Bab 7 Kantor kecamatan

Kantor kecamatan seperti sebuah bangunan perkantoran pemerintah daerah pada umumnya. Di tengahnya terdapat gerbang masuk perkantoran. Halamannya nampak gersang, bagian pinggirnya ditumbuhi pohon pinang yang buahnya sudah banyak yang masak. Di depan kantor, terdapat beberapa motor yang terpakir. Kami di sambut salah satu pegawai yang memakai baju olah raga, sepertinya kalau hari jumat mereka memakai seragam olah raga semua, sebelum memulai tugas mereka melakukan senam SKJ dahulu. Namun ada beberapa orang memakai pakaian biasa sedang duduk di bangku panjang yang disediakan, sepertinya mereka warga mau mengurus surat menyurat seperti KTP atau kartu keluarga. Kami menyalami para pegawai di sana, mereka menyambut kami dengan ramah. Selanjutnya kami diarahkan ke sebuah ruangan, di sana kami di sambut oleh seorang bapak, kumis tebalnya membuat bapak tersebut penuh wibawa. "Pak Camat ada urusan di kabupaten, rumah dinasnya ada di belakang kantor ini, tapi kalau akhir pekan beliau pulang ke rumah pribadinya di kota kabupaten," kata bapak tersebut memulai percakapan. Akhirnya urusan kami diskusikan dengan bapak tersebut, bang Joseph mempresentasikan garis program kerja KKN kami, sesekali meminta pendapat teman-temannya. Bapak tersebut menyimak obrolan kami dengan antusias, sesekali diselingi candaan membuat kami tertawa. Tiba-tiba rasanya aku pingin pipis, dan tidak bisa tertahan. Akhirnya aku permisi keluar dan mencari toilet. Lega rasanya habis membuang air kecil, aku segera kembali keruangan tadi. "Ngapo anak KKN tu tinggal di situ?" Mendengar seseorang menyebut tempat tinggal anak KKN spontanitas kuhentikan langkahku, aku berusaha mengintip ke dalam ruangan asal pembicaraan tersebut. Di sana terdapat empat orang pegawai laki-laki dan tiga orang pegawai perempuan yang terlibat pembicaraan. "Entahlah, datuk kepala desa yang menempatkannya." "Dak ado tempat lain apo?" "Manalah ada rumah kosong di kampung ni, cuma rumah dua itu yang kosong." "Mano orang baru lagi, mereka tu anak muda, biasanya suka cakap baseng." "Anak mudo biasanya lakunya sembrono pulak." Haaa? Mereka ngomongin rumah posko kami, ada apa emangnya di rumah posko kami? "Sedang apa?" "Ha!" Aku terkejut, tiba-tiba di belakangku ada seorang lelaki paruh baya, wajahnya dicondongkan kearahku dengan posisi menguping. "Bapak lagi ngapain?" "Lah, kamu lagi ngapain?" jawab lelaki dengan kumis baplang dan rambut yang sudah ditumbuhi uban itu "Lagi nguping apa?" lanjutnya. "It _ itu pak ... bapak-bapak itu lagi ngomongin rumah posko kami," kataku sambil berbisik "Oh?" katanya sambil berlalu "Eh, ngapain masih disitu?" ujarnya sambil menoleh kearahku yang masih bertahan pengen menguping pembicaraan para pegawai tersebut. "Ayo," ajaknya lagi "Tap_ tapi pak__" "Hmm, mau tahu tidak?" tanyanya dengan mata membulat "Ha? Ya,ya!" jawabku cepat sambil mengikutinya. Aku berharap bapak itu mau memberi tahukan, what wrong with the house? Rasa penasaran ini, butuh jawaban. Kami berdua masuk keruangan di mana anak-anak KKN berada, aku terus membuntuti bapak tadi dan menatapnya dengan harapan bapak tadi mau menceritakan segalanya, namun nampaknya bapak tadi cuek saja, bahkan sempet-sempetnya memelintirkan kumis baplangnya. "Nanti proposal dan rencana kegiatan kalian di urus sama pak Sumarlin," kata bapak yang diawal kami temui menunjuk bapak kumis baplang. "Hmm, antar saja proposalnya ke rumah saya ya, rumah saya dekat kok dari posko kalian," kata pak Sumarlin tersebut sambil mengerling mata padaku. "Jangan lupo antar ke rumah sayo, nanti di sana kita ngobrol-ngobrol yo?" Pak Sumarlin menghadap padaku, hmmm sepertinya ini kode untuk memberitahukan apa yang pengen kutahu. "Okeh, Pak!" Aku tersenyum sumringah kearahnya sambil mengacungkan dua jempol di dada, girang banget seperti mendapat undian berhadiah saja, orang-orang di dalam ruangan terlihat menatap keheranan dengan reaksiku. Ah, sepertinya reaksiku terlalu berlebihan. *** Sepulang dari kantor kecamatan aku langsung mengerjakan proposal kegiatan, biasanya kalau sudah di depan komputer aku sering lupa waktu. Aku bisa betah berjam-jam di warnet atau di rental komputer untuk mengerjakan laporan atau membuat karya ilmiah sewaktu masih di kampus. Tidak heran skripsiku sudah selesai seminar proposal, selepas KKN ini aku tinggal penelitian, seminar hasil, dan sidang skripsi, sudah itu kelar tinggal wisuda deh. Kuliah di jurusan ekonomi keuangan dan akuntansi membantuku dalam merancang anggaran acara. "Orang salat jumat sudah turun itu, Lid. Salat zuhur dulu," tegur Widya yang sedang melepas mukena selesai salat "Hmmm." Aku hanya berdehem, nanggung ni nyelesaikan bab pendahuluan. "Jam berapa sekarang?" tanyaku. Mataku melirik tampilan jam yang ada di sudut monitor layar komputer. "Ha? Jam 2, salat dulu, ah." Aku bicara sendirian sambil menyimpan data ketikan, tanpa mematikan komputer. Sehabis salat dan makan siang kulanjutkan mengetik hingga sore. Sayang komputer Gina diletakkan di posko cowok, jika di posko cewek kugarap proposal ini lembur hingga malam hari.
Pengaturan
Latar belakang
Ukuran huruf
-18
Buka otomatis bab selanjutnya
Isi
Bab 1 Prolog Bab 2 Anak Kecil di Tengah Sawah Bab 3 Bukit Manau Bab 4 Lolongan Anjing Bab 5 Pohon Jeruk Bali Bab 6 Kedatangan Papa Mama Gina Bab 7 Kantor kecamatan Bab 8 Kopi Panas Bab 9 Piket Harian 1 Bab 10 Piket Harian dua Bab 11 Rumah kosong di belakang posko appBab 12 Nyai Rudiyah appBab 13 Pakdo Marlin appBab 14 Puskemas appBab 15 Puskesmas dua appBab 16 Aslan appBab 17 Baper appBab 18 Jangan sendirian appBab 19 Ambruk appBab 20 Jeritan tengah malam appBab 21 Lubuk larangan appBab 22 Photo appBab 23 Rasyid appBab 24 Calon istri dokter Idhar appBab 25 Good bye, dokter! appBab 26 Makanan dari Anita appBab 27 Bola api appBab 28 Guna-guna Gina satu appBab 29 Guna-guna Gina dua appBab 30 Guna-guna Gina tiga appBab 31 Mawar hitam Gina appBab 32 Istikharah, cinta! appBab 33 Air terjun Perentak satu appBab 34 Air terjun Perentak dua appBab 35 Lelaki misterius satu appBab 36 Lelaki misterius dua appBab 37 Dibekap appBab 38 Oh my Hero! appBab 39 Trauma appBab 40 Nyanyian rindu appBab 41 Pertemuan appBab 42 Pertemuan dua appBab 43 Pertemuan tiga appBab 44 Bayu Arya, who are you? appBab 45 Pakdo kenal Bayu Arya? appBab 46 Foto pernikahan Pakdo Marlin appBab 47 Galau appBab 48 Cepi appBab 49 Jumat kelabu appBab 50 Siapa yang menyerupai kami? appBab 51 Acara perpisahan 1 appBab 52 Acara perpisahan 2 appBab 53 Pulang appBab 54 Permintaan Mamak appBab 55 Hijrah appBab 56 Sidang skripsi appBab 57 Wisuda appBab 58 Rukiyah appBab 59 De Javu appBab 60 Mentawai appBab 61 Pulau eksotis appBab 62 Di tengah bencana appBab 63 Aku ingin mati di pangkuanmu appBab 64 Kemunculan Bayu arya appBab 65 Kenapa kau merasa tak pantas? appBab 66 Genggamlah tanganku appBab 67 Aku kuliah di Harvard appBab 68 Sambutan keluarga Lidia appBab 69 Tidak bisa lagi berpaling appBab 70 Kisah Bayu Arya 1 appBab 71 Kisah Bayu Arya 2 appBab 72 Kisah Bayu Arya 3 appBab 73 Permintaan Lidia appBab 74 Pergi ke tempat Kyai Amran appBab 75 Melamar di mobil appBab 76 Menemui Pakdo Marlin appBab 77 Lamaran appBab 78 Akad nikah appBab 79 Resepsi pernikahan appBab 80 Samawa selamanya app
Tambahkan ke Perpustakaan
Joyread
UNION READ LIMITED
Room 1607, Tower 3, Phase 1 Enterprise Square 9 Sheung Yuet Road Kowloon Bay Hong Kong
Hak cipta@ Joyread. Seluruh Hak Cipta