Bab 4 Oleh-oleh Terindah

Indi terdiam seraya menatap Damian dengan tatapan datarnya. “Bukan karena Rangga. Nggak usah bahas dia lagi kalau elo emang mau gue nurut sama elo!” Dengan sengaja, Damian kemudian melingkarkan tangan kekarnya di pinggang ramping perempuan itu. Hingga membuat Indi ingin sekali menghajarnya detik itu juga. “Istirahatlah, sudah malam. Besok pagi, aku punya kejutan untukmu,” ucapnya kemudian mencium pipi kiri sang istri dan melangkahkan kakinya dengan santai ke tempat tidur. Indi menghela napasnya dengan pelan lalu menghampiri Damian yang tengah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. “Mau ke mana dan jam berapa?” tanya Indi ingin tahu. “Rahasia!” ucapnya dengan lembut. “Have a nice dream, Hone!” ucapnya kemudian mengulas senyumnya. Indi kemudian menyunggingkan bibirnya seraya menatap Damian. “Kayaknya elo seneng banget, nikah sama gue? Aneh, lo!” ucapnya kemudian memutar bola mata. Damian hanya menyunggingkan senyum dengan mata sudah tertutup. Tidak peduli dengan ucapan sang istri yang terus menerus berucap kalau dirinya aneh. Memang seperti itu nyatanya, sebab dia memang sudah mengagumi Indi sejak masih kuliah dulu. Waktu sudah menunjuk angka sepuluh pagi. Pradipta dan Wijaya sudah ada di rumah baru Indi dan Damian. Sementara pasangan pengantin itu masih terlelap dalam tidurnya. Dalam keadaan saling berpelukan dengan tubuh yang belum terbungkus apa pun, membuat keduanya sama-sama nyaman akan kehangatan yang mereka rasakan. Mata Indi kemudian terbuka dengan pelan. Ia masih menatap wajah tampan sang suami kemudian …. “Aaaa …!” teriaknya lalu melepaskan pelukan itu. “Eh, Damian! Ngapain elo peluk-peluk gue? Nyari kesempatan dalam kesempita lo, yaa?” ucapnya kemudian bangun dari tidurnya. Damian lantas menaikkan alis kirinya. “Kenapa kaget kayak gitu? Kejadian ini pernah terjadi di satu bulan yang lalu. Kalau itu sih wajar. Kalau sekarang, kenapa harus teriak-teriak macam tidur dengan orang lain? Aneh!” Damian menghela napasnya dengan pelan kemudian beranjak dari tempat tidur . Melangkahkan kakinya ke kamar mandi. “Mau ke mana? Gue dulu!” ucap Indi kemudian masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah lebarnya. Tidak ingin kehilangan kesempatan, lelaki itu masuk ke dalam mengikuti langkah sang istri. Berdiri di samping perempuan itu dan mengulas senyumnya. “Apaan lo, cengengesan kayak gitu? Nggak lucu, Damian!” Indi menatap malas kepada Damian. Pria itu kemudian menarik lengan Indi dan meraup bibi perempuan itu dengan ganas. Tidak bisa memberontak sebab Damian mengunci penuh tubuh perempuan itu. “Mau ngapain lagi, Damian?” pekik Indi setelah Damian melepas ciumannya. Damian tersenyum menyeringai. “Kapan pun dan di mana pun. You remember? Make love in morning day. Sudah pernah bercinta di kamar mandi dengan gairah yang menggebu?” Tangan itu merambat, menyusuri kulit sintal milik sang istri dengan sentuhan sensualnya. “Damian … stop!” lirih Indi yang sudah berhasil terpancing oleh sentuhan yang dilakukan oleh Damian. Dia yang memiliki kelebihan hormon itu lantas tak kuasa menahan sentuhan yang berhasil membuatnya gila. Damian kembali menarik kepala Indi dan meraup bibir seksi itu dengan penuh. Kepalanya memiring agar ada udara masuk saat saling berciuman berlangsung. Tangan Damian kembali merambat ke bawah. Masuk tepat di bawah sana dan bermain dengan riang. Spontan perempuan itu melebarkan kakinya seraya menikmati sentuhan yang dilakukan oleh suaminya itu. “Arrggh!” pekik Indi tak kuasa menahan sentuhan itu. Mata yang sudah dipenuhi oleh gairah itu menatap dengan sempurna wajah tampan milik sang suami. Napasnya tersengal-sengal seraya menahan desahan yang akan membuatnya dicap munafik sebab selalu menolak ajakan Damian, namun sangat menikmatinya. “Are you ready?” bisik Damian dengan suara paraunya. Tanpa menunggu jawaban dari sang istri, lelaki itu membalikkan tubuh Indi dan mulai melajukan temponya dengan amat dalam. “Aarrggh … Damian!” pekik Indi mendesah tak karuan. “Enjoy, Honey!” bisik lelaki itu kemudian menarik wajah Indi dan menciumi wajah itu penuh nafsu. Tidak akan pernah ia tinggalkan satu centi pun dalam menggerayangi tubuh sintal itu. Mata berwarna kecokelatan itu menatap manis wajah Indi yang sudah berantakan olehnya. Permainan panas yang menggebu-gebu, saling menikmati hingga tidak peduli sudah berapa lama mereka bercinta. “Bini elo milih mati bisa jadi karena nggak tahan sama permainan elo, Damian!” seru Indi setelah menyelesaikan pelepasan itu bersamaan dengan Damian. Pria itu terkekeh pelan. “Sudah takdirnya dia pergi untuk selamanya. Aku tidak pernah melakukan di luar kemampuan dia. Bercinta pun jarang. Maka dari itu, menikah denganmu adalah anugerah yang pernah aku miliki.” Indi mengibaskan tangannya. “Bulshit! Mana ada anugerah nikah sama cewek yang udah kenal dengan berbagai bentuk batang pria! Nggak usah aneh-aneh deh, Damian!” Waktu sudah menunjuk angka sebelas siang. Indi dan Damian keluar dari kamarnya secara bersamaan setelah melihat pesan masuk dari Pradipta di ponsel Damian. “Pengantin baru memang beda, yaa. Jam segini baru bangun,” ucap Pradipta usil. Indi menerbitkan cengiran kepada sang mertua. “Maaf, Pa. Damian nih, yang nggak mau bangun! Padahal udah aku bangunin berkali-kali,” ucapnya menyalahkan Damian. Pria itu hanya menyunggingkan senyum. Masa bodoh dengan ucapan istrinya itu meskipun ingin sekali ia menjambak rambutnya sebab sudah menyalahkan dia. “Oh, yaa? Damian tidak pernah bangun siang padahal. Mungkin karena rindu tidur bareng perempuan. Makanya kesiangan,” ucap Pradipta yang lebih tahu anaknya. Indi lantas menelan saliva dengan berat. Ia kemudian melirik Damian lalu menyunggingkan bibir sedikit. “Papa, Papa sekalian ada apa ke sini? Kompak banget.” Wijaya menghela napasnya dengan pelan. “Karena kalian mau pergi bulan madu hari ini, mak—“ “Heuuh? Bulan madu? Kapan?” Indi tampak terkejut mendengar Wijaya yang membahas tentang bulan madu. “Damian. Kok nggak kasih tahu kalau mau bulan madu? Ke mana?” tanyanya kepada sang suami. “Aku sudah bilang kan, ke kamu. Semalam. Lupa?” ucap Damian kemudian mengusap sisian wajah Indi. Perempuan itu menepisnya. “Ke mana?” tanyanya lagi. Ia benar-benar ingin tahu ke mana mereka akan pergi. “Kenapa dadakan gini sih? Gue belum mau, Damian!” bisik Indi memarahi Damian. “Ya sudah kalau begitu. Kami pulang lagi. Have fun, yaa. Jangan lupa saat tiba kembali ke Indonesia, bawa kabar baik.” Pradipta memberi kode agar Indi dan Damian bisa memberi kabar yang akan membuat Pradipta juga Wijaya senang. Indi menaikkan alisnya. “Apaan tuh?” tanya Indi yang tak paham dengan ucapan sang mertua. “Yaa cucu lah. Apa lagi kalau bukan itu. Oleh-oleh? Kami tidak memerlukanya. Betul begitu, Bung?” Wijaya mengangguk sembari mengulas senyumnya. “Ya. Karena itu adalah oleh-oleh terindah yang Papa harapkan.”
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Bertemu Kembali Bab 2 Menagih Malam Pertama Bab 3 Masih Mencintai Rangga? Bab 4 Oleh-oleh Terindah Bab 5 Diam, atau Aku Hajar Sekarang juga! Bab 6 Bakal Minta Jatah lagi Bab 7 Setengah Jam saja! Bab 8 Make Love in Morning Day Bab 9 Janji Damian pada Indi Bab 10 Ingin Membuat Kesepakatan appBab 11 Lebih Baik Menunda Kehamilan appBab 12 Mantan Sekretaris Aku appBab 13 Ancaman Indi pada Damian appBab 14 Ajakan Damian appBab 15 Terhalang oleh Pesanan Indi appBab 16 Memakan Waktu Hingga Tiga Jam Lamanya appBab 17 Perasaan yang tidak Bisa Dirasakan appBab 18 Meredam Emosi appBab 19 Pesan Masuk appBab 20 Alasan Damian Mencintai Indi appBab 21 Mengeluarkan Possesive-nya appBab 22 Ada Kamar Pribadi? appBab 23 Menuntaskan Hasrat appBab 24 Pertanyaan Indi appBab 25 Membandingkan Indi appBab 26 Kedatangan Adik Rachel appBab 27 Ada yang ingin Indi Bicarakan appBab 28 Mana Mungkin Sakit Hati appBab 29 Cek CCTV Rumah appBab 30 Maafkan Aku appBab 31 Masih Mencintai Rachel, kan? appBab 32 Bertemu dengan Arion appBab 33 Sabotase Mobil appBab 34 Dimulai dari Hal Kecil appBab 35 Makan Malam Romantis appBab 36 Indi jadi Parno appBab 37 Yakinkan Hati Indi appBab 38 Apakah Kamu Bahagia Denganku? appBab 39 Bertemu dengan Seseorang appBab 40 Lihat saja! appBab 41 Gejolak Gairah tak Terkendali appBab 42 Are You Love Me? appBab 43 Nanti Malam Lanjut lagi appBab 44 Terkontaminasi film Dewasa appBab 45 Sifat Asli Dipta appBab 46 Don't Leave Me appBab 47 Program Hamil appBab 48 Menanam Benih di Rahim yang Sudah Siap Produksi appBab 49 Ada Masalah di Damian? appBab 50 Kehancuran Damian appBab 51 Izinkan Aku Melayanimu appBab 52 Pelayanan Sebelum Berangkat ke Malang appBab 53 Panggilan dari Nomor tak dikenal appBab 54 Akan Menemui Indi ke Rumahnya appBab 55 Bukan Pacarnya, tapi Suaminya appBab 56 Ketakutan Damian appBab 57 Kejutan untuk Indi appBab 58 I Miss You appBab 59 Anak Kecil Memanggil Indi appBab 60 Kebetulan yang Luar Biasa appBab 61 Belum Selesai Ganti Baju appBab 62 Keingintahuan Rangga appBab 63 Hukuman itu Terlalu Nikmat appBab 64 Tidak akan bisa Merubah Semuanya! appBab 65 Percakapan Damian dengan Rangga appBab 66 Tidak ada Toleransi appBab 67 Jadi Best Friend? appBab 68 Cibiran Sarkas Dipta appBab 69 Jangan beri tahu Zoya appBab 70 Tukang Spill Damian dari dulu appBab 71 Dua Kali dibuat Dongkol appBab 72 Bukan Mau Indi appBab 73 Foto Mesra Damian dengan Cindy appBab 74 Mengenakan Baju Seksi appBab 75 Baju Penggoda Iman appBab 76 Tubuhmu adalah Milikku appBab 77 Meja yang Hancur karena Ulah Damian dan Indi appBab 78 Rencana Manda dan Indi appBab 79 Antar ke Rumah Sakit appBab 80 Nomor Damian tidak Aktif appBab 81 Tawaran Dipta kepada Indi appBab 82 Wajah Pucat Damian appBab 83 Kekecewaan Indi appBab 84 Memberikan Ucapan Menohok kepada Damian appBab 85 Jangan Terlalu Mengharapkan Damian appBab 86 Keputusan yang Akhirnya Kita Ambil appBab 87 Lebik Baik Kita Pisah Saja! appBab 88 Masalah yang Sedang dihadapi Damian appBab 89 Ucapan Konyol Damian appBab 90 Harus Segera Dioperasi appBab 91 Jantung Wijaya Kambuh appBab 92 Indi Memarahi Dipta appBab 93 Mencari Saksi appBab 94 Cerita Masa Lalu Damian appBab 95 Hanya Bualan Dipta appBab 96 Memberi Tahu Kebenaran yang Sesungguhnya appBab 97 Bukti Cinta Damian appBab 98 Bukti Cinta Damian Versi Mamanya Indi appBab 99 Permintaan Maaf Ayu appBab 100 Terima Kasih appBab 101 Bukan Foto Telanjang appBab 102 Bukan hanya Satu Darah Beku saja, melainkan Banyak! appBab 103 Dua Orang Pelaku appBab 104 Di balik Kecelakaan Indi Tujuh Tahun yang lalu appBab 105 Damian sudah Tahu appBab 106 Cinta Pertama Damian appBab 107 Bertemu Rangga di Kantin Rumah Sakit appBab 108 Bukan Anak Kandungku appBab 109 Ayu dan Dipta Berseteru appBab 110 Surat dari Wijaya appBab 111 Naikin Kamu, yang Belum appBab 112 I Trust You! appBab 113 Seperti ada yang Janggal appBab 114 Tidak Berhasrat lagi appBab 115 Belum Damian Ketahui tentang Dipta appBab 116 Bercinta, Sayang! appBab 117 Pergulatan Mematikan appBab 118 I still Love You appBab 119 Benar-Benar tidak Tahu appBab 120 Tepat di Malam Ulang Tahun Indi appBab 121 Nomor Baru lagi appBab 122 Membalas Kebaikan Indi appBab 123 Tidak bisa Melepas Indi appBab 124 Jangan Sakit lagi appBab 125 Kejutan Selanjutnya untuk Indi appBab 126 Pergulatan Panas di Siang Hari appBab 127 Masih Berlanjut appBab 128 Indi Kelihatan Sensitif? appBab 129 Ketidakpercayaan Ayu appBab 130 Don't Worry appBab 131 Rahasia Damian Terbongkar appBab 132 Asset yang dimaksud Daniel appBab 133 Menua Bersama appBab 134 Seharusnya Datang Bulan appBab 135 Kedekatan Albert dengan Indi appBab 136 Jangan pernah Bertemu dengan Rangga lagi! appBab 137 Kasih Sayangnya tidak ada Sama Sekali appBab 138 Bisakah Kita Bercinta di Malam ini? appBab 139 Perut Indi Sakit appBab 140 Damian yang Protektif appBab 141 Sering Makan di Sini dengan Rangga? appBab 142 Kecemasan Indi appBab 143 Di Mana-Mana ada Rangga appBab 144 Jebakan untuk Indi appBab 145 Jangan Melukai Diri Sendiri Demi Indi appBab 146 Kabar Bahagia untuk Damian appBab 147 Pernah Hamil Tujuh Tahun yang lalu appBab 148 Elo Boleh Bunuh Gue! appBab 149 Janin Indi Lemah appBab 150 Pelaku Penyebar Berita sudah ditemukan appBab 151 Hukuman untuk si Pelaku appBab 152 Rasa Rindu itu Tetap ada appBab 153 Jangan Sampai Daniel Tahu appBab 154 Obatnya hanya Indi appBab 155 Hasil Lab yang Tertukar appBab 156 Pukulan Keras oleh Rangga appBab 157 Bertemu dengan Daniel appBab 158 Sudah Kembali Normal appBab 159 Akan Pindah Rumah appBab 160 Permintaan Indi appBab 161 Keputusan yang Cukup Besar appBab 162 Kita Harus Bicara appBab 163 Akan Mengawasi Indi appBab 164 Kenapa Ngobrol sama Dokter Spesialis Kanker? appBab 165 Bagi Saham appBab 166 Nggak Berani Makan itu appBab 167 Janji! appBab 168 Mencoba Menggoda Damian appBab 169 Akan Menerimanya appBab 170 Daniel tidak Punya Hati appBab 171 Tanggung Jawab Arnold appBab 172 Story of Kiran appBab 173 Bukan Sepenuhnya Salah Damian appBab 174 Masih Aman appBab 175 Mimpi Lo Harus Berakhir appBab 176 Butuh Air Softgun appBab 177 Aku Pasti akan Selamat appBab 178 Diikuti dari Belakang appBab 179 Menjadi Saksi Matinya Daniel appBab 180 Belum Tahu bila Dipta sudah Mati appBab 181 Daniel Masih Hidup? appBab 182 Juga Anak Haram appBab 183 Keluar dari Perusahaan itu appBab 184 Tinggal di Rumah Damian saja appBab 185 Sudah Lama tidak Ditengok appBab 186 Panggilan dari Kantor Polisi appBab 187 Dikubur Secara Bersamaan appBab 188 Tamat app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta