Bab 3 Masih Mencintai Rangga?

Usai puas menciumi bibirnya, bibir itu turun ke bawah. Menikmati setiap jengkal demi jengkal kulit putih milik sang istri. “Damian … oh my God!” raung Indi sembari meremas sprei lantaran sentuhan Damian yang begitu panas dan membuatnya bergairah hebat. Damian tersenyum menyeringai. “Satu tahun sudah, aku tidak pernah menyentuh perempuan. Akhirnya bisa menyentuh lagi dan tentunya istriku sendiri.” “Oh, yaa? Kenapa nggak nyari perempuan lain di luaran sana? Lemah!” ledeknya kemudian. Damian tersenyum tipis. “Terserah, mau bilang apa, i don’t care! Yang penting saat ini, kamu menjadi milikku dan aku tidak akan pernah melepasmu!” ucapnya kemudian mengisap pucuk dada perempuan itu penuh nafsu. “Arrghh!” pekik Indi seraya membusungkan dadanya dengan spontan. Damian benar-benar membuatnya menggila. Lelaki itu memang hebat hingga berhasil membuatnya mabuk kepayang. Indi sudah masuk dalam perangkap lelaki yang berhasil membuat hasratnya menggila. Lima belas menit melakukan pemanasan, Damian mulai menyatukan dirinya dengan Indi. Membalikkan tubuh perempuan itu dan melajukan temponya dengan alunan yang cukup keras. Pekikan dan raungan berpadu menjadi satu di sudut kamar itu. Peluh keringat bercucuran dengan irama suara desahan saling beradu. “Damian … you! Arggh!” Indi meraung tak karuan. “Bagaimana? Masih kurang, heum?” tanyanya dengan tubuh yang tak jera memompa tubuh Indi. “No! Enough.” Damian terkekeh pelan. “Berjanjilah padaku, jangan main di belakangku. Atau aku akan menghukum kamu!” ancamnya kemudian. Damian kemudian mendudukkan perempuan itu di atas pahanya dan mengusap surai rambut yang berantakan karena ulahnya. “Kalau berani bermain di belakang?” tanyanya menantang lelaki itu lagi. “Aku tidak akan segan-segan menghukum kamu dengan berbagai jenis gaya dan penyiksaan yang akan aku lakukan padamu. Jangan menyesal dan jangan pula marah. Karena kamu yang sudah memulai.” Indi mendengus sembari menatap datar wajah suaminya itu. “Dan kalau elo yang kayak gitu, gue nggak akan segan-segan buat ceraikan elo!” Damian manggut-manggut patuh. “Silakan cari kesalahanku untuk kamu jadikan sebagai alasan agar bisa bercerai denganku. Silakan cari sepuasmu. Kalau memang buktinya kuat, aku akan meminta maaf pada papa kamu karena sudah gagal menjadi suami yang baik untukmu.” Damian kembali menyatukan dirinya karena belum sampai puncak. Indi kembali memekik. Namun, pikirannya terus tertuju pada ucapan Damian tadi. Hampir satu jam lamanya mereka bercinta. Damian akhirnya melepaskan pelepasannya. Melaju dengan sangat cepat agar peluh itu segera keluar. “Damian …!” pekik Indi sembari meremas bahu kokoh suaminya yang tengah terengah-engah. Mata penuh kabut dan sayu saling tatap. “Elo … cinta, sama gue? Bisa-bisanya melakukan itu—“ “Cinta. Aku cinta sama kamu dan memang inginku menikah denganmu. Enam bulan yang lalu, Papa memintaku agar menikahi anak satu-satunya Papa Wijaya. Namanya Indira Pramesti,” ucapnya menjelaskan. Indi menghela napas pelan. “Cepet banget move on-nya. Nggak cinta atau emang elo tukang ngumbar janji?” tanyanya seraya beranjak dari tempat tidur kemudian menggulung rambut panjang kecokelatan itu. Damian menatap Indi yang masih bertelanjang tak mengenakan apa pun. “Mungkin karena dia akan pergi meninggalkanku selamanya.” Indi menghela napas kasar. “Aneh, jawaban elo. Seolah tahu, kalau dia bakalan mati. Sengaja elo bunuh, kan?” tuduhnya kemudian. Damian menggeleng pelan. “No! Untuk apa, aku membunuh istriku sendiri. Saksinya Pak Sudira. Sopir yang udah bawa kami tapi masih hidup. Ada di penjara. Kamu bisa tanyakan hal itu kepadanya.” Perempuan itu hanya diam. Kemudian masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan miliknya yang terasa lengket akibat hujaman yang dilakukan sebagai malam pertama dengan Damian. Meski bukan lagi gadis pada umumnya, akan tetapi Damian begitu bahagia dan menyukainya. Sebab orang yang kini menjadi istrinya adalah orang yang dia inginkan sejak masih kuliah dulu. Hanya saja, rupanya sulit menaklukan hati Indi yang mungkin masih mencintai mantan kekasih yang sudah meninggalkannya. Waktu sudah menunjuk angka dua belas malam. Kedua insan itu masih terjaga dan sibuk dengan pikiran masing-masing. “Kenapa belum tidur?” tanya Damian kemudian menghampiri Indi yang hanya mengenakan panty dan bra bermotif. Indi kemudian menoleh kepada suaminya itu. “Perlu elo ketahui, gue biasanya tidur jam dua sampai jam tiga pagi. Tapi, jangan khawatir gue nggak bisa bangun di pagi hari. Jam tujuh gue pasti udah bangun. Karena besok masih cuti, jangan ganggu gue bangun di jam segitu.” Damian tersenyum tipis. “Tidak akan. Aku tidak akan mengganggu tidur nyenyak istriku yang seksi ini. Jangan khawatir, Honey!” “Honey, Honey! Jijik, Damian! Nggak usah manggil gue dengan panggilan itu!” seru Indi memperingati Damian agar jangan memanggilnya dengan sebutan yang membuatnya tak nyaman bahkan membencinya. “Baiklah. Memanggilmu dengan sebutan nama saja sudah buat aku bahagia,” ucapnya kemudian mengulas senyum hangat pada sang istri. Indi menjauh sedikit sembari menatap aneh wajah suaminya itu. “Nafsuan lo!” sengalnya kemudian. “Nafsuan pada istri sendiri, kenapa tidak?” tanyanya seraya mengangkat kedua alisnya. Indi lantas menyunggingkan bibirnya. “Aneh, lo!” Pria itu menatap Indi dengan tatapan lekatnya. “Sekarang, aku mau nanya sesuatu sama kamu.” “Heung?” ucapnya singkat tanpa menoleh sedikit pun kepada Damian. Damian menyunggingkan senyum seraya menatap Indi dengan lekat. “Sudah berapa pria, yang tidur dengan kamu?” tanyanya pelan. “Kenapa, nanya kayak gitu?” Indi balik bertanya dengan nada ketusnya. “Hanya ingin tahu saja. Sudah berapa banyak, pria yang mengenal tubuh indah istriku ini,” ucapnya seraya merayapkan tangannya di paha mulus perempuan itu. “Damian, don’t!” Indi menyingkirkan tangan lelaki itu. Namun, rupanya tak berhasil. Tentu saja tenaga lelaki lebih banyak dari tenaga perempuan. “Jawab, Indi. Sudah berapa banyak? Aku hanya ingin tahu saja. Dan … heran juga, kenapa kamu nggak hamil?” “Mainnya hebat lah. Nggak akan kebobolan, walau sudah tidur dengan berbagai pria manapun. Dan elo, cowok paling gila karena mau-maunya sama cewek yang udah dijamah oleh banyak pria!” Indi menyunggingkan bibirnya. Damian tersenyum pasi. Rasanya, ia tidak ingin kehilangan satu detik pun untuk menyentuh tubuh mulus yang kini sudah halal ia sentuh. Dengan sekali cengkeraman, lelaki itu berhasil menarik wajah Indi kemudian meraup bibir perempuan itu dengan penuh nafsu. “Jangan lakukan itu lagi. Sudah ada aku yang akan memuaskan kamu. Saling terpuaskan,” bisik Damian dan itu berhasil membuat darah Indi berdesir hebat. “Dan … belajarlah mencintaiku agar kita bisa menjalani rumah tangga ini dengan bahagia,” sambungnya kemudian menatap lekat wajah cantik istrinya itu. Indi menelan salivanya dengan pelan sembari menatap Damian dengan lekat. “Nggak janji.” “Kenapa? Karena masih mencintai Rangga, yang jelas-jelas sudah mengkhianati kamu?”
