70 Tukang Spill Damian dari dulu appBab 71 Dua Kali dibuat Dongkol appBab 72 Bukan Mau Indi appBab 73 Foto Mesra Damian dengan Cindy appBab 74 Mengenakan Baju Seksi appBab 75 Baju Penggoda Iman appBab 76 Tubuhmu adalah Milikku appBab 77 Meja yang Hancur karena Ulah Damian dan Indi appBab 78 Rencana Manda dan Indi appBab 79 Antar ke Rumah Sakit appBab 80 Nomor Damian tidak Aktif appBab 81 Tawaran Dipta kepada Indi appBab 82 Wajah Pucat Damian appBab 83 Kekecewaan Indi appBab 84 Memberikan Ucapan Menohok kepada Damian appBab 85 Jangan Terlalu Mengharapkan Damian appBab 86 Keputusan yang Akhirnya Kita Ambil appBab 87 Lebik Baik Kita Pisah Saja! appBab 88 Masalah yang Sedang dihadapi Damian appBab 89 Ucapan Konyol Damian appBab 90 Harus Segera Dioperasi appBab 91 Jantung Wijaya Kambuh appBab 92 Indi Memarahi Dipta appBab 93 Mencari Saksi appBab 94 Cerita Masa Lalu Damian appBab 95 Hanya Bualan Dipta appBab 96 Memberi Tahu Kebenaran yang Sesungguhnya appBab 97 Bukti Cinta Damian appBab 98 Bukti Cinta Damian Versi Mamanya Indi appBab 99 Permintaan Maaf Ayu appBab 100 Terima Kasih appBab 101 Bukan Foto Telanjang appBab 102 Bukan hanya Satu Darah Beku saja, melainkan Banyak! appBab 103 Dua Orang Pelaku appBab 104 Di balik Kecelakaan Indi Tujuh Tahun yang lalu appBab 105 Damian sudah Tahu appBab 106 Cinta Pertama Damian appBab 107 Bertemu Rangga di Kantin Rumah Sakit appBab 108 Bukan Anak Kandungku appBab 109 Ayu dan Dipta Berseteru appBab 110 Surat dari Wijaya appBab 111 Naikin Kamu, yang Belum appBab 112 I Trust You! appBab 113 Seperti ada yang Janggal appBab 114 Tidak Berhasrat lagi appBab 115 Belum Damian Ketahui tentang Dipta appBab 116 Bercinta, Sayang! appBab 117 Pergulatan Mematikan appBab 118 I still Love You appBab 119 Benar-Benar tidak Tahu appBab 120 Tepat di Malam Ulang Tahun Indi appBab 121 Nomor Baru lagi appBab 122 Membalas Kebaikan Indi appBab 123 Tidak bisa Melepas Indi appBab 124 Jangan Sakit lagi appBab 125 Kejutan Selanjutnya untuk Indi appBab 126 Pergulatan Panas di Siang Hari appBab 127 Masih Berlanjut appBab 128 Indi Kelihatan Sensitif? appBab 129 Ketidakpercayaan Ayu appBab 130 Don't Worry appBab 131 Rahasia Damian Terbongkar appBab 132 Asset yang dimaksud Daniel appBab 133 Menua Bersama appBab 134 Seharusnya Datang Bulan appBab 135 Kedekatan Albert dengan Indi appBab 136 Jangan pernah Bertemu dengan Rangga lagi! appBab 137 Kasih Sayangnya tidak ada Sama Sekali appBab 138 Bisakah Kita Bercinta di Malam ini? appBab 139 Perut Indi Sakit appBab 140 Damian yang Protektif appBab 141 Sering Makan di Sini dengan Rangga? appBab 142 Kecemasan Indi appBab 143 Di Mana-Mana ada Rangga appBab 144 Jebakan untuk Indi appBab 145 Jangan Melukai Diri Sendiri Demi Indi appBab 146 Kabar Bahagia untuk Damian appBab 147 Pernah Hamil Tujuh Tahun yang lalu appBab 148 Elo Boleh Bunuh Gue! appBab 149 Janin Indi Lemah appBab 150 Pelaku Penyebar Berita sudah ditemukan appBab 151 Hukuman untuk si Pelaku appBab 152 Rasa Rindu itu Tetap ada appBab 153 Jangan Sampai Daniel Tahu appBab 154 Obatnya hanya Indi appBab 155 Hasil Lab yang Tertukar appBab 156 Pukulan Keras oleh Rangga appBab 157 Bertemu dengan Daniel appBab 158 Sudah Kembali Normal appBab 159 Akan Pindah Rumah appBab 160 Permintaan Indi appBab 161 Keputusan yang Cukup Besar appBab 162 Kita Harus Bicara appBab 163 Akan Mengawasi Indi appBab 164 Kenapa Ngobrol sama Dokter Spesialis Kanker? appBab 165 Bagi Saham appBab 166 Nggak Berani Makan itu appBab 167 Janji! appBab 168 Mencoba Menggoda Damian appBab 169 Akan Menerimanya appBab 170 Daniel tidak Punya Hati appBab 171 Tanggung Jawab Arnold appBab 172 Story of Kiran appBab 173 Bukan Sepenuhnya Salah Damian appBab 174 Masih Aman appBab 175 Mimpi Lo Harus Berakhir appBab 176 Butuh Air Softgun appBab 177 Aku Pasti akan Selamat appBab 178 Diikuti dari Belakang appBab 179 Menjadi Saksi Matinya Daniel appBab 180 Belum Tahu bila Dipta sudah Mati appBab 181 Daniel Masih Hidup? appBab 182 Juga Anak Haram appBab 183 Keluar dari Perusahaan itu appBab 184 Tinggal di Rumah Damian saja appBab 185 Sudah Lama tidak Ditengok appBab 186 Panggilan dari Kantor Polisi appBab 187 Dikubur Secara Bersamaan appBab 188 Tamat app
Tambahkan ke Perpustakaan
Unduh Aplikasi
Joyread
Bab selanjutnya
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta