Bab 1 Putri Kandung
Pada bulan Juli, sinaran matahari bagaikan api, memanggang seluruh tanaman yang terdapat di lahan desa.
“Riani, ada yang mencari kamu.”
Saat tetangganya yang bernama Hengki mencari Riani, dia sedang menanam bibit semangka.
Gadis itu mengangkat kepala, menatap pria dengan mata yang bulat.
Sikapnya yang dingin dengan kulit yang putih, meskipun bekerja sebagai petani di lahan, kulit yang mulus membuat orang iri.
Hengki berkata, “Orang itu berada di rumahmu, berasal dari keluarga kaya dan menyetir mobil mewah.”
Riani menganggukkan kepala, lalu menyusuli dia.
Pada saat ini, rumah Keluarga Kusuma dikelilingi oleh beberapa orang.
Pengurus Rumah Ima melihat seorang gadis yang bergaya dingin berjalan mendekati dirinya.
Gadis ini memakai kemeja dan celana hitam yang berkain linen. Pakaiannya dinodai lumpur, meskipun tidak terdapat aroma busuk, penampilan seperti ini kurang ramah.
Pandangan Pengurus Rumah Ima yang meremehkan semakin terlihat, dia pun bertanya, “Kamu adalah Riani?”
Riani menganggukkan kepala tanpa ekspresi.
Pengurus Rumah Ima lanjut bertanya, “Aku Ima, sebagai pengurus rumah Keluarga Utomo. Bertugas mengurusi semua hal rumit Keluarga Utomo.”
Saat ini, Wati sebagai tuan wanita Keluarga Kusuma mendengus.
Pengurus Rumah Ima tersenyum sinis, tentunya dia tahu maksud dari dengusan Wati hanya menginginkan uang.
Sehingga mengeluarkan kartu bank dan menghempaskan ke meja, “Dalam kartu berisi 10 miliar, sepanjang hidup kalian pun tidak mampu mendapatkan uang sebanyak ini.”
Dua orang desa tersebut menyilangkan kaki, mata mereka tidak berhenti menatap kartu bank itu.
Hmm hmm, tidak sangka gadis ini begitu bernilai!
Wati masih belum puas dan berkata, “Kamu ingin membelinya hanya dengan 10 miliar? Bagaimanapun kami telah membesarkan dia selama 18 tahun!”
“Wati, simpan saja! Jangan terlalu rakus!” ujar Riani dengan enggan.
Wati memelototi Riani sekilas, “Dasar, tidak ada urusanmu di sini. Busuk sekali, cepat pergi mandi dan jangan mengacau di sini.”
Sejak kecil, dia tidak menyukai anak perempuan ini, karena prestasi belajar buruk dan sikapnya yang aneh, sehingga keseluruhannya tidak memiliki kelebihan.
Awalnya berencana ingin dia cepat-cepat menikah agar bisa mendapat mahar, tapi Si Gadis ini kabur setelah tamat dari sekolah SMP.
Pada saat itu, banyak wanita di desa bergosip, katanya gadis ini diculik oleh pria dari provinsi lain.
Hal ini menyebabkan dia menjadi tertawaan orang-orang di desa selama tiga tahun.
Kalau menerima uang ini sebagai uang mahar, bagaimana dengan pembayaran ganti rugi dia yang telah ditertawa orang?
Cuaca sangat panas, Keluarga Kusuma bahkan tidak memiliki pendingin di rumah. Hati Pengurus Rumah Ima terasa kacau dan tidak bisa menahan asmara, dia melemparkan kartu itu, “Terserah kamu terima atau tidak, tapi aku harus membawa orang ini pergi.”
Seusai berbicara, dia putar badan dan berkata kepada Riani, “Cepat tukar bajumu, kotor sekali!”
Mata Riani terbuka lebar dan melirik dia sekilas tanpa sebarang kata.
Kemudian berjalan masuk ke rumah.
Pengurus Rumah Ima berekspresi sedikit meremehkan.
Tidak lama kemudian.
Riani menukar baju yang bersih, dia menjinjing sebuah tas kecil berjalan menuju mobil, Pengurus Rumah Ima berkata dengan nada rendah, “Naik mobil!”
Dia tidak mengatakan apa-apa langsung menaiki mobil, tampaknya dia juga tidak menyukai tempat ini.
Setelah 18 tahun hidup di sini, dia belum menemui kehidupan yang diinginkan, dia penasaran dengan akan seperti apa keluarga milik dia sendiri.
Di desa, semua warga berbisik sambil menatap mobil mewah yang pergi jauh, “Kamu lihat gadis itu, seperti kisah Cinderella terulang.”
----------
Dalam mobil, Riani duduk bersandaran di kursinya. Tangannya sesekali mengetuk jendela mobil.
Tiba-tiba, ponselnya berbunyi, dia mengeluarkan ponsel dari tas dengan lamban.
Pengurus Rumah Ima yang sedang menyetir di depan melirik Riani yang menggunakan ponsel seperti batu bata melalui kaca spion, sikap meremehkan melintasi matanya.
Sudah zaman apa, masih menggunakan ponsel kuno?
Setelah Riani memencet tombol jawab, terdengar suara desakan dari lawan bicara.
“Kenapa?”
Terdengar suara gadis, hanya suaranya sangat kecil.
Namun, sama sekali tidak memengaruhi suasana hati pria yang semangat.
“Kak Riani, terdapat benda penting pada acara lelang UN besok, apa kamu akan hadir?”
Suara pria penuh dengan dambaan disertai waspada, berbicara dengan sopan selayaknya berbicara dengan orang tua.
Lawan bicara adalah teman baik Riani yang bernama Suigi, kalau terdapat informasi baik selalu memberitahu Rian terlebih dahulu.
Termasuk acara lelang kali ini, bagaimanapun Kak Riani sangat mulia di acara lelang.
Riani mengerutkan kening, “Tidak, aku sibuk.”
Usai berbicara, dia langsung mengakhiri panggilannya.
“Apakah Nona Utomo mendapat panggilan penipuan? Penipu di Kota S sini sangat terampil, Nona Utomo yang terbiasa hidup di desa pasti belum pernah ketemu.” tanya Pengurus Rumah Ima.
Riani menutup mata dan tidak merespons.
Banyak penipu? Bangga karena penipu berpengetahuan tinggi?
Ima sangat marah atas sikap Riani yang cuek, disertai remehan dia berkata, “Keluarga Utomo adalah keluarga besar yang terkenal, kalau Nona Utomo masuk bergabung ke keluarga harus mengganti ponsel ini, jangan sampai membuat Keluarga Utomo malu.”
Usai berkata, Ima memutar mata kepada Riani. Melihat dia menyipitkan mata seperti tertidur.
Sepertinya dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan.
Sambil menaikkan nada, “Katanya Nona Utomo tidak melanjutkan jenjang yang lebih tinggi setelah tamat dari SMP, kalau begitu kamu pasti tidak paham peraturan Keluarga Utomo.”
Gadis yang awalnya tertidur tampak menggerakkan kulit mata, tampak garis senyum di bibirnya.
“Oh?”
Nada bicara Ima terdengar dingin, seperti sedang menegur gadis kecil yang tidak sopan, “Oh? Apakah kamu tahu sopan santun? Kenapa berbicara seperti itu terhadap orang tua?”
Riani tersenyum simpul, lalu tidak mengatakan apa-apa.
Seorang penjaga rumah menegur Nona Keluarga Utomo?
Senyuman ini membuat hati Ima tidak senang, seolah-olah menganggap perkataan dia seperti kentut.
Dia mengirup napas sebagai usaha menenangkan diri, menyadari dirinya keterlaluan sehingga tidak lagi berbicara.
---
Keluarga Utomo.
Sedang menikmati makan siang dalam vila dua lantai.
Beberapa tahun ini, ayahnya yang bernama Wandi Utomo mengatur perusahaan Keluarga Utomo dengan baik.
Ibunya bernama Feni Chelsea adalah seorang model yang telah pensiun.
Anak perempuan yang bernama Sumi Utomo memiliki prestasi belajar yang baik, jago piano, melukis, sangat disukai guru dan dekan sekolah.
Bagi orang luar, Keluarga Utomo adalah keluarga yang sempurna.
Namun, hingga Sumi melakukan tes kesehatan karena sekolah mengadakan latihan militer. Hasil tes menyatakan Sumi memiliki golongan darah O, sedangkan Feni dan Wandi adalah golongan darah AB, maka tidak mungkin melahirkan anak bergolongan darah O. Kalau bukan karena tes ini, mungkin anggota Keluarga Utomo hingga mati pun tidak mengetahui bahwa Sumi bukan anak kandung Keluarga Utomo.
Setelah diinterogasi, ternyata pada saat itu, rumah sakit kedatangan perawat magang yang ceroboh, sehingga salah menempelkan nama bayi.
Pada saat ini, muka setiap orang tampak sedikit khawatir dan aneh. Hal ini membuat mereka frustasi dan tidak doyan makan, bahkan sama sekali tidak menyentuh makanan lezat yang terhidang di meja.
Sumi menggigit garpu, tidak bisa menahan genangan air mata, lalu meletakkan garpu dan pergi dari meja makan.
“Sumi, kamu ingin ke mana?” Feni berdiri menghalang dia.
Sumi menangis hingga sesak napas, “Ayah, Ibu, aku bukan lagi anak kalian.”
Ayahnya Wandi juga ikut menghampiri dan menahan dia, “Sumi, apa yang kamu katakan? Kamu adalah anak kami selamanya!”