Bab 4 Pendaftaran Masuk Sekolah
Terdapat seorang pria.
Pria tersebut menarik perhatian Riani.
Terlihat pria tersebut sedang bersandar pada kurungan, cahaya menyinari sisi wajahnya sehingga sangat indah. Terlihat genit dan seksi, memberi semacam godaan yang sulit diungkapkan.
Jarang ditemukan!
“Waduh, Kak Riani, ini pria atau wanita? Berpenampilan seperti itu!” ungkap Suigi sambil menabrak bahu Riani.
Riani menatap pria dalam kurungan dengan diam.
Sepertinya pria dalam kurungan juga memerhatikan Riani di antara ratusan penonton. Melihat dia melontarkan pandangan ke arah sini. Dengan suara yang lembut mengatakan, “Beli aku!”
Riani menerima sinyal, lalu menjawab dengan bahasa bibir, “Berikan aku alasan!”
Pria itu menggerakan bibir, “Setelah keluar, aku akan membayar dua kali lipat.”
Dua kali lipat?
Menarik. Kebetulan bisa mengganti rugi pengeluaran hari ini.
Direktur Adi berpendapat, “Semuanya, apa kalian berminat dengan orang ini.”
Pembeli di bawah pentas merasa sangat tertarik. Baik itu pria maupun wanita, tetap ingin membelinya. Kalau wanita bisa dinikmati diri sendiri, kalau pria bisa dijual sebagai pemain akrobatik.
Melihat semuanya tercengang, Direktur Adi berkata, “Harga mulai dari 2 miliar.”
2 miliar?
Pria dalam kurungan sakit hati, merasa dirinya bahkan tidak seharga antik Kepala Sapi Tembaga.
“3 miliar.”
Orang yang pertama buka mulut adalah seorang pria tua berperut buncit yang ngiler.
“4 miliar.”
“6 miliar.”
Terdengar suara yang serak dan kasar. Riani melirik tajam, ternyata adalah seorang pria botak.
“ ... ”
Ternyata pria juga ngiler terhadap pria?
“10 miliar.” Riani mengangkat papan dan tertawa menyeringai.
Suigi mengerutkan alis, tampak garis senyum dari bibir. Ternyata Kak Riani juga tertarik dengan pria itu?
“12 miliar.”
Direktur Adi, “ ... ”
Astaga!
Riani dan Suigi saling menatap dan tersenyum, “13 miliar.”
Sebenarnya tidak begitu menginginkan pria itu, tapi dia akan mendapat pembayaran dua kali lipat setelah memenangkannya.
Pria berperut buncit mengangkat papan, “14 miliar. ” Setelah itu dia kesal dan gusar, “Waduh, kalau tahu tidak jadi deh.”
Suigi sedikit tidak tahan, berdempetan dengan Riani, lalu bertanya, “Kak Riani, berapa sisa uangmu dalam kartu?”
Riani melirik ke bawah dan berkata, “Kurang dari 20 miliar.”
Suigi tampak kesulitan, “Bagaimana kalau lebih dari 20 miliar maka kamu tidak bisa mendapatkan pria ini.”
Riani tersenyum sinis, “Pria berperut buncit itu sungguh bergairah, pria pun ingin merebut denganku.”
“Aku sudah tertarik dengan pria ini.”
Suigi tertawa, “Aku mengerti.”
Saat Riani ingin berteriak 16 miliar, tiba-tiba terdengar suara yang nyaring.
Semua orang tercengang, dari mana suara berasal?
Kemudian sekumpulan pengawal berpakaian hitam masuk, dengan cepat menahan Direktur Adi.
“Apa yang terjadi?” tanya Direktur Adi.
Pengawal itu membuka kurungan besi, sedangkan seorang pengawal berlutut di depan pria, “Tuan Malik, kami tidak melindungi Anda dengan baik. Mohon berikan hukuman.”
Kata-kata pengawal membuat Direktur Adi ketakutan hingga merinding.
Siapa Tuan Malik?
Keluarga terbesar di Kota S, penguasa konglomerat besar, Zayn Malik.
Orang memanggilnya Tuan Malik, berumur 25 tahun, memiliki harta kekayaan sebesar triliunan. Perusahaannya bergerak di berbagai bidang, meliputi berbagai negara. Hampir menguasai ekonomi dunia.
Dia berdiri sambil tersenyum sinis, menatap sekilas Direktur Adi dengan santai, “Direktur Adi, apakah aku terlihat genit?”
Para hadirin saling menatap, semuanya kebingungan.
Suigi ingin bertanya pada Riani, tapi Riani segera menahan mulutnya dengan jari, dengan maksud jangan berbicara.
“Salah paham, salah paham! Aku tidak tahu status Anda, kalau aku tahu tidak akan berani berbuat seperti ini! Lagipun ini tidak berkaitan dengan kami!”
Dia juga membeli dari pihak lain lalu melakukan lelang ini!
Hehe, Zayn tertawa dengan angkuh, tampak sangat dingin.
“Kalau begitu bawa kamu ke kantor polisi, supaya diinterogasi dan menemui siapa yang menjual aku!”
“Baik.”
Riani baru mengetahui asal-usul kejadian setelah mendengar itu. Kini sudah ada yang menyelamatkan dia, maka tiada urusan dengan dirinya lagi.
Kemudian, dia berdiri dengan senyuman yang manis, memakai kacamata hitamnya dan menarik Suigi berjalan menuju keluar.
Vila Keluarga Malik.
Setelah mandi, Zayn menukar baju yang penuh keringat, sambil mendengarkan laporan dari pengawal dengan santai.
“Tuan Malik, sudah ketemu. Joko Subianto yang melakukannya.”
Pria itu memegang ponsel, tampak keinginan untuk membunuh dari matanya, “Kalau begitu tidak perlu segan, bunuh saja.”
“Baik.”
Pengawal lanjut berkata, “Tuan Malik, gadis yang Anda cari adalah anak kandung Keluarga Utomo yang baru saja ditemukan.”
“Hanya itu?”
Pengawal menganggukkan kepala, “Hanya mendapat informasi ini.”
Zayn tersenyum menyeringai, “Baiklah.”
Jam 7 pagi, hari Senin.
Wandi mengantar Riani ke sekolah untuk membereskan pendaftaran.
“Tuan Utomo, Anda juga tahu, sekolah kami tidak menerima murid baru untuk kelas XII, karena ini sangat tidak adil bagi siswa lain. Selain itu juga menurunkan tingkat lulusan di sekolah kami.”
Dekan merasa canggung melihat data Riani.
Riani, tamatan dari “SMP Negeri 002”. Ini ... Ini berasal dari desa, mana mungkin mampu masuk sekolah SMA Kartini. Hal yang terpenting adalah dia tidak belajar dari kelas IX SMA.
Dia juga menatap sekilas Riani, mata yang bulat dan besar terlihat seperti gadis yang kasar.
Kalau menerima dia, pasti akan menggemparkan seluruh sekolah.
Wandi mendengar kata-kata Dekan sangat marah, “Apa maksudmu? Sama sekali tidak segan dengan Keluarga Utomo?”
Dekan bergegas meminta maaf, ungkapannya pun langsung berubah, “Tidak tidak, aku segera bawa dia ke ruangan kelas.”
Meskipun dia tidak tahu latar belakang Riani, Wandi adalah orang yang berwibawa di Kota S, sehingga dia tidak berani menyinggungnya. Maka itu terpaksa menerima saja dan memasukkan ke dalam ruangan kelas tertentu.
“ ... ”
Kelas XII A.
Seluruh siswa masih bersenang-senang karena baru kembali dari liburan, ruangan kelas sangat bising dan berantakan.
“Oh ya, apa kalian tahu, kelas kita kedatangan siswi baru di semester ini.”
Kata-kata ini sontak menarik perhatian semua murid.
“Anak baru? Sudah kelas XII? Apakah dia datang hanya demi ujian?”
“Ya, hanya demi ujian dan mendapatkan ijazah.”
“Aku dengar kali ini kedatangan siswi dari desa.”’
“Apa? Orang desa ingin masuk ke ruangan kelas kita?”
Ruangan kelas tiba-tiba keributan.
“Aku tidak ingin satu kelas dengan anak desa.”
Saat ini Sumi masuk ke ruangan dan duduk dengan baik di kursinya.
Mendengar bisikan, dia merasa senang karena dalam hatinya menginginkan Riani malu.
Meskipun Riani adalah anak kandung Keluarga Utomo yang sebenarnya, murid dalam kelas belum mengetahui hal tersebut. Lagipun baik penampilan maupun gaya karakter, Sumi terlihat lebih berkelas.
Sebab itu, dia sangat percaya diri!
Di saat semua siswa sedang berbisik, terdengar suara langkah kaki dari luar pintu.