Bab 12 Teman Lama
Dia melihat sekeliling, dan merasa sangat asing.
Lagi-lagi dia lupa jalan pulang.
Dia mengeluarkan ponsel, ingin menggunakan navigasi untuk pulang, tapi dia butuh waktu lama baru bisa mengingat nama tempat tinggalnya.
Calvin terus mengikutinya, melihat Ariel tetap berdiri di tempat itu setelah Joseph pergi, dia pun merasa khawatir.
“Ariel.”
Ariel refleks mengira Joseph yang kembali.
Tampak kilatan harapan dalam matanya, tapi dalam sekejap, digantikan oleh kekecewaan.
Calvin berjalan ke arahnya, "Benar-benar tidak ingat aku?"
Ariel menatapnya, tidak bisa mengingat siapa dia.
"Gembul, apa kamu lupa?" Calvin mengingatkannya.
Barulah Ariel ingat, ketika dia tinggal bersama Bibi Yuni di pedesaan, dia punya teman baik semasa kecil, yaitu si Gembul.
Saat itu, Calvin sangat gemuk, juga lebih pendek darinya, tapi sekarang sudah menjadi pria dengan tinggi 1,9 meter dengan fitur wajah yang tampan.
"Oh, aku ingat, kamu sudah berubah, aku sampai tidak mengenalimu."
Bertemu teman lama di kota yang asing juga bisa dianggap sebagai kebahagiaan besar.
Tampak senyum samar yang dipaksakan di wajah Ariel, ini membuat hati Calvin makin sedih.
"Ayo, aku antar pulang."
Saat mengantar Ariel pulang, dia baru menyadari bahwa ternyata Ariel tinggal di hotel yang sudah tua.
Keluarga Lincoln adalah keluarga kaya, meski bercerai, juga tidak seharusnya membiarkannya seperti ini.
Ariel agak canggung, "Maaf, kamu jadi lihat hal yang memalukan."
"Tolong jangan beri tahu Bibi Yuni kalau aku tinggal di sini, aku takut ia akan khawatir."
Calvin mengangguk, tidak tahu harus mengatakan apa untuk menghiburnya.
Sudah terlalu malam.
Dia tidak bisa terus berada di sini.
Setelah mengatakan kalau ia besok akan datang mengunjungi Ariel, dia pun pergi.
Saat keluar dari hotel, Calvin tidak menyadari ada sebuah Cadillac hitam mengkilap yang terparkir di tempat gelap di bawah hotel itu.
Bagi Ariel, sebenarnya dia tinggal di mana pun tidak masalah.
Setelah Calvin pergi.
Karena minum bir, perut Ariel terasa sangat tidak nyaman, kepalanya juga sangat pusing.
Kata-kata Joseph terus terngiang di benaknya.
"Terlihat seperti hantu!"
"Dengan penampilan seperti ini, mana ada pria yang akan menyukaimu?"
Dia berusaha sekuat tenaga membersihkan riasan di wajahnya dan lipstik di bibirnya, wajah pucatnya menjadi agak merah.
Setelah tahu kalau dirinya menderita depresi.
Dia pernah mencari informasi umum terkait penyakit ini.
Depresi dapat merusak otak seseorang, tidak hanya menyebabkan penurunan daya ingat, tapi juga menyebabkan gangguan fungsi kognitif, akan membuat seseorang terus-menerus memikirkan hal-hal yang bisa mengakhiri hidupnya sendiri, dan memperbesar hal-hal yang menyedihkan ....
‘Tok! Tok!’
Terdengar suara ketukan keras dari pintu.
Ariel mengira Calvin kembali lagi, dia pun pergi membuka pintu.
Begitu pintu terbuka, tangan Ariel segera ditangkap oleh Joseph.
Tenaga pria itu agak kuat, membuat tangan rampingnya terasa seperti akan patah.
"Ariel! Kamu benar-benar hebat sekali!"
Joseph menutup pintu dan mendorongnya ke sofa.
"Ternyata kamu sudah menemukan pengganti, pantas saja kamu mau melepaskanku!" sindir Joseph.
Kata-kata Joseph seperti pisau!
Ariel tahu Joseph salah paham karena melihat Calvin.
Ariel tidak mengerti, kenapa Joseph boleh menyimpan cinta pertama di dalam hati, sementara dia tidak boleh melakukan apa pun.
Dia menatap Joseph dengan tajam yang tampak sangat marah, matanya memerah, "Kita berdua sama."
Keluarga Moore melakukan penipuan pernikahan.
Joseph bersikap dingin terhadapnya selama tiga tahun, dan masih mengingat mantan kekasih.
Tidak ada yang lebih mulia dari masing-masing mereka.
Hari ini Joseph minum sedikit bir, tubuhnya penuh dengan bau alkohol.
Dia meremas dagu Ariel, matanya memerah, suaranya rendah.
"Siapa dia?"
"Kapan kalian saling kenal?"
Ariel yang pertama kali melihat Joseph seperti ini, tiba-tiba tersenyum.
"Kamu cemburu?"
Ekspresi muram Joseph tampak tegas, lalu menyindir, "Apa kamu pantas?"
Ariel tercekat.
Joseph segera menindihnya, lalu terus bertanya.
"Apa dia pernah menyentuhmu sebelumnya? Hm?"
Selama tiga tahun menikah, karena aturan Keluarga Lincoln, Ariel melepaskan pekerjaannya, juga menolak undangan dari beberapa teman yang terkadang mengundangnya untuk pergi.
Tapi, sekarang Joseph malah mencurigainya ....
Saat ini, dia tiba-tiba merasa lega.
"Menurutmu?" dia balik bertanya.
Joseph benar-benar marah, telapak tangannya yang panas perlahan turun.
Sekujur tubuh Ariel membeku, tidak memercayai hal yang terjadi di depan matanya.
Dia ingin menolak, melawan, tapi tidak berguna.
Sampai semuanya berakhir, Joseph baru tenang.
Di luar, langit mulai terang.
Melihat tubuh Ariel yang kurus, lalu melihat bercak merah yang mencolok di seprai, perasaan Joseph menjadi sulit diungkapkan.
‘Plak!’
Ariel menampar keras wajah Joseph.
Tamparan ini juga menghancurkan semua harapan Ariel tentang cinta.
Gendang telinganya berdengung yang membuatnya tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Joseph, dan langsung menyela pria itu.
"Pergi!"
Joseph pun langsung pergi.
Di pikirannya terus terbayang adegan semalam.
Setelah naik ke mobil, dia menelepon asistennya, Mark, "Selidiki, siapa saja pria yang dikenal Ariel."
Mark agak bingung.
Setelah Ariel menikah, setiap hari dia hanya bersama Presdir Joseph, mana ada mengenal pria lainnya?
...
Di penginapan.
Setelah Joseph pergi.
Ariel terus-menerus membersihkan dirinya.
Saat sudah mau bercerai, mereka baru melakukan hubungan suami istri, kalau dipikir-pikir, ini terlalu menggelikan, juga terlalu menyedihkan.
Jam 9 pagi, Calvin datang mengantarkan sarapan, dia tidak menyadari keanehan Ariel.
"Semalam pergi terlalu cepat, lupa beri tahu kamu, kebetulan ada satu kamar kosong di rumahku, kamu bisa tinggal di sana."
"Tidak aman seorang gadis tinggal di penginapan."
Ariel menggelengkan kepalanya dan menolak.
Utang budi sulit dibalas, dia tidak ingin berutang pada orang lain.
Calvin tahu Ariel akan menolak, "Lagi pula itu memang kosong, kalau kamu tinggal di sana, aku tidak akan membebankan biaya sewa padamu."
"Tapi, aku hanya bisa tinggal sebulan."
"Sebulan pun tidak masalah, itu lebih baik daripada dibiarkan kosong."
Calvin tidak tahu kenapa Ariel hanya bisa tinggal sebulan, dia berpikir bahwa waktunya masih lama.
Dia mengantar Ariel dengan mobil.
Ariel hanya membawa satu koper, tidak ada barang lainnya.
Setelah naik mobil.
Calvin dan Ariel mengobrol tentang masa kecil, juga berinisiatif menceritakan apa yang telah dilakukannya selama bertahun-tahun ini.
Dia pergi ke luar negeri setelah lulus SMA, setelah dewasa, dia sekolah sambil bekerja di luar negeri, di usia dua puluh tahun dia mendirikan perusahaannya sendiri, sekarang dia bisa dianggap sebagai seorang bos kaya.
Saat mendengarkan resume Calvin yang kaya, Ariel pun teringat dirinya sendiri.
Setelah lulus, dia menikah dengan Joseph, lalu menjadi seorang ibu rumah tangga.
Dia menatap kagum pada Calvin, "Kamu benar-benar hebat."
"Kamu juga bisa, setelah kamu meninggalkan desa, aku masih mengikuti perkembanganmu, lihat kamu tampil di televisi, bahkan dapat juara pertama dalam kompetisi piano remaja ... juga bernyanyi. Saat itu kamu adalah idolaku ...."
Calvin tidak memberi tahu Ariel.
Dulu saat pergi sekolah ke luar negeri seorang diri, kehidupan awalnya tidak begitu baik, dia mempelajari banyak hal buruk dan mulai menghancurkan dirinya sendiri.
Sampai melihat berita Ariel di surat kabar dalam negeri, perlu diketahui bagi seseorang yang memiliki pendengaran lemah sejak lahir, pintu untuk masuk ke dunia musik sudah lama tertutup.