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Bertemu Kembali Bab 2 Menagih Malam Pertama Bab 3 Masih Mencintai Rangga? Bab 4 Oleh-oleh Terindah Bab 5 Diam, atau Aku Hajar Sekarang juga! Bab 6 Bakal Minta Jatah lagi Bab 7 Setengah Jam saja! Bab 8 Make Love in Morning Day Bab 9 Janji Damian pada Indi Bab 10 Ingin Membuat Kesepakatan appBab 11 Lebih Baik Menunda Kehamilan appBab 12 Mantan Sekretaris Aku appBab 13 Ancaman Indi pada Damian appBab 14 Ajakan Damian appBab 15 Terhalang oleh Pesanan Indi appBab 16 Memakan Waktu Hingga Tiga Jam Lamanya appBab 17 Perasaan yang tidak Bisa Dirasakan appBab 18 Meredam Emosi appBab 19 Pesan Masuk appBab 20 Alasan Damian Mencintai Indi appBab 21 Mengeluarkan Possesive-nya appBab 22 Ada Kamar Pribadi? appBab 23 Menuntaskan Hasrat appBab 24 Pertanyaan Indi appBab 25 Membandingkan Indi appBab 26 Kedatangan Adik Rachel appBab 27 Ada yang ingin Indi Bicarakan appBab 28 Mana Mungkin Sakit Hati appBab 29 Cek CCTV Rumah appBab 30 Maafkan Aku appBab 31 Masih Mencintai Rachel, kan? appBab 32 Bertemu dengan Arion appBab 33 Sabotase Mobil appBab 34 Dimulai dari Hal Kecil appBab 35 Makan Malam Romantis appBab 36 Indi jadi Parno appBab 37 Yakinkan Hati Indi appBab 38 Apakah Kamu Bahagia Denganku? appBab 39 Bertemu dengan Seseorang appBab 40 Lihat saja! appBab 41 Gejolak Gairah tak Terkendali appBab 42 Are You Love Me? appBab 43 Nanti Malam Lanjut lagi appBab 44 Terkontaminasi film Dewasa appBab 45 Sifat Asli Dipta appBab 46 Don't Leave Me appBab 47 Program Hamil appBab 48 Menanam Benih di Rahim yang Sudah Siap Produksi appBab 49 Ada Masalah di Damian? appBab 50 Kehancuran Damian appBab 51 Izinkan Aku Melayanimu appBab 52 Pelayanan Sebelum Berangkat ke Malang appBab 53 Panggilan dari Nomor tak dikenal appBab 54 Akan Menemui Indi ke Rumahnya appBab 55 Bukan Pacarnya, tapi Suaminya appBab 56 Ketakutan Damian appBab 57 Kejutan untuk Indi appBab 58 I Miss You appBab 59 Anak Kecil Memanggil Indi appBab 60 Kebetulan yang Luar Biasa appBab 61 Belum Selesai Ganti Baju appBab 62 Keingintahuan Rangga appBab 63 Hukuman itu Terlalu Nikmat appBab 64 Tidak akan bisa Merubah Semuanya! appBab 65 Percakapan Damian dengan Rangga appBab 66 Tidak ada Toleransi appBab 67 Jadi Best Friend? appBab 68 Cibiran Sarkas Dipta appBab 69 Jangan beri tahu Zoya appBab 70 Tukang Spill Damian dari dulu appBab 71 Dua Kali dibuat Dongkol appBab 72 Bukan Mau Indi appBab 73 Foto Mesra Damian dengan Cindy appBab 74 Mengenakan Baju Seksi appBab 75 Baju Penggoda Iman appBab 76 Tubuhmu adalah Milikku appBab 77 Meja yang Hancur karena Ulah Damian dan Indi appBab 78 Rencana Manda dan Indi appBab 79 Antar ke Rumah Sakit appBab 80 Nomor Damian tidak Aktif appBab 81 Tawaran Dipta kepada Indi appBab 82 Wajah Pucat Damian appBab 83 Kekecewaan Indi appBab 84 Memberikan Ucapan Menohok kepada Damian appBab 85 Jangan Terlalu Mengharapkan Damian appBab 86 Keputusan yang Akhirnya Kita Ambil appBab 87 Lebik Baik Kita Pisah Saja! appBab 88 Masalah yang Sedang dihadapi Damian appBab 89 Ucapan Konyol Damian appBab 90 Harus Segera Dioperasi appBab 91 Jantung Wijaya Kambuh appBab 92 Indi Memarahi Dipta appBab 93 Mencari Saksi appBab 94 Cerita Masa Lalu Damian appBab 95 Hanya Bualan Dipta appBab 96 Memberi Tahu Kebenaran yang Sesungguhnya appBab 97 Bukti Cinta Damian appBab 98 Bukti Cinta Damian Versi Mamanya Indi appBab 99 Permintaan Maaf Ayu appBab 100 Terima Kasih appBab 101 Bukan Foto Telanjang appBab 102 Bukan hanya Satu Darah Beku saja, melainkan Banyak! appBab 103 Dua Orang Pelaku appBab 104 Di balik Kecelakaan Indi Tujuh Tahun yang lalu appBab 105 Damian sudah Tahu appBab 106 Cinta Pertama Damian appBab 107 Bertemu Rangga di Kantin Rumah Sakit appBab 108 Bukan Anak Kandungku appBab 109 Ayu dan Dipta Berseteru appBab 110 Surat dari Wijaya appBab 111 Naikin Kamu, yang Belum appBab 112 I Trust You! appBab 113 Seperti ada yang Janggal appBab 114 Tidak Berhasrat lagi appBab 115 Belum Damian Ketahui tentang Dipta appBab 116 Bercinta, Sayang! appBab 117 Pergulatan Mematikan appBab 118 I still Love You appBab 119 Benar-Benar tidak Tahu appBab 120 Tepat di Malam Ulang Tahun Indi appBab 121 Nomor Baru lagi appBab 122 Membalas Kebaikan Indi appBab 123 Tidak bisa Melepas Indi appBab 124 Jangan Sakit lagi appBab 125 Kejutan Selanjutnya untuk Indi appBab 126 Pergulatan Panas di Siang Hari appBab 127 Masih Berlanjut appBab 128 Indi Kelihatan Sensitif? appBab 129 Ketidakpercayaan Ayu appBab 130 Don't Worry appBab 131 Rahasia Damian Terbongkar appBab 132 Asset yang dimaksud Daniel appBab 133 Menua Bersama appBab 134 Seharusnya Datang Bulan appBab 135 Kedekatan Albert dengan Indi appBab 136 Jangan pernah Bertemu dengan Rangga lagi! appBab 137 Kasih Sayangnya tidak ada Sama Sekali appBab 138 Bisakah Kita Bercinta di Malam ini? appBab 139 Perut Indi Sakit appBab 140 Damian yang Protektif appBab 141 Sering Makan di Sini dengan Rangga? appBab 142 Kecemasan Indi appBab 143 Di Mana-Mana ada Rangga appBab 144 Jebakan untuk Indi appBab 145 Jangan Melukai Diri Sendiri Demi Indi appBab 146 Kabar Bahagia untuk Damian appBab 147 Pernah Hamil Tujuh Tahun yang lalu appBab 148 Elo Boleh Bunuh Gue! appBab 149 Janin Indi Lemah appBab 150 Pelaku Penyebar Berita sudah ditemukan appBab 151 Hukuman untuk si Pelaku appBab 152 Rasa Rindu itu Tetap ada appBab 153 Jangan Sampai Daniel Tahu appBab 154 Obatnya hanya Indi appBab 155 Hasil Lab yang Tertukar appBab 156 Pukulan Keras oleh Rangga appBab 157 Bertemu dengan Daniel appBab 158 Sudah Kembali Normal appBab 159 Akan Pindah Rumah appBab 160 Permintaan Indi appBab 161 Keputusan yang Cukup Besar appBab 162 Kita Harus Bicara appBab 163 Akan Mengawasi Indi appBab 164 Kenapa Ngobrol sama Dokter Spesialis Kanker? appBab 165 Bagi Saham appBab 166 Nggak Berani Makan itu appBab 167 Janji! appBab 168 Mencoba Menggoda Damian appBab 169 Akan Menerimanya appBab 170 Daniel tidak Punya Hati appBab 171 Tanggung Jawab Arnold appBab 172 Story of Kiran appBab 173 Bukan Sepenuhnya Salah Damian appBab 174 Masih Aman appBab 175 Mimpi Lo Harus Berakhir appBab 176 Butuh Air Softgun appBab 177 Aku Pasti akan Selamat appBab 178 Diikuti dari Belakang appBab 179 Menjadi Saksi Matinya Daniel appBab 180 Belum Tahu bila Dipta sudah Mati appBab 181 Daniel Masih Hidup? appBab 182 Juga Anak Haram appBab 183 Keluar dari Perusahaan itu appBab 184 Tinggal di Rumah Damian saja appBab 185 Sudah Lama tidak Ditengok appBab 186 Panggilan dari Kantor Polisi appBab 187 Dikubur Secara Bersamaan appBab 188 Tamat app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta