Bab 2 Ternyata Orang Milik Tuan Handaya
Klub Malam Kingston, merupakan klub malam paling mewah di Kota Agatha. Di tempat ini menerapkan sistem keanggotaan.
Para tamu yang datang ke sini semuanya adalah orang kaya atau berkelas. Barang yang ada di badan mereka bernilai puluhan miliar.
Selena dulunya sangat tidak menyukai tempat seperti ini, tapi dia tidak menyangka dirinya yang sekarang telah jatuh ke titik di mana dia membutuhkan uang.
Dia mengira Lukas sangat bermurah hati. Saat dia meminta 600 Juta, Lukas memberinya 6 miliar. Uang itu bisa membantunya saat kebutuhan sedang mendesak.
Hanya saja, saat Erick memberitahunya bahwa cek itu palsu, kepalanya terasa berdenyut dan merasakan dunianya seakan runtuh saat itu juga.
Dunia ini sangat berbahaya dan dia sudah tertipu.
Biaya operasi Erick akhirnya dikumpulkan oleh keluarganya.
Selena tidak tahu darimana Keluarga Limanto mendapatkan uang. Padahal dulu Keluarga Limanto-lah yang menangis dan memohonnya untuk mengumpulkan uang itu.
Calon ibu mertuanya bilang biaya pemulihan Erick selanjutnya tidak sanggup dibayar oleh keluarga mereka dan mereka memintanya untuk bantu membayar biaya pemulihan Erick.
Setidaknya 20 Juta sebulan, hanya mengandalkan penghasilan dia saja bahkan tidak mencapai sepuluh persen dari biaya pemulihan Erick.
"Selena, cepatlah … Kamar 301 membuka kartu As Sekop, kamu masuklah dan antarkan birnya." Kak CC, Pengawas Klub Malam Kingston mendesak dan mendorong punggung Selena dengan tangannya.
Kamar 301 adalah satu-satunya ruang VIP Kingston, dan orang-orang yang datang biasanya adalah pebisnis dan orang pemerintah.
Saat masuk, Kak CC sengaja khusus mengingatkannya bahwa apa pun yang terjadi di dalam, anggap saja dia tidak melihatnya.
Saat mendengarnya, dia langsung ketakutan. Seluruh bulu kuduknya langsung naik.
Selena mengenakan gaun putih panjang dan sepasang sepatu hak tinggi dengan warna yang sama.
Dia membawa nampan anggur dengan satu tangan, lalu menekan gagang pintu yang berlapis emas dan mendorongnya.
Tidak seperti kebisingan yang terdengar di luar, di dalam jauh lebih tenang. Wanita cantik kelas atas Kingston ada di dalam!
"Baru masuk langsung jatuh kepelukanku, nona cantik segitu tidak sabar?" Selena menundukkan kepalanya ke bawah, kepalanya terbentur ke sebuah dada manusia yang sangat kukuh, suara yang terdengar remeh terdengar dari atas kepalanya.
Cahaya di dalam ruangan terlalu gelap. Selena mengangkat kepala dan memandang ke arah pria yang ditabraknya. Usia pria itu sekita 40 tahunan, tubuhnya kelihatan gendut, mengenakan kacamata berbingkai emas dan tampak seperti seorang pemimpin.
Selena dengan cepat meminta maaf, "Maaf bos, aku tidak melihat jalan saat sedang berjalan."
Wajah pria itu terlihat mesum dan senyum licik muncul di wajahnya, " Hanya minta maaf saja kamu kira masalah akan berakhir? Katakan saja apa yang kamu inginkan, jangan menggunakan cara seperti ini."
Pergelangan tangan Selena dipegang oleh pria itu dan dia didorong ke sofa oleh pria itu seperti seekor hewan peliharaan.
Dia menopang tubuhnya dengan menggunakan tangannya, lalu duduk dengan terpuruk. Semua yang di ruangan ini adalah orang-orang yang memilikik kuasa. Selena tidak bisa mencari masalah dengan seorang pun yang ada di ruangan ini. Jadi, dia hanya bisa menahan amarahnya.
Dalam ruangan ini tercium campuran aroma rokok dan alkohol, tiba-tiba aroma yang mirip dengan cendana putih mengalir ke hidungnya.
Aroma ini telah terukir di dalam benak Selena dan dia bangun dengan terburu-buru.
Suara di samping telinganya terdengar seperti gumaman iblis, "Nona Selena, kita bertemu lagi."
Lukas bersandar di sofa, dari sakunya dia mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakan api.
Selena mengikuti cahaya api dan menatap wajah tampan yang kelihatan seperti tidak nyata di sebelahnya. Pria ini, mati pun dia tetap akan mengenalinya.
Lukas, dia memanggil nama pria itu dengan gigi yang gemeretak.
Asap mengepul naik dari antara bibir dan giginya, asap tebal itu melewati ujung hidung dan alisnya.
Lukas memandang Selena dengan senyum lembut, kelihatan sekali dia sangat akrab dengannya, "Kamu masih mengingat namaku, sepertinya kamu sangat puas denganku."
Pria yang baru saja menyerang Selena adalah Edwin Suganda. Dia melihat Lukas sedang mengobrol dengan gadis itu. Suaranya terdengar sangat pelan sehingga dia tidak bisa mendengar apa yang dia bicarakan. Wajahnya langsung berubah dan auranya langsung menurun. "Ternyata dia adalah orang Tuan Handaya, aku minta maaf karena sudah lancang."
"Aku tidak akrab dengannya, Tuan Suganda boleh mengambilnya kalau menyukainya." Cahaya sedingin es berkedip di mata panjang dan sipit milik Lukas.
Saat itulah Edwin baru menghela nafas lega, lalu dengan wajah yang mesum menatap nona kecil cantik yang tadi masuk ke pelukannya, "Hari ini aku akan memilihmu."
"Aku hanya menjual bir, aku tidak melakukan pekerjaan lain …." Jari-jari yang berada di samping tubuhnya mengungkapkan rasa takutnya.
Edwin yang ditolak di depan umum seketika marah.
Dia memegang rahang Selena, mengangkat wajahnya dengan paksa, lalu dan menatapnya dengan kejam, "Kamu kira kamu siapa!"
Selena merasa seluruh tubuhnya tidak berhenti gemetaran, tidak tahu apakah itu karena marah atau ketakutan.
Rahangnya ditekan sampai membuatnya hampir tidak bisa bernapas.
Selena mengambil botol bir yang ada di atas meja, dia tidak bisa mengkhianati Erick lagi.
Sebelum botol itu bisa memukul Edwin, Lukas segera mengangkat tangannya untuk menghentikannya. Matanya sedikit memicing, suaranya tanpa sadar terdengar serak, "Jangan merusak kesenangan semua orang yang di sini, keluar …."
Selena menghela nafas lega, dia membuka matanya dan menatap Lukas dengan pandangan kebencian di matanya, "Terima kasih Tuan Handaya karena sudah bersedia mengampuniku dan membiarkanku keluar."
Selena menatap Lukas dengan pandangan yang muram. Lukas hanya tersenyum ringan, tapi senyuman di sudut bibirnya terlihat sedikit dingin.
Lukas mengambil botol dari tangan Selena, di dalamnya masih ada lebih dari setengah botol bir beralkohol tinggi yang tersisa.
"Tidak perlu terburu-buru berterima kasih padaku, aku masih belum menyelesaikan perkataanku. Minumlah bir yang ada di tanganmu."
Awalnya, Selena sedikit tercengang, lalu selanjutnya dia tidak merasa terkejut. Di matanya, pria ini adalah iblis, penghinaan yang tidak pernah bisa dia lupakan selama hidupnya dan dia bisa melakukan apa saja yang dia inginkan.
Demi melepaskan diri dari situasi ini, Selena mendongakkan kepalanya dan meminum setengah dari bir itu. Alkohol yang kuat merangsang mulutnya, lalu mengalir ke tenggorokannya dan membakar perutnya seperti api bersuhu tinggi.
Melihat Selena yang seperti kesakitan, Lukas meletakkan tangannya di bahunya, membungkuk dan menempelkan bibir tipisnya ke telinga Selena, "Nona Selena pandai minum, sepertinya kamu benar-benar kekurangan uang. Bagaimana kalau kamu minum satu botol lagi dan aku akan memberimu 60 Juta. Aku akan memberimu sebanyak yang bisa kamu minum."
Selena sudah merasa mabuk, akal sehatnya telah hanyut oleh alkohol. Dia lupa apa yang dikatakan Kak CC padanya, dia tidak bisa mencari masalah dengan orang-orang yang ada diruangan ini.
Matanya memerah dan dia berjinjit berdiri, lalu meraih kemeja baju Lukas di depan semua orang.
Dia berteriak dengan suara keras, "Lukas, kamu menipu uang 60 juta yang sebelumnya kamu bilang akan kamu beri. Apakah kamu tahu betapa menyedihkannya aku yang telah kamu tipu? Sekarang kamu mau permainkanku lagi ... Dasar orang gila!"