Bab 2 Menagih Malam Pertama

“Kenapa harus ketemua sama dia lagi?! Astaga, dunia sempit banget,” gerutu Indi dengan pelan agar Wijaya ataupun orang yang ada di sana tidak mendengarnya. “Indi. Ini, Damian. Katanya kalian sudah saling kenal,” kata Pradipta kepada Indi. Perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Ng—nggak, Om. Aku nggak kenal sama dia.” Indi meringis pelan seraya melirik Damian. “Walaah. Kata Damian, kalian satu kampus dulu?” Indi terdiam dan hanya memberikan cengiran kepada calon mertuanya itu. Sementara Damian hanya menyunggingkan senyum. Tidak ingin membahas dengan detail, bila mereka memang sudah saling kenal bahkan satu kampus di dua tahun yang lalu. “Jadi begini, Indi. Damian ini, anak bungsu saya. Saya dan papa kamu sudah merencanakan perjodohan ini enam bulan yang lalu setelah Damian ditinggal pergi oleh istrinya.” “Heeuhh?” Indi menoleh ke arah Satya. “Duda?” tanyanya kemudian. “Sial! Gue … nikah sama duda?” Indi meringis lemas. “Di mana, istri elo? Kenapa harus nikah sama gue? Kenapa nggak coba balik lagi sama istri elo?” Indi bertanya dengan nada sinisnya. “Indi.” Wijaya berucap dengan pelan. “Istri Damian sudah meninggal dunia karena kecelakaan satu tahun yang lalu.” Indi mengatup bibirnya setelah mendengar penjelasan sang papa. “Ooh!” ucapnya pelan. “Kalian bisa saling mengenal satu sama lain setelah menikah nanti. Kalau bisa, bulan depan langsung menikah saja,” ucap Pradipta yang sepertinya sudah tidak sabar ingin menikahkan anaknya dengan Indi. Perempuan itu kemudian menolehkan kepalanya pada Pradipta. “What? Bulan depan? Cepet amat!” ucapnya terkejut. “Kita bisa siapkan dari sekarang, Indi. Usia kamu juga sudah cukup matang. Apa lagi yang kamu cari, Indi? Sudahlah, berhenti foya-foya, pergi ke bar, mabuk dan lainnya. Sudah waktunya kamu membina rumah tangga. Papa sudah tua, Papa hanya ingin melihat kamu menikah. Sudah … itu saja.” Wijaya berucap dengan sangat pelan. Memelas, supaya Indi mau menerima perjodohan itu. Benar-benar jodoh yang dipilihkan oleh sang papa untuknya. Tidak pernah ia sangka, rupanya Wijaya berhasil menjodohkannya dengan pria pilihan lelaki itu. ** Satu bulan berlalu …. Pernikahan itu benar-benar terjadi. Keduanya telah mengikat janji suci setelah Indi ‘terpaksa’ menerima perjodohan itu. Bukan karena dia ingin apalagi ingat umur, hanya karena tidak enak hati kepada sang papa yang memohon-mohon agar mau menerima perjodohan itu. Di malam itu pula, Indi pindah ke rumah yang sudah disediakan oleh Pradipta sebagai hadiah pernikahan dan juga ucapan terima kasih kepada perempuan itu karena mau menikah dengan Damian—anak bungsu harapan satu-satunya Pradipta yang akhirnya senang melihat Damian mau menikah lagi setelah melepas kepergian Rachel. “Sialan! Ini mimpi buruk bukan sih? Gue, nikah sama dugong satu itu? Astaga! Kenal dari mana sih, papa gue sama keluarganya Damian. Aah! Bikin hidup gue nggak tenang kalau begini ceritanya,” gerutu Indi yang masih belum menerima takdirnya harus berjodoh dengan Damian. “Mana kejadian di malam itu bikin gue shock juga.” Indi mengeluh lesu. Sungguh, nasib seperti ini benar-benar membuatnya tak karuan dan malu sendiri menghadapinya. Tak lama kemudian, Damian masuk ke dalam kamar itu lalu mengulas senyum kepada sang istri yang tengah berdiri di tepi tempat tidur. “Ma—mau ngapain lo, ke sini?” tanya Indi gugup. Selama satu bulan lamanya Indi berpikir dengan keras dan masih belum bisa menerima kenyataan bila dirinya akan menjadi istri Damian Kusuma—seorang duda ditinggal pergi selamanya oleh istrinya itu. Keadaan seperti ini membuatnya canggung bahkan tidak mau menartap Damian sekali pun. Ia benar-benar seperti terjebak dalam situasi yang amat rumit ini. “Damian … lebih baik elo tidur. Gu—gue nggak … gue belum siap,” ucap Indi memohon kepada Damian agar jangan menyentuhnya di malam itu. Damian mengenyitkan dahi. “Kenapa? Kalau alasannya karena datang bulan, aku akan memaklumi. Tapi, kalau alasannya karena capek, itu bukan alasan. Aku juga sama capek! So, kamu mau pakai alasan yang mana?” tanyanya ingin tahu. ‘Gue nggak mau Damian tahu kalau gue punya kelainan juga. Hormon gue akan naik drastis kalau disentuh Damian. Ini nggak boleh terjadi. Dia nggak boleh tahu kalau gue lihai dalam segalanya,’ ucapnya dalam hati. Bahkan, ia tidak mampu menatap tubuh kekar Damian yang sengaja tidak mengenakan apa pun, bertelanjang dada dan itu membuat Indi risi dibuatnya. “Dulu, kamu terkenal binal dan tidur dengan berbagai pria adalah salah satu hobi kamu. Lantas, kenapa tidur denganku malah tidak mau?” tanya Damian meminta penjelasan kepada Indi yang terus menolaknya. Indi menelan salivanya dengan pelan. “Tahu dari mana? Hoax itu, Damian. Mana ada! Nggak … gue nggak pernah tidur dengan berbagai pria!” ucapnya menyangkal ucapan Damian. Pria itu tersenyum miring. “Lantas, kenapa sudah longgar saat kita bercinta satu bulan yang lalu? Siapa yang sudah merenggut kesucian kamu?” tanya Damian mendesak Indi agar jujur saja kepadanya. Indi menarik napasnya dalam-dalam kemudian mengeluarkannya lagi. ‘Makin malu deh gue! Kenapa juga gue oon, dia kan udah tahu dan udah ngerasain. Ketahuan bohong kan, gue.’ Indi menggerutu dalam hati. Sungguh, perempuan itu tengah dibuat malu oleh suaminya sendiri. Seraya mengembuskan napas panjang, Indi menatap Damian dengan tatapan dalamnya. “Oke! Tapi, kalau elo kalah sebelum perang, jangan pernah minta itu lagi ke gue!” tantangnya kemudian. “Apa yang kamu katakan, Indi? Bukankan kamu sudah pernah merasakan keperkasaanku?” “Saat itu gue lagi mabuk, Damian. Mana tahu rasanya kayak gimana. Nggak usah aneh-aneh deh, lo!” ucapnya menyangkal dan memang kenyataanya Indi hanya merasakan tubuhnya remuk seperti baru kerja rodi tujuh hari tujuh malam saat bangun dari tidurnya kala itu. Damian terkekeh pelan. “Baiklah. Kita mulai saja sekarang. Agar kamu tahu, bagaimana permainanku yang akan membuatmu lemah tak berdaya.” Indi mengendikan bahunya. “Silakan! Gue nggak takut tuh!” ucapnya menantang dengan mata menatap wajah Damian yang terlihat begitu tenang akan tetapi menyimpan banyak kekesalan kepada istrinya itu. “Shit!” Damian lantas meraup bibir perempuan itu dengan penuh. Ingin memperlihatkan kalau dirinya bisa menjadi suami yang mampu memberikan hasrat yang ada di dalam diri perempuan itu. “Ready to our first night?” bisik Damian dengan suara halus nan menggoda.
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Bertemu Kembali Bab 2 Menagih Malam Pertama Bab 3 Masih Mencintai Rangga? Bab 4 Oleh-oleh Terindah Bab 5 Diam, atau Aku Hajar Sekarang juga! Bab 6 Bakal Minta Jatah lagi Bab 7 Setengah Jam saja! Bab 8 Make Love in Morning Day Bab 9 Janji Damian pada Indi Bab 10 Ingin Membuat Kesepakatan appBab 11 Lebih Baik Menunda Kehamilan appBab 12 Mantan Sekretaris Aku appBab 13 Ancaman Indi pada Damian appBab 14 Ajakan Damian appBab 15 Terhalang oleh Pesanan Indi appBab 16 Memakan Waktu Hingga Tiga Jam Lamanya appBab 17 Perasaan yang tidak Bisa Dirasakan appBab 18 Meredam Emosi appBab 19 Pesan Masuk appBab 20 Alasan Damian Mencintai Indi appBab 21 Mengeluarkan Possesive-nya appBab 22 Ada Kamar Pribadi? appBab 23 Menuntaskan Hasrat appBab 24 Pertanyaan Indi appBab 25 Membandingkan Indi appBab 26 Kedatangan Adik Rachel appBab 27 Ada yang ingin Indi Bicarakan appBab 28 Mana Mungkin Sakit Hati appBab 29 Cek CCTV Rumah appBab 30 Maafkan Aku appBab 31 Masih Mencintai Rachel, kan? appBab 32 Bertemu dengan Arion appBab 33 Sabotase Mobil appBab 34 Dimulai dari Hal Kecil appBab 35 Makan Malam Romantis appBab 36 Indi jadi Parno appBab 37 Yakinkan Hati Indi appBab 38 Apakah Kamu Bahagia Denganku? appBab 39 Bertemu dengan Seseorang appBab 40 Lihat saja! appBab 41 Gejolak Gairah tak Terkendali appBab 42 Are You Love Me? appBab 43 Nanti Malam Lanjut lagi appBab 44 Terkontaminasi film Dewasa appBab 45 Sifat Asli Dipta appBab 46 Don't Leave Me appBab 47 Program Hamil appBab 48 Menanam Benih di Rahim yang Sudah Siap Produksi appBab 49 Ada Masalah di Damian? appBab 50 Kehancuran Damian appBab 51 Izinkan Aku Melayanimu appBab 52 Pelayanan Sebelum Berangkat ke Malang appBab 53 Panggilan dari Nomor tak dikenal appBab 54 Akan Menemui Indi ke Rumahnya appBab 55 Bukan Pacarnya, tapi Suaminya appBab 56 Ketakutan Damian appBab 57 Kejutan untuk Indi appBab 58 I Miss You appBab 59 Anak Kecil Memanggil Indi appBab 60 Kebetulan yang Luar Biasa appBab 61 Belum Selesai Ganti Baju appBab 62 Keingintahuan Rangga appBab 63 Hukuman itu Terlalu Nikmat appBab 64 Tidak akan bisa Merubah Semuanya! appBab 65 Percakapan Damian dengan Rangga appBab 66 Tidak ada Toleransi appBab 67 Jadi Best Friend? appBab 68 Cibiran Sarkas Dipta appBab 69 Jangan beri tahu Zoya appBab 70 Tukang Spill Damian dari dulu appBab 71 Dua Kali dibuat Dongkol appBab 72 Bukan Mau Indi appBab 73 Foto Mesra Damian dengan Cindy appBab 74 Mengenakan Baju Seksi appBab 75 Baju Penggoda Iman appBab 76 Tubuhmu adalah Milikku appBab 77 Meja yang Hancur karena Ulah Damian dan Indi appBab 78 Rencana Manda dan Indi appBab 79 Antar ke Rumah Sakit appBab 80 Nomor Damian tidak Aktif appBab 81 Tawaran Dipta kepada Indi appBab 82 Wajah Pucat Damian appBab 83 Kekecewaan Indi appBab 84 Memberikan Ucapan Menohok kepada Damian appBab 85 Jangan Terlalu Mengharapkan Damian appBab 86 Keputusan yang Akhirnya Kita Ambil appBab 87 Lebik Baik Kita Pisah Saja! appBab 88 Masalah yang Sedang dihadapi Damian appBab 89 Ucapan Konyol Damian appBab 90 Harus Segera Dioperasi appBab 91 Jantung Wijaya Kambuh appBab 92 Indi Memarahi Dipta appBab 93 Mencari Saksi appBab 94 Cerita Masa Lalu Damian appBab 95 Hanya Bualan Dipta appBab 96 Memberi Tahu Kebenaran yang Sesungguhnya appBab 97 Bukti Cinta Damian appBab 98 Bukti Cinta Damian Versi Mamanya Indi appBab 99 Permintaan Maaf Ayu appBab 100 Terima Kasih appBab 101 Bukan Foto Telanjang appBab 102 Bukan hanya Satu Darah Beku saja, melainkan Banyak! appBab 103 Dua Orang Pelaku appBab 104 Di balik Kecelakaan Indi Tujuh Tahun yang lalu appBab 105 Damian sudah Tahu appBab 106 Cinta Pertama Damian appBab 107 Bertemu Rangga di Kantin Rumah Sakit appBab 108 Bukan Anak Kandungku appBab 109 Ayu dan Dipta Berseteru appBab 110 Surat dari Wijaya appBab 111 Naikin Kamu, yang Belum appBab 112 I Trust You! appBab 113 Seperti ada yang Janggal appBab 114 Tidak Berhasrat lagi appBab 115 Belum Damian Ketahui tentang Dipta appBab 116 Bercinta, Sayang! appBab 117 Pergulatan Mematikan appBab 118 I still Love You appBab 119 Benar-Benar tidak Tahu appBab 120 Tepat di Malam Ulang Tahun Indi appBab 121 Nomor Baru lagi appBab 122 Membalas Kebaikan Indi appBab 123 Tidak bisa Melepas Indi appBab 124 Jangan Sakit lagi appBab 125 Kejutan Selanjutnya untuk Indi appBab 126 Pergulatan Panas di Siang Hari appBab 127 Masih Berlanjut appBab 128 Indi Kelihatan Sensitif? appBab 129 Ketidakpercayaan Ayu appBab 130 Don't Worry appBab 131 Rahasia Damian Terbongkar appBab 132 Asset yang dimaksud Daniel appBab 133 Menua Bersama appBab 134 Seharusnya Datang Bulan appBab 135 Kedekatan Albert dengan Indi appBab 136 Jangan pernah Bertemu dengan Rangga lagi! appBab 137 Kasih Sayangnya tidak ada Sama Sekali appBab 138 Bisakah Kita Bercinta di Malam ini? appBab 139 Perut Indi Sakit appBab 140 Damian yang Protektif appBab 141 Sering Makan di Sini dengan Rangga? appBab 142 Kecemasan Indi appBab 143 Di Mana-Mana ada Rangga appBab 144 Jebakan untuk Indi appBab 145 Jangan Melukai Diri Sendiri Demi Indi appBab 146 Kabar Bahagia untuk Damian appBab 147 Pernah Hamil Tujuh Tahun yang lalu appBab 148 Elo Boleh Bunuh Gue! appBab 149 Janin Indi Lemah appBab 150 Pelaku Penyebar Berita sudah ditemukan appBab 151 Hukuman untuk si Pelaku appBab 152 Rasa Rindu itu Tetap ada appBab 153 Jangan Sampai Daniel Tahu appBab 154 Obatnya hanya Indi appBab 155 Hasil Lab yang Tertukar appBab 156 Pukulan Keras oleh Rangga appBab 157 Bertemu dengan Daniel appBab 158 Sudah Kembali Normal appBab 159 Akan Pindah Rumah appBab 160 Permintaan Indi appBab 161 Keputusan yang Cukup Besar appBab 162 Kita Harus Bicara appBab 163 Akan Mengawasi Indi appBab 164 Kenapa Ngobrol sama Dokter Spesialis Kanker? appBab 165 Bagi Saham appBab 166 Nggak Berani Makan itu appBab 167 Janji! appBab 168 Mencoba Menggoda Damian appBab 169 Akan Menerimanya appBab 170 Daniel tidak Punya Hati appBab 171 Tanggung Jawab Arnold appBab 172 Story of Kiran appBab 173 Bukan Sepenuhnya Salah Damian appBab 174 Masih Aman appBab 175 Mimpi Lo Harus Berakhir appBab 176 Butuh Air Softgun appBab 177 Aku Pasti akan Selamat appBab 178 Diikuti dari Belakang appBab 179 Menjadi Saksi Matinya Daniel appBab 180 Belum Tahu bila Dipta sudah Mati appBab 181 Daniel Masih Hidup? appBab 182 Juga Anak Haram appBab 183 Keluar dari Perusahaan itu appBab 184 Tinggal di Rumah Damian saja appBab 185 Sudah Lama tidak Ditengok appBab 186 Panggilan dari Kantor Polisi appBab 187 Dikubur Secara Bersamaan appBab 188 Tamat app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
FINLINKER TECHNOLOGY LIMITED
69 ABERDEEN AVENUE CAMBRIDGE ENGLAND CB2 8DL
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta