Bab 8 Siapa yang kamu Panggil Pria Liar
Selena keluar dari mobil dan berlari untuk menyelamatkan hidupnya.
Lukas melihat bekas cat berbentuk pantat tertinggal di jok kulit, sudut bibirnya yang tipis dan dingin muncul senyuman ringan.
Ketika Selena melihat Lukas juga turun dari mobil, dia menghentikannya dan berkata, "Aku berbagi rumah sewa dengan orang lain. Teman sekamarku tidak suka orang asing datang ke rumah."
Hubungan Selena dan teman sekamarnya, Wenny Kusuma biasa-biasa saja.
Wenny bekerja di sebuah perusahaan multinasional. Meskipun dia hanya pegawai biasa, tapi dari penampilannya terlihat sombong.
Selena tahu Wenny sangat memandang rendah dirinya, setiap kali dia mengobrol dengannya psati ada nada penghinaan yang tersirat.
Semua makanan dan pakaiannya adalah barang mewah, keduanya berbagi kamar mandi.
Produk perawatan kulit yang digunakan oleh Wenny yaitu SKII, Whoo, Chanel ....
Wenny selalu memandang rendah produk Pechoin yang dia gunakan, karena produk itu terlihat murah.
"Apakah dia suka atau tidak, apa hubungannya denganku?" Lukas melewati Selena dan berjalan di depan.
Selena menggigit bibirnya, perkataan Lukas selalu mendominasi.
Dia mengambil kunci dan membuka pintu, lalu memperingatkan Lukas, "Setelah minum air kamu boleh pulang."
Dia sudah memiliki firasat Wenny pasti akan berteriak. Setiap kali dia membawa Erick, Wenny selalu membanting pintu atau membanting barang.
Rumah sewaan itu berantakan, tapi penuh dengan aura wanita muda. Keset lantai di pintu semuanya berwarna pink dengan gambar Hello Kitty.
"Tidak perlu ganti sepatu, tidak ada sandal pria di rumah."
Wajah Selena terlihat muram. Hari ini suasana hatinya sangat buruk, bahkan lebih buruk daripada ketika dia pertama kali mengetahui Erick sakit.
Dia ingin masuk dan mengganti pakaiannya. Dia kemudian membiarkan Lukas duduk di ruang tamu dan menunggunya.
Wenny mendengar Selena dan seorang pria sedang berbicara di ruang tamu.
Dia juga tidak meninggalkan kamar, dia berteriak melalui pintu, "Selena, apakah kamu gila ya? Kenapa bawa pulang pria liar pulang lagi?"
Mata Lukas semakin terlihat kelam. Dia melirik Selena.
Selena berbisik, "Dia memang seperti itu. Kamu harus pergi setelah minum air. Aku tidak punya teh yang bagus untuk menjamumu di rumah."
Selena pergi ke lemari es dapur agak lama, akhirnya dia menemukan sebotol jus yang telah kedaluwarsa setengah bulan.
Selena mengambil jusnya dan melemparkannya ke Lukas, lalu berbalik ke kamar untuk berganti pakaian.
Begitu Selena masuk, Wenny keluar dari kamar dengan marah, "Apakah kamu tidak mendengar apa yang kukatakan tadi, kamu tidak boleh membawa pulang pria liar. Kalau kamu tidak ingin berbagi kamar, keluarlah."
Jas hitam, kemeja putih, kancing manset sedikit terbuka, pergelangan kaki di antara kaki panjang dan sepatu, putihnya terlihat seksi.
Wajah ini cukup membuat wanita bermimpi.
Pria di depannya ternyata adalah Lukas.
Wenny tidak bisa mempercayai matanya sendiri. Bos-nya muncul di ruang tamu rumah sewanya.
Wenny menutup mulutnya dan terkejut selama setengah menit, sampai mata dingin Lukas menatapnya.
"Kamu menyebutku pria liar?"
Wenny ketakutan hingga kakinya tidak bertenaga. Semua wanita di perusahaan pasti bermimpi untuk mendekati direktur mereka.
Wenny tidak menyangka akan bertemu dalam kondisi seperti ini.
"Direktur Handaya, kenapa kamu ada di sini? Apakah kamu di sini untuk mencariku?"
Wenny sudah mulai berimajinasi. Apa mungkin Lukas jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya di antara puluhan ribu orang di gedung perusahaan.
Lukas menatap wanita yang percaya diri ini dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak, lalu berkata dengan nada cuek, "Kamu berpikir terlalu banyak."
Hanya ada dua wanita di ruangan ini, Selena dan Lukas? Wenny tidak bisa membayangkannya.
Penampilan Selena yang miskin itu mana ada pria yang akan tertarik. Hanya pria yang berpenyakitan itu yang cocok dengannya.
Wenny tidak berani bertanya lagi, Lukas sudah terkenal tidak peduli dan dingin terhadap orang lain.
Lukas menunjuk ke kamar tempat Wenny baru saja keluar, "Sudah larut, kamu masuklah dan istirahat."
Wenny tertegun, "Direktur Handaya, aku belum mengantuk, apakah kamu ingin minum teh? Aku akan menuangkannya untukmu."
Mata Lukas yang muram sedikit menyipit, suasana di ruangan itu terasa aneh, "Aku menyuruhmu masuk, apa kamu tidak mengerti perkataanku?"
Saat perkataan Lukas selesai, Wenny tidak berani tinggal lagi. Dia hanya bisa bersembunyi di kamar dengan pintu yang terbuka sedikit.
Lukas sudah tidak sabar karena melihat Selena tidak keluar setelah begitu lama masuk.
Badan Selena penuh dengan cat.
Ketika Lukas ada di sini, dia tidak bisa pergi mandi. Jadi, dia hanya bisa mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
Dia mengulurkan tangan untuk membuka kancing bagian belakang. Saat ingin menarik keluar pakaian dalamnya, suara pintu berderit, lalu pintu di belakangnya didorong terbuka.
Lukas masih dalam posisi mendorong pintu, lalu melihat situasi di ruangan dengan tercengang.
Meskipun dia telah melihat tubuh Selena, postur seperti ini lumayan menarik.
Selena mempertahankan postur canggung itu, bingung harus menariknya keluar atau memasukkannya kembali.
Yang lebih parah, pakaian dalam yang dikenakannya saat ini masih bergaya kartun yang sangat naif dengan stroberi di atasnya.
Alis Lukas sedikit terangkat, memperhatikan Selena yang berpura-pura tenang saat dia melepas celana dalamnya dan memasukkannya ke bawah bantal.
Lukas berjalan ke kamar tidur dan menutup pintu, Selena berjalan mundur dan Lukas dengan lembut menariknya ke dalam pelukannya.
Selena bersandar di pelukannya, menyentuh dada Lukas dengan sikunya, lalu menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorongnya. Sayang sekali pihak lain tidak bergerak sama sekali.
Cahaya di ruangan yang gelap itu terlihat redup dan layar ponsel di meja samping tempat tidur terus bergetar.
Lukas melirik ponsel yang berdering.
Suami tersayang, tulisan itu muncul di layar ponsel.