Bab 6 Bakal Minta Jatah lagi

Tangan kekar milik Damian meluncur mulus di atas paha sang istri dengan mata menatap dengan lekat wajah Indi. “Katakan dengan jujur. Kamu … sering bermain dengan mulutmu yang seksi ini?” tanyanya sembari mengusapi bibir itu. “Mau ngapain lo? Nyuruh gue lakuin hal itu di sini?” tanya Indi kemudian. Damian mengangguk seraya menatap Indi. “Ya. Lakukan sekaraang juga!” titahnya seraya membuak celana pendek yang ia kenakan itu. Pusaka itu sudah berdiri tegak menantang Indi yang langsung terpusat padanya. “Lakukan atau aku akan mengurungmu!” ancamnya sungguh-sungguh. Indi berdecak pelan seraya menatap malas pada suaminya itu. “Kenapa? Pasti sudah biasa kan, melakukan itu? Kenapa dengan suamimu sendiri tidak mau?” “Bukan nggak mau, Damian. Ini di pesaw—“ “I don’t care! Bahkan, kalau kamu mau, di tempat umum aku tidak peduli! Agar semua orang tahu kalau kamu adalah milikku!” Indi tersenyum miring mendengarnya. “Gilak! Elo gila, Damian.” “Karena kamu lebih gila dariku. Jangan banyak alasan. Lakukan sekarang atau kamu akan jadi ibu rumah tangga selamanya!” “Bentar! Ngumpulin nafsunya dulu.” Damian lantas meraup bibir perempuan itu dengan penuh. Tangannya merobek paksa dress yang dikenakan oleh istrinya itu. Menyelinap masuk ke dalam sana dan menilin pucuk merah muda itu dengan hawa nafsu dalam dirinya yang sudah mulai memuncak. “Arrghh … Damian!” pekik Indi sudah mulai terangsang. Damian menarik tangannya. Mata indahnya itu menatap Indi dan menganggukkan kepalanya. Memerintahkan perempuan itu agar melakukannya sekarang juga. Tangan Indi sudah memegangnya. Lalu menunduk dan memulai aksinya. Ia yang sudah lihai itu lantas tak perlu diarahkan. Bergerak maju-mundur bermain dengan riang dengan pusaka luar biasa milik sang suami. Sementara tangan Damian memegang ujung kursi seraya menahan gairah nikmat yang tengah ia rasakan. Mulut Indi bermain dengan sempurna di bawah sana hingga membuat Damian mengerang tak karuan. “Ough! Indi …,” raung Damian menahanb semua gairah yang sedang merajang dirinya. Mata itu menatap pada Damian yang tengah mengerang seraya menjambak rambut panjang berwarna pirang milik Indi. Kemudian melepaskan pusaka itu dari mulutnya seraya mengatur napasnya yang tersengal. “Sekarang janji sama gue. Jangan halangi gue untuk melakukan apa pun terma—“ “Asal jangan merokok apalagi mabuk. Kamu lagi program hamil.” “No! Tunggu sampai gue cinta sama elo. Gue nggak mau hamil dulu. Mimpi gue untuk jadi desainer terkenal se-Indonesia aja belum selesai. Masa iya harus punya anak. No way!” Damian menarik wajah perempuan itu kemudian menatapnya dengan amat sangat lekat. “Yakin, karena mimpi kamu? Bukan karena menunggu mantan kekasih kamu itu?” tanyanya dengan tatapan lekatnya. “Ckk! Ngapain gue nunggu orang yang udah nikah, Damian?! Nggak usah bikin mood gue buruk deh!” Indi rupanya tidak ingin membahas Rangga yang sudah meninggalkannya itu. Damian menghela napas kasar kemudian menarik tangan Indi. Mendudukkan tubuh mungil itu di atas pahanya. “Permainan kita belum selesai, Indi!” bisik Damian kemudian mengarahkan miliknya dan masuk pada milik Indi. “Oughh …!” raung Indi seraya mengikuti alunan tempo permainan yang dimainkan Damian. Mata itu menatap Damian penuh. “Seminggu aja oke?” Damian menggeleng pelan. Lalu beranjak dari duduknya dan membalikkan tubuh Indi dan ia beranjak dari duduknya. Bermain kembali dengan posisi yang baru. “Jangan mimpi!” ucap Damian dengan suara paruanya. Lajunya semakin tak terkendali, tangannya meraup buah dada yang bergelayangan seolah diminta untuk ia raih. Diremasnya dengan gemas hingga membuat Indi memekik tak karuan akibat ulah yang dilakukan oleh Damian kepadanya. “Damian … you so … damn!, Damian, ouughh!” pekik Indi meraung-raung. “Arrgghh … ough!” Indi sudah tak karuan. Raungan serta desahan sarat terdengar begitu nyaring. Ia kemudian menolehkan kepalanya kepada Damian yang masih memaju mundurkan tubuhnya di belakang sana. Benar-benar tidak peduli di mana kini mereka berada. Hampir satu jam lamanya mereka bercinta. Damian sudah masuk di puncaknya. Temponya semakin cepat hingga membuat Indi semakin memekik dengan suara yang cukup nyaring dan berisik. “Memang pada dasarnya Indi berisik. Harap maklum saja,” ucap Damian kemudian melepaskan pedang pusaka itu dari dalam sana. Napasnya terengah-engah kemudian duduk kembali. Mengambil tissue dan membersihkannya menggunakan tissue tersebut. Pun dengan Indi yang tampak berantakan karena ulah suaminya itu. “Puas, lo?!” seru Indi masih saja kesal kepada suaminya. Damian menyungging senyum tipis. “Sangat puas. Lanjut lagi di sana. Kita bisa melakukanya kapan pun dan di mana pun. Karena villa di sana hanya ada satu. Mau telanjang setiap hari pun tidak akan ada yang melihatnya.” Indi mengibaskan tangannya. “Menikmati pemandangan di sana jauh lebih baik daripada harus melayani elo selama dua puluh empat jam. Bisa-bisa punya gue melebar karena elo masukin terus, Damian.” Pria itu lantas terkekeh mendengarnya. “Tidak akan seharian penuh. Aku pun bisa pingsan kalau dua puluh empat jam menghajar kamu, Indi. Ya! Enjoy di sana. Jangan lupa bahagia dan belajarlah mencintaiku,” ucapnya sembari menatap sang istri dengan tatapan penuh arti. Indi terdiam. Hanya bisa diam karena memang pada dasarnya ia tidak tahu harus jawab apa sementara pernikahan ini bukan atas kemauan dia, melainkan paksaan dari sang papa yang ingin melihat anak satu-satunya itu menikah dengan pria yang menurut Wijaya baik untuk Indi. “Kalau tidak bisa sekarang juga tidak masalah. Pelan-pelan saja, Indi. Aku akan menunggunya, jangan khawatir.” Indi menoleh ke arah suaminya itu. “Nunggu apaan? Nunggu gue cinta sama elo?” Damian mengangguk. “Belajar untuk menggunakan aku kamu ya, Indi. Agar lebih enak didengarnya. Sama Rangga dulu manggilnya aku kamu, kan?” “Iya, iyaa. Entar dicoba.” Damian mengulas senyumnya kemudian mengusap pucuk kepala perempuan itu. “Thank you!” ucapnya dengan suara yang sangat lembut. Indi menyunggingkan senyum. Lalu menolehkan kepalanya dengan cepat kepada Damian. “Baju gue robek, Damian. Ambilin baju gue, cepetan!” Indi baru sadar kalau dia masih dalam keadaan polos karena ulah Damian yang merobek bajunya dan tentunya tidak dapat digunakan lagi. “Padahal, untuk apa mengenakan baju. Nggak lama juga aku minta jatah lagi,” ucapnya sembari memberikan lingerie tipis kepada Indi. “Damian … shiitt!”
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Bertemu Kembali Bab 2 Menagih Malam Pertama Bab 3 Masih Mencintai Rangga? Bab 4 Oleh-oleh Terindah Bab 5 Diam, atau Aku Hajar Sekarang juga! Bab 6 Bakal Minta Jatah lagi Bab 7 Setengah Jam saja! Bab 8 Make Love in Morning Day Bab 9 Janji Damian pada Indi Bab 10 Ingin Membuat Kesepakatan appBab 11 Lebih Baik Menunda Kehamilan appBab 12 Mantan Sekretaris Aku appBab 13 Ancaman Indi pada Damian appBab 14 Ajakan Damian appBab 15 Terhalang oleh Pesanan Indi appBab 16 Memakan Waktu Hingga Tiga Jam Lamanya appBab 17 Perasaan yang tidak Bisa Dirasakan appBab 18 Meredam Emosi appBab 19 Pesan Masuk appBab 20 Alasan Damian Mencintai Indi appBab 21 Mengeluarkan Possesive-nya appBab 22 Ada Kamar Pribadi? appBab 23 Menuntaskan Hasrat appBab 24 Pertanyaan Indi appBab 25 Membandingkan Indi appBab 26 Kedatangan Adik Rachel appBab 27 Ada yang ingin Indi Bicarakan appBab 28 Mana Mungkin Sakit Hati appBab 29 Cek CCTV Rumah appBab 30 Maafkan Aku appBab 31 Masih Mencintai Rachel, kan? appBab 32 Bertemu dengan Arion appBab 33 Sabotase Mobil appBab 34 Dimulai dari Hal Kecil appBab 35 Makan Malam Romantis appBab 36 Indi jadi Parno appBab 37 Yakinkan Hati Indi appBab 38 Apakah Kamu Bahagia Denganku? appBab 39 Bertemu dengan Seseorang appBab 40 Lihat saja! appBab 41 Gejolak Gairah tak Terkendali appBab 42 Are You Love Me? appBab 43 Nanti Malam Lanjut lagi appBab 44 Terkontaminasi film Dewasa appBab 45 Sifat Asli Dipta appBab 46 Don't Leave Me appBab 47 Program Hamil appBab 48 Menanam Benih di Rahim yang Sudah Siap Produksi appBab 49 Ada Masalah di Damian? appBab 50 Kehancuran Damian appBab 51 Izinkan Aku Melayanimu appBab 52 Pelayanan Sebelum Berangkat ke Malang appBab 53 Panggilan dari Nomor tak dikenal appBab 54 Akan Menemui Indi ke Rumahnya appBab 55 Bukan Pacarnya, tapi Suaminya appBab 56 Ketakutan Damian appBab 57 Kejutan untuk Indi appBab 58 I Miss You appBab 59 Anak Kecil Memanggil Indi appBab 60 Kebetulan yang Luar Biasa appBab 61 Belum Selesai Ganti Baju appBab 62 Keingintahuan Rangga appBab 63 Hukuman itu Terlalu Nikmat appBab 64 Tidak akan bisa Merubah Semuanya! appBab 65 Percakapan Damian dengan Rangga appBab 66 Tidak ada Toleransi appBab 67 Jadi Best Friend? appBab 68 Cibiran Sarkas Dipta appBab 69 Jangan beri tahu Zoya appBab 70 Tukang Spill Damian dari dulu appBab 71 Dua Kali dibuat Dongkol appBab 72 Bukan Mau Indi appBab 73 Foto Mesra Damian dengan Cindy appBab 74 Mengenakan Baju Seksi appBab 75 Baju Penggoda Iman appBab 76 Tubuhmu adalah Milikku appBab 77 Meja yang Hancur karena Ulah Damian dan Indi appBab 78 Rencana Manda dan Indi appBab 79 Antar ke Rumah Sakit appBab 80 Nomor Damian tidak Aktif appBab 81 Tawaran Dipta kepada Indi appBab 82 Wajah Pucat Damian appBab 83 Kekecewaan Indi appBab 84 Memberikan Ucapan Menohok kepada Damian appBab 85 Jangan Terlalu Mengharapkan Damian appBab 86 Keputusan yang Akhirnya Kita Ambil appBab 87 Lebik Baik Kita Pisah Saja! appBab 88 Masalah yang Sedang dihadapi Damian appBab 89 Ucapan Konyol Damian appBab 90 Harus Segera Dioperasi appBab 91 Jantung Wijaya Kambuh appBab 92 Indi Memarahi Dipta appBab 93 Mencari Saksi appBab 94 Cerita Masa Lalu Damian appBab 95 Hanya Bualan Dipta appBab 96 Memberi Tahu Kebenaran yang Sesungguhnya appBab 97 Bukti Cinta Damian appBab 98 Bukti Cinta Damian Versi Mamanya Indi appBab 99 Permintaan Maaf Ayu appBab 100 Terima Kasih appBab 101 Bukan Foto Telanjang appBab 102 Bukan hanya Satu Darah Beku saja, melainkan Banyak! appBab 103 Dua Orang Pelaku appBab 104 Di balik Kecelakaan Indi Tujuh Tahun yang lalu appBab 105 Damian sudah Tahu appBab 106 Cinta Pertama Damian appBab 107 Bertemu Rangga di Kantin Rumah Sakit appBab 108 Bukan Anak Kandungku appBab 109 Ayu dan Dipta Berseteru appBab 110 Surat dari Wijaya appBab 111 Naikin Kamu, yang Belum appBab 112 I Trust You! appBab 113 Seperti ada yang Janggal appBab 114 Tidak Berhasrat lagi appBab 115 Belum Damian Ketahui tentang Dipta appBab 116 Bercinta, Sayang! appBab 117 Pergulatan Mematikan appBab 118 I still Love You appBab 119 Benar-Benar tidak Tahu appBab 120 Tepat di Malam Ulang Tahun Indi appBab 121 Nomor Baru lagi appBab 122 Membalas Kebaikan Indi appBab 123 Tidak bisa Melepas Indi appBab 124 Jangan Sakit lagi appBab 125 Kejutan Selanjutnya untuk Indi appBab 126 Pergulatan Panas di Siang Hari appBab 127 Masih Berlanjut appBab 128 Indi Kelihatan Sensitif? appBab 129 Ketidakpercayaan Ayu appBab 130 Don't Worry appBab 131 Rahasia Damian Terbongkar appBab 132 Asset yang dimaksud Daniel appBab 133 Menua Bersama appBab 134 Seharusnya Datang Bulan appBab 135 Kedekatan Albert dengan Indi appBab 136 Jangan pernah Bertemu dengan Rangga lagi! appBab 137 Kasih Sayangnya tidak ada Sama Sekali appBab 138 Bisakah Kita Bercinta di Malam ini? appBab 139 Perut Indi Sakit appBab 140 Damian yang Protektif appBab 141 Sering Makan di Sini dengan Rangga? appBab 142 Kecemasan Indi appBab 143 Di Mana-Mana ada Rangga appBab 144 Jebakan untuk Indi appBab 145 Jangan Melukai Diri Sendiri Demi Indi appBab 146 Kabar Bahagia untuk Damian appBab 147 Pernah Hamil Tujuh Tahun yang lalu appBab 148 Elo Boleh Bunuh Gue! appBab 149 Janin Indi Lemah appBab 150 Pelaku Penyebar Berita sudah ditemukan appBab 151 Hukuman untuk si Pelaku appBab 152 Rasa Rindu itu Tetap ada appBab 153 Jangan Sampai Daniel Tahu appBab 154 Obatnya hanya Indi appBab 155 Hasil Lab yang Tertukar appBab 156 Pukulan Keras oleh Rangga appBab 157 Bertemu dengan Daniel appBab 158 Sudah Kembali Normal appBab 159 Akan Pindah Rumah appBab 160 Permintaan Indi appBab 161 Keputusan yang Cukup Besar appBab 162 Kita Harus Bicara appBab 163 Akan Mengawasi Indi appBab 164 Kenapa Ngobrol sama Dokter Spesialis Kanker? appBab 165 Bagi Saham appBab 166 Nggak Berani Makan itu appBab 167 Janji! appBab 168 Mencoba Menggoda Damian appBab 169 Akan Menerimanya appBab 170 Daniel tidak Punya Hati appBab 171 Tanggung Jawab Arnold appBab 172 Story of Kiran appBab 173 Bukan Sepenuhnya Salah Damian appBab 174 Masih Aman appBab 175 Mimpi Lo Harus Berakhir appBab 176 Butuh Air Softgun appBab 177 Aku Pasti akan Selamat appBab 178 Diikuti dari Belakang appBab 179 Menjadi Saksi Matinya Daniel appBab 180 Belum Tahu bila Dipta sudah Mati appBab 181 Daniel Masih Hidup? appBab 182 Juga Anak Haram appBab 183 Keluar dari Perusahaan itu appBab 184 Tinggal di Rumah Damian saja appBab 185 Sudah Lama tidak Ditengok appBab 186 Panggilan dari Kantor Polisi appBab 187 Dikubur Secara Bersamaan appBab 188 Tamat app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta