Bab 6 Kedatangan Papa Mama Gina

"Aku gak bisa melihatnya, tapi bisa merasakan energinya, kalian hati-hati. Lidia, tolong baca Alma'surat itu setiap hari sehabis salat subuh, supaya rumah ini bercahaya sehingga makhluk halus takut mendekat." "Iya Mbak, InsyaAllah," kataku sambil memandang kitab kecil itu "Mungkinkah penghuni jeruk bali itu sejenis kun?" "Huss! Rani, jangan diteruskan ucapanmu, kita tahu sama tahu saja, siapa tahu pembicaraan kita didengar olehnya," potong Gina "Bisa jadi mereka ada yang nimbrung di sini," ucap Nurulia "Haish! Stop! Bisa diam nggak?" ucapku meradang, bisa gak sih, gak pakek nakut-nakutin Pantas nyai Rudiah ngelarang mendekati pohon jeruk bali, ternyata ada alasan mistisnya. Atau ada alasan lain? ***** Huuhhhfff ... kehembuskan napas panjang, kuhirup udara dan mengeluarkannya dengan kuat, dada sampai mengelembung. Baru tiga hari di desa ini sudah banyak yang bikin spot jantung. Semalam adalah pengalaman terseram selama hidupku. Membayangkan anak kecil itu memutar kepalanya hiii ... oh, no! bulu kuduk ini masih merinding. Entah kejutan apalagi yang bakal kami alami di sini. Jangan lagi deh, aku gak mau! Aku bangkit dari tempat duduk setelah menceritakan yang kami alami semalam, dan tahu sendiri reaksi teman-teman, mereka langsung mengkeret kayak ayam mau di potong. "Seriusan itu?" tanya Murni sambil mengernyitkan dahi. "Beneran," jawab Rani. Gadis itu mengelus tangannya, mungkin mencoba meredam bulu romanya masih berdiri "Ih, takut ...," seru Nurulia sambil memeluk Widya. "Iya ih, serem banget kayaknya tinggal di sini," timpal Widya. "Kalian sadar, nggak sih? Kalau tadi malam jum'at kliwon?" tanya Sri, Kami kompak menggeleng. "Emang kenapa?" tanyaku sedikit penasaran. "Kata Mbahku, kalau malam jumat kliwon itu setan-setan pada gentayangan." "He eh, bener tu ...," kata Murni mendukung perkataan Sri "Lagian kalian sudahlah malam jum'at kliwon, balik kemalaman pula, sampai jam 12," kata Nurulia "Iya, cari penyakit namanya tu," kata Murni "Mana sekitaran sini banyak penunggunya lagi," lanjutnya membuat suasana tambah mencekam. Rani segera merapat pada Gina dan Sarah, Sri memeluk Murni dari belakang. Cuma aku yang dalam posisi berdiri. Tulalit...Tulalit ... Tulslit ... Sebuah nada notifikasi SMS terdengar, membuat kami yang sedang tegang berteriak berbarengan. Gina segera mengeluarkan Handphonenya dari saku celana. Pantesan nada deringnya berbeda dari HP kami yang rata-rata produk Nokia, HP Gina ber merk Samsung keluaran terbaru, ada fitur kamera dengan kualitas terbaik pada zamannya, segera Gina membaca SMS tersebut. "Apa? Mama Papaku datang sekarang ada di posko cowok" katanya girang setelah membaca SMS "Ayok kita ke sana," lanjutnya "Asyik ... pasti banyak bawak oleh-oleh nih" kami semua segera beringsut menuju posko cowok. *** Papa Mama Gina datang mengendarai mobil kijang Innova warna silver bersama sopir pribadinya. Kabar Gina dari kalangan berada benar adanya, penampilan Papanya yang penuh kharisma memakai busana batik warna coklat tua dari bahan katun mahal, mamanya memakai blus putih dipadukan celana navi warna coklat tua dan jilbab krem berenda bunga, kulitnya yang putih bersih semakin terpancar memakai busana tersebut. Kulihat supirnya dibantu beberapa mahasisiwa cowok menurunkan beberapa barang, wow seperangkat komputer lengkap dengan printernya dibawa oleh mereka untuk sekertariat posko agar memperlancar kegiatan kami, hmmm ... sepertinya aku bakalan sering memakai komputer ini. Selain komputer, mereka juga membawa alat-alat elektronik seperti magicom penanak nasi, blender dan magic jar beserta galonnya. Wah, benar-benar bakal mempermudah pekerjaan kami, terima kasih papa mama Gina, kalian is the best. Sekotak besar Rendang padang, ayam goreng bumbu dan sekotak kecil sambal bawang dibawanya sebagai oleh-oleh. Berbagai jenis kerupuk dan keripik khas daerah asal juga tak lupa sebagai camilan yang menggiurkan. Wah, lumayan, hari ini kami tidak memasak lauk pauk, hanya cukup memasak nasi dengan magicom yang mereka bawa. Walaupun mereka orang berada, papa mama Gina orangnya sangat ramah, kami bercengkrama dengan akrab. Gina hanya dua bersaudara, dia anak sulung, adiknya perempuan sekarang sekolah di SMA boarding school, sekolah unggulan di propinsi ini, Gina juga alumni sekolah situ. Walau Papa Mamanya orang super sibuk tapi masih menyempatkan diri mengunjungi anaknya, hmm ... salut aku pada mereka, sungguh beruntung Gina memiliki orangtua seperti itu. Bukan berarti Mamak dan Bapakku kurang kasih sayang, aku tetap hormat dan sayang pada kalian, hanya saja orangtua Gina bisa kujadikan contoh kelak kalau aku sudah berumah tangga, sesibuk apapun anak harus terus diperhatikan. Papa dan Mama Gina hanya sebentar berkunjung, tidak sampai satu jam. Maklumlah kesibukan mereka sebagai anggota dewan dan dokter di rumah sakit umum daerah tidak bisa ditinggalkan begitu saja, sebelum pergi mereka memeluk dan mencium pipi Gina dengan sayang, ada bulir bening di mata Gina melepas kepergian mereka, sepertinya itu air mata bahagia dan sedih, entahlah aku tidak bisa menafsirkan. *** Selepas sarapan enak, nasi hangat dan rendang padang yang dibawa orangtua Gina, kami breefing sebentar. Sepertinya acara penyuluhan pertanian, proker perdana kami tidak terkejar dilaksanakan sabtu besok, rencananya terlalu mentah. Kami menundanya di hari Rabu minggu besok, karena pendanaan, nara sumber dan tokoh masyarakat yang terlibat belum fix. Setelah breefing, kami membagi tugas, ada yang kunjungan ke kantor desa, ada yang ke kantor camat. Tujuannya untuk perkenalan dan meminta masukan acara yang akan kami laksanakan. Aku kebagian ke kantor kecamatan berasama bang Joseph, Dedi, Ilham, Widya dan Sri. Kamera kodak canon, alat tulis dan HP sudah kusiapkan sebagai sekretaris, kami menyetop mobil lewat untuk menuju kantor camat yang jaraknya cukup jauh, sekitar 3 km. Ternyata ada truk pick up yang mau memberi tumpangan di bak belakang yang terbuka. Aku sih sudah terbiasa menaiki mobil jenis seperti ini di kampung halamanku, tapi sepertinya Widya tidak terbiasa. "Wow seru juga ya, naik bak belakang bisa angin-anginan," serunya kegirangan "Emang belum pernah naik pick up di belakang?" tanya Dedi "Gak pernah, aku seringnya naik angkot, maklumlah orang kota, he ... he ...," selorohnya berkelakar "Emangnya di kota gak ada apa mobil Pick up? Aku juga orang kota, bapakku punya tu mobil pick up untuk jualan sayur, cuma naik bak belakang saja heboh" kata Dedi sambil membuang muka sebal "Terserah aku dong ...," seloroh Widya membalas Dedi "Wah, kalian ini tibang naik pick up jadi berantem, macam laki bini bae," kata Ilham membuatku ngakak "Ish, sorry la ya ...." Widya menimpali "Aish, laki bini muke gile lu, Ham," umpat Dedi Bibir cowok itu membentuk guratan sinis dan membuang muka. Melihat ekspresi Dedi bukannya membuat Ilham takut dia justru tertawa ngakak, mau tak mau kami juga ketularan, menertawaan kelakuan mereka berdua. ***
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Prolog Bab 2 Anak Kecil di Tengah Sawah Bab 3 Bukit Manau Bab 4 Lolongan Anjing Bab 5 Pohon Jeruk Bali Bab 6 Kedatangan Papa Mama Gina Bab 7 Kantor kecamatan Bab 8 Kopi Panas Bab 9 Piket Harian 1 Bab 10 Piket Harian dua Bab 11 Rumah kosong di belakang posko appBab 12 Nyai Rudiyah appBab 13 Pakdo Marlin appBab 14 Puskemas appBab 15 Puskesmas dua appBab 16 Aslan appBab 17 Baper appBab 18 Jangan sendirian appBab 19 Ambruk appBab 20 Jeritan tengah malam appBab 21 Lubuk larangan appBab 22 Photo appBab 23 Rasyid appBab 24 Calon istri dokter Idhar appBab 25 Good bye, dokter! appBab 26 Makanan dari Anita appBab 27 Bola api appBab 28 Guna-guna Gina satu appBab 29 Guna-guna Gina dua appBab 30 Guna-guna Gina tiga appBab 31 Mawar hitam Gina appBab 32 Istikharah, cinta! appBab 33 Air terjun Perentak satu appBab 34 Air terjun Perentak dua appBab 35 Lelaki misterius satu appBab 36 Lelaki misterius dua appBab 37 Dibekap appBab 38 Oh my Hero! appBab 39 Trauma appBab 40 Nyanyian rindu appBab 41 Pertemuan appBab 42 Pertemuan dua appBab 43 Pertemuan tiga appBab 44 Bayu Arya, who are you? appBab 45 Pakdo kenal Bayu Arya? appBab 46 Foto pernikahan Pakdo Marlin appBab 47 Galau appBab 48 Cepi appBab 49 Jumat kelabu appBab 50 Siapa yang menyerupai kami? appBab 51 Acara perpisahan 1 appBab 52 Acara perpisahan 2 appBab 53 Pulang appBab 54 Permintaan Mamak appBab 55 Hijrah appBab 56 Sidang skripsi appBab 57 Wisuda appBab 58 Rukiyah appBab 59 De Javu appBab 60 Mentawai appBab 61 Pulau eksotis appBab 62 Di tengah bencana appBab 63 Aku ingin mati di pangkuanmu appBab 64 Kemunculan Bayu arya appBab 65 Kenapa kau merasa tak pantas? appBab 66 Genggamlah tanganku appBab 67 Aku kuliah di Harvard appBab 68 Sambutan keluarga Lidia appBab 69 Tidak bisa lagi berpaling appBab 70 Kisah Bayu Arya 1 appBab 71 Kisah Bayu Arya 2 appBab 72 Kisah Bayu Arya 3 appBab 73 Permintaan Lidia appBab 74 Pergi ke tempat Kyai Amran appBab 75 Melamar di mobil appBab 76 Menemui Pakdo Marlin appBab 77 Lamaran appBab 78 Akad nikah appBab 79 Resepsi pernikahan appBab 80 Samawa selamanya app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta