Bab 7 ANCAMAN

“Kenapa aku tidak menemui Papa mertuaku. Bukankah dia sangat menyayangiku! Aku akan membujuknya. Tentu dia sangat senang jika tahu kalau aku hamil! May bee?” pikir Lira di tengah hatinya yang sangat buruk. Lira segera memutar arah ke rumah mantan ayah mertuanya. Bunyi klakson bertalu-talu, membuat satpam pun mendongak di sana. “Ada apa?” ujar Joko dengan ketus. Lira sangat kesal dengan sikap Joko seakan dia tamu tak dikenal. “Heh Joko buka pintu jangan songong begitu lo! Lo cuma satpam di sini!” sembur Lira dengan kesal. “Maaf Tuan Angga sudah meningatkan saya untuk tidak membuka pintu jika ada yang datang bernama Lira.” Joko bersikap seakan tidak mengenali Lira. “Woi sialan lo bajingan. Buka nggak! Gue tabrak ni!” teriak Lira lagi sehingga dia adu mulut dengan Joko yang ngotot tidak mau buka. Keributan itu di dengar Muhar. Dengan pelan-pelan dia mendekati pintu. Joko segera berlari menuju Muhar yang duduk di atas kursi roda. “Siapa yang datang?” tanya Muhar dengan lembut. “Itu Tuan, Non Lira. Kata Tuan muda, saya nggak boleh buka pintu jika perempuan yang bernama Lira datang.” jelas Joko. Muhar paham dengan maksud putranya. Lira itu sangat berbahaya juga picik kelakuannya. Entah berapa kali Muhar menyesali telah memaksa Angga menikah dengan anak temannya itu. Angga sudah menceritakan semua. Bahkan sudah setahun menikah dia belum menyentuh Lira. Karena Angga jijik dengannya yang suka tidur dengan siapa saja di luar sana. “Buka saja! Biar saya yang menghadapi!” Muhar merasa bisa mengatasi hanya seorang Lira. “Baik Tuan.” Joko hendak pergi. Namun Joko menahan. “Kamu berdiri di pintu selama saya berbicara dengan Lira. Perhatikan kami, jangan sampai dia mencelakai saya!” perintah Muhar untuk mewanti-wanti. “Iya Tuan.” Joko segera membuka pintu, Lira tersenyum penuh kemenangan. Ada banyak rencana yang tersusun di dalam pikirannya. “Ayah!” Lira mendekati Muhar lalu mengecup punggung tangannya dengan santun. “Duduklah!” Muhar mempersilahkan Lira di sofa single di depannya. “Bagaimana kabar ayah?” tanya Lira basa-basi. “Baik. Lira bagaimana?” Muhar tersenyum lembut pada mantan menantunya itu. “Sangat baik.” Lira menarik napas pelan. “Ayah Lira ke sini membawa kabar gembira!” Muhar mengerutkan kening. Lira bersikap seolah dia masih menantunya. “Ayah Lira hamil! Ayah akan mendapatkan cucu setelah lama mendambakannya.” ucapnya dengan girang. Muhar tercenung. Dia jelas tahu kalau perempuan di depannya sedang berbohong. Kata Angga bahkan mereka sudah tidak tidur bersama hampir setahun. Dan juga rumor Lira sering selingkuh sana-sini juga sudah dibuktikan oleh Muhar melalui orang suruhannya. “Itu anak Angga?” tanya Muhar dengan penuh intimidasi. “Iya ayah. Lalu anak siapa lagi?” jelas Lira yang justru berbalik tanya. “Lira kalian kan sudah bercerai?” tanya Muhar lagi. “Ayah, Mas Angga menjatuhkan talak baru dua hari. Semalam, Lira baru tahu kalau lagi Hamil!” Lira sejenak menjeda. Karena Muhar menatapnya penuh intimidasi. “Ayah tahu kan kalau talak itu tidak sah kalau lagi hamil!” sambung Lira lagi. Muhar menghembus napas kasar. “Ayah pulangkan semua urusan rumah tangga kalian pada Angga dan kamu sendiri Lira. Ayah nggak bisa ikut campur!” jelas Muhar. “Gimana sih Ayah. Dulu ngotot banget ngejodohin kami. Sekarang ketika aku dibuang. Ayah justru main lepas diri! Nggak bisa gitu dong!” omel Lira dengan kesal. Muhar terdiam. Benar semua ini terjadi karena dia dan Yatma yang ngotot ingin besanan. “Aku nggak mau tahu. Ayah harus bujuk Mas Angga untuk rujuk dengan aku! Kalau nggak siapa yang tanggung jawab anak ini?” tekan Lira lagi. “Ayah tidak bisa memaksa lagi. Kalau Angga sudah mengambil keputusana!” tegas Muhar. “Tidak bisa. Aku tidak mau tahu. Papa dan Ayah sudah menjodohkan kami. Kalian seharusnya juga bisa buat kami tetap bersama. Bukan dibuang seperti ini! Lebih baik aku mati saja! Dari pada hamil tapi tak punya suami!” ancam Lira. “Lira berucap dong. Ingat Tuhan. Jangan ngomong macam-macam. Lagian kamu tahu ‘kan kenapa Angga sampai talak kamu?” Muhar menatap Lira dengan tegas. “Dia kemakan sama fitnah orang!” sahut Lira dengan cuek. “Tapi, semua itu benar bukan fitnah! Kamu bersekongkol dengan lawan bisnisnya! Wajar dong Angga marah besar!” sahut Muhar lagi. “Ooo Ayah juga sudah kemakan sama fitnah itu!” Lira menatap laki-laki tua itu dengan tatapan ganas “Lalu bagaimana dengan ini?” Muhar menunjukkan layar hapenya di sana ada video adegan mes*** Lira dengan Refans. Seketika Lira marah. Dia membangting hape Muhar ke lantai dengan ganas. Joko terkejut melihat reaksinya. “Kau tua bangka, hari ini harus mati aja sekalian!” Lira mencekik Muhar dengan kuat. Joko yang sedari tadi memperhatikan segera menarik Lira dengan kasar. Joko yang berbadan kekar dengan mudah menarik Lira hingga terpelanting ke lantai. “Dasar perempuan gila!” umpatan demi membuat suasana riuh. Para pelayan lain segera ke ruang tamu. Mereka terkejut melihat Lira yang terbanting ke lantai. “Heh kalian cepat bantu Tuan! Ngapain nonton di situ!” tegas Joko. Para pelayan menegakkan kursi Muhar kembali. Sedangkan Joko masih menampar Lira berkali-kali. Hingga sudut bibirnya berdarah. “Dasar perempuan gila!” umpat Joko lalu menyeretnya ke luar. “Jangan coba-coba menampakkan diri ke sini! Atau aku bawa ke kantor polisi aja!” “Eh jangan macam-macam kamu! Dasar satpam sialan! Kamu nggak tahu siapa aku! Kamu yang bisa aku jeblos ke penjara!” teriak Lira seperti orang kesetanan. Joko segera menyeret perempuan itu dari teras. Dia tidak peduli umpatan perempuan itu. “Heh Joko lepasin gue!” teriak Lira lagi. Tapi percuma Joko bagai tuli dia menyeret Lira ke mobilnya. “Sepuluh detik lagi masih di sini! Gue laporkan ke polisi kalau ada percobaan pembunuhan di sini!” ancam Lira. Lira pun akhirnya menyerah dengan kesal pergi dari sana. Minah menghubungi Angga menceritakan kejadian. Angga bergegas untuk kembali ke Bandung. “TOLONG INGATKAN PADA PUTRI ANDA JANGAN COBA-COBA MENYAKITI AYAHKU. BISA-BISA AKU MEMBUAT KALIAN MENJADI GELANDANGAN!” tulis Angga pesan untuk Yatma. “LIRA BARU SAJA KE RUMAH AYAHKU DAN MENCEKIKNYA!” tambah Angga lagi. “Ya Tuhan. Kenapa dengan anakku?” teriak Yatma. “Kenapa sih Pa?” Maria menghampiri sang suami. “Lira ke rumah Muhar dan mencekiknya!” jelas Yatma. “Astaga Lira?” Maria menutup mulutnya. “Kita bisa dibuat menjadi gelandangan oleh Angga oleh ulah anakmu itu!” tegas Yatma frustasi. “Punya anak satu kok brutal banget seperti ini!” “Aku akan mengusirnya dari sini!” Maria meremas tangannya. “Dasar anak tak tahu diuntung!” “Aku lebih baik tak punya anak kalau nyusahin seperti ini!” tegas Yatma lagi menatap istrinya,
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UREAD GLOBAL PTE. LTD.
101 Upper Cross Street #05-40A People's Park Centre Singapore 058357
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta