Bab 1 Prolog
Desa Manau, tahun 1982
Semburat jingga memancar di langit ufuk timur, cahayanya memancar seperti kristal kala menerpa dedaunan, sisa tetesan air hujan yang begitu lebat semalam masih menyisakan butiran-butiran. Dinginnya cuaca tak bisa mendinginkan suasana panas yang mendera dada lelaki muda itu, sorot matanya bahkan terkesan kejam. Sorot mata yang memerah itu lama-lama berubah kekuningan seperti mata binatang yang bengis dan kejam.
Lelaki itu masih berdiri di pintu utama, menatap tajam ke arah sepasang suami istri yang kini bersimpuh dengan tangisan yang menyedihkan, sang wanita bahkan bersujud memohon pengampunan.
"Den Bagus, maafkan kami ... Maafkan kami ...."
"Tiada maaf untuk pengkhianat," desis lelaki itu, suaranya bahkan mengerikan, seperti suara binatang buas.
"Saya yang bersalah, Den. Hukumlah saya, biarkan keluarga saya. Saya yang bersalah ...."
"Datuk Ja'far, aku sudah menganggapmu seperti pamanku sendiri, tetapi apa yang kau lakukan? Nyawamu saja tak cukup untuk menebus dosa-dosamu."
"Maafkan suami Bibi, Den. Ampuni kami ...."
"Apakah kata maaf bisa mengembalikan nyawa istri dan anakku, Ha? Kalian akan menebus semua itu dengan nyawa anak lelaki kalian, setiap anak lelaki kalian yang lahir, itu akan menjadi milikku."
Intonasi suara lelaki itu sudah berubah, suara itu menggema dan terasa berat, sorot mata binatang itu sungguh mengerikan, tanpa ampun, lelaki itu menerjang lelaki tua dihadapannya, mencabiknya hingga lelaki tua itu tak bernyawa. Istrinya yang berada di sampingnya hanya menangis tak berdaya, itu memang kesalahan mereka, dia harus sanggup menanggung akibatnya. Rasa sesak tak bisa mengembalikan keadaan, kenapa dia mengijinkan keponakan perempuan suaminya datang ke rumah ini.
"Perempuan itu, harus mati!" desis suara binatang itu setelah puas melampiaskan hasrat binatangnya, membunuh dengan kejam.