Bab 1 Pengantin yang Ditukar
KAYANA MISLAV
Aku sedang menepis secarik surat kabar yang terbang ke arahku. Saat akan aku singkirkan kertas itu, aku melihat sebuah gambar berwarna hijau pekat. Tanganku gemetar saat itu juga.
Hutan Encevale? Kenapa aku harus berurusan lagi dengan tempat itu?
Hutan Encevale adalah tempat berkumpulnya para werewolf dari berbagai pack yang ingin melakukan perburuan bersama. Kawasan hutan itu dikelilingi oleh pagar sihir. Bagi orang luar, hutan Encevale terlihat begitu angker dan menyeramkan. Karena para penyihir yang dipekerjakan oleh masing-masing pack, bekerja keras untuk menjaga dan melindungi hutan agar tetap murni.
Tiga tahun yang lalu, dua pack terbesar di negara bagian Encevale, yakni Pack Wolk dan Pack Braka, membentuk sebuah aliansi. Mereka adalah kombinasi pack terkuat. Dan aliansi itu benar-benar menggemparkan seluruh dunia.
Untuk memperkuat aliansi tersebut, salah satu Luna terbaik dari Pack Braka dinikahkan secara politis dengan sang Alpha dari Pack Wolk. Malam itu, selain sebagai penanda awal mula musim berburu, juga sebagai malam pernikahan sang Alpha dan sang Luna dari kedua pack yang sudah resmi beraliansi. Pernikahanku.
Di atas arena gulat, aku melihat sang Alpha dari Pack Wolk baru saja menunjukkan kehebatannya usai mengalahkan Beta terkuat dari Pack Braka dalam adu gulat persahabatan.
Aku menyaksikan segalanya di bawah bayang-bayang gelap tenda-tenda yang dibangun di arena perburuan.
"Alpha Knight Mislav sedang sakit sehingga aku yang datang untuk mewakili Pack Braka," ujar sang Beta. "Kedatangan kami juga untuk mengantarkan pengantinmu, Alpha."
Aku tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Hatiku rasanya sakit sekali.
Alpha Dexter, pria berbadan kekar dan bertelanjang dada itu bermandikan keringat. Napasnya terengah-engah ketika dia mengangkat kedua tangannya dengan diiringi sorak sorai dari seluruh anggota pack.
"Terimakasih untuk hadiah kalian. Musim perburuan telah dimulai. Malam ini, kita akan berpesta hingga pagi sebelum besok kita memulai perburuan."
Sorakan kembali menggema diiringi dengan tepuk tangan dari seluruh anggota kedua pack yang datang ke hutan Encevale malam itu. Hanya aku yang merasakan kengerian.
Hadiah? Cih. Aku kepalkan tangan kuat-kuat.
Beta dari Pack Braka menghampiri Alpha Dexter dari Pack Wolk sambari menyodorkan segelas anggur. Dia mengucapkan selamat pada Alpha Dexter karena menjadi pemenang dalam adu gulat malam itu. Sekaligus sebagai penentuan, pack mana yang akan memimpin perburuan musim ini.
"Terima kasih untuk anggurnya. Malam ini aku sepertinya sudah cukup mabuk. Aku ingin kembali ke tendaku dan menikmati sepanjang malam ini bersama Luna tercintaku."
Aku gelagapan.
Alpha Dexter berjalan sempoyongan meninggalkan panggung dan menuju ke tendanya. Saat itulah aku meninggalkan area gelap di luar tenda dan segera bersembunyi.
"Terlambat untuk kabur," bisik seseorang di belakangku sambil menodongkan belati pada pinggangku. "Kembalilah ke tendamu, Luna. Selesaikan tugasmu!"
Aku melirik dan menyadari Beta dari Pack Braka, pack tempat aku hidup dan tinggal selama ini, sedang berdiri mengancam di belakangku.
Aku tidak punya pilihan selain kembali ke tenda utama sekaligus tenda terbesar yang dibangun di area perburuan. Aku sudah dikurung di sini sejak sore dan tidak ada jalan untuk kabur.
"Alpha Dexter sudah cukup mabuk. Aku memudahkan urusanmu malam ini!" ujarnya sekali lagi sebelum mendorongku masuk ke tenda.
Aku kembali ke tanda yang memiliki penerangan redup itu. Aku… Merasa sesak sekali jika mengingat kejadian malam itu.
Alpha Dexter terengah-engah di atas ranjang super besar dan empuk. Dia memegang erat kedua pergelangan tanganku yang sama sekali tidak berdaya. Dia menjepitku di bawah tubuhnya.
Alpha Dexter menenggelamkan wajahnya ke lekuk leherku. Aku tidak berdaya. Bahkan bersuara pun aku terlalu takut. Rambut panjangku berjuntaian di atas bantal dan menguarkan bau shampo yang begitu wangi dan lembut.
Sejak hari itu, aku tidak pernah lagi mau memakai sampo dengan aroma itu.
Ranjang super besar itu sampai terdorong ke ujung. Dia melakukan percintaan yang paling primitif. Dengan kekuatannya, Alpha Dexter seolah tidak terbendung. Sedangkan aku hanya bisa menangkap bau alkohol yang keluar dari tubuhnya.
Aku hanya berbaring di bawah tubuh Alpha Dexter dan tidak berdaya. Tanganku hanya bisa mengepal kuat. Kuku-kukuku yang sebelumnya mereka cat warna merah, kini mencengkeram kuat ke telapak tanganku hingga berdarah.
Alpha Dexter terus mencumbuku bolak-balik. Aku hanya merasakan kesakitan dan kehancuran yang tidak berakhir. Pada puncaknya, entah bagaimana aku merintih panjang dan noda merah tertinggal di sprei putih tempat kami bercumbu. Aku jijik pada diriku sendiri.
Alpha Dexter jatuh limbung usai melampiaskan seluruh hasratnya. Dia jatuh tertidur di sampingku dan meringkuk seperti bayi. Sedangkan aku… Hanya mampu beruraian air mata tanpa suara.
Aku berusaha bangkit perlahan dan meninggalkan Alpha Dexter. Aku menghindar dengan sangat berhati-hati agar tidak membangunkan pria itu.
Aku berjuang keras sampai bisa berdiri di dekat jendela dan memandangi langit dengan bulan purnama di luar sana. Aku terngiang-ngiang ucapan ibu sebelum dibawa ke hutan Encevale dan melangsungkan pernikahan politis dengan pria yang belum pernah aku temui seumur hidupku.
"Kayana, dengarkan aku baik-baik." Ibu berbicara dengan wajah memohon sebelum aku dikirim ke pernikahan paksa ini.
"Apapun yang terjadi, kau harus menikah dengan Alpha Dexter dan mendapatkan keturunan darinya. Jika tidak, Pack Braka akan tamat."
Aku hanya menatap wajah ibu yang terlihat begitu putus asa.
"Sebelum orang lain menyadari bahwa eksistensi pack kita semakin melemah–selain karena hancurnya perekonomian juga ancaman serangan dari timur laut, kita harus mencari perlindungan dan kekuatan dari Pack Wolk."
"Ayahmu sekarat! Dia satu-satunya Alpha di pack kita. Jika dia meregang nyawa dan pack kita tidak memiliki pelindung, maka kita semua akan dihancurkan dan tidak akan tersisa. Ibu tidak punya pilihan lain. Kayana, kamu harus mengorbankan dirimu sebagai Luna dari Pack Braka dan menikahi Alpha Dexter dari Pack Wolk."
"Aku tidak mengenalnya, Bu. Aku juga tidak mencintainya. Bahkan aku tidak pernah melihat wajahnya. Bagaimana bisa kau memintaku menikah dengan pria asing ini? Dia… Terkenal sangat kejam."
Wajah putus asa ibuku berubah menjadi kemarahan.
"Aku tidak peduli meskipun kau tidak menyukainya. Kau hanya perlu bercumbu dengan dia dan mendapatkan anak darinya. Anak itu yang akan menjadi daya jual pack kita. Jika kau hamil dan memiliki anak dari Alpha Dexter, aku yakin Pack Wolk tidak akan membiarkan kita menderita."
Aku kaget dengan ucapan ibuku.
Ini seperti menjalankan misi yang mustahil. Bagaimana bisa aku mendapatkan anak dari Alpha yang terkenal mandul seperti Alpha Dexter?
Aku menyadari satu hal. Karena itulah, ibu memgirimku ke sini. Tidak akan butuh waktu lama sampai aku diusir atau bahkan dibunuh oleh Alpha Dexter. Dia akan menyalahkanku karena tidak mungkin bisa menghasilkan anak. Selain itu aku juga–
Memikirkan ucapan ibu, membuat aku merasa mual. Aku berjalan meninggalkan jendela dan langkahku terhenti karena rasa nyeri di sekitar selangkangan.
Pada saat yang sama, Alpha Dexter mengerang dan membalik badan. Dia tiba-tiba meraba tempat tidur di sampingnya yang kosong dan mulai menggeliat.
"Apa yang kau lakukan di sana? Kau tidak tidur? Kemarilah datang ke pelukanku," pinta pria itu dengan manja.
Suasana tenda masih dalam pencahayaan redup. Aku begitu gemetar ketakutan.
Apa yang akan aku alami jika sampai Alpha Dexter melihat wajahku yang buruk rupa ini? Saat ini aku sengaja meredupkan cahaya lampu agar dia tidak menyadari keberadaanku.
Sepertinya pria itu menjadi gusar. Dia bangkit dari tempat tidur dan menuju padaku.
Cahaya bulan purnama menyinari sebagian wajahku dari jendela. Sekilas kulihat Alph Dexter terkejut menatapku. Refleks aku pun menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajahku darinya. Aku begitu panik.
"Tunggu, siapa kau?" teriak Alpha Dexter yang baru terbangun dan dalam keadaan masih separuh mabuk.
Untuk memastikan penglihatannya, dia bahkan menuju ke tempat saklar lampu berada. Dia berusaha menerangi seluruh tenda dengan cahaya.
Wajah Alpha Dexter terlihat sedingin es. Dia tidak memakai sehelai pakaian pun di tubuhnya. Dan aku begitu gemetar membayangkan seluruh tubuh yang begitu memukau dan berotot itu beberapa waktu yang lalu membungkusku dengan begitu hebatnya.
"Katakan siapa kau?" teriak pria itu sambil berbalik untuk mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai.
Dia memakai bajunya dengan tergesa-gesa sambil berjalan menuju ke arahku.
Pria itu mencengkram kedua bahuku dan memaksaku berdiri. Aku terus menunduk untuk menyembunyikan wajahku yang separuhnya dipenuhi bekas luka.
Dia semakin marah. Dia jepit daguku dan mengangkat wajahku agar menatap matanya. Aku melihat kemarahan di mata Alpha Dexter.
"Kau… Bukan April Mislav? Siapa kau sebenarnya? Berani-beraninya kau menyusup ke tendaku dan… Di mana pengantinku?"
Seolah-olah baru menyadari kesalahannya, Alpha Dexter berteriak lebih keras. Dia marah dan mendorongku dengan sangat kuat sampai aku tersungkur ke lantai.
"April Mislav?" Tentu saja aku kaget mendengar pertanyaannya. "Apa maksudmu? Akulah yang menikah denganmu. Namaku Kayana Mislav. Akulah pengantinmu!"
Alpha Dexter berdiri menjulang di depanku.
"Biar aku panggilkan para warrior untuk mengeksekusimu. Berani sekali kau menyelinap ke dalam tendaku dan berpura-pura menjadi istriku?"
"Dexter… Tu-tunggu! Apa maksudmu dengan berpura-pura menjadi istrimu? Aku memang istrimu. Aku adalah Kayana Mislav. Aku Luna dari Pack Braka yang malam ini kau jadikan istrimu. Aku yang menikah denganmu, bukan April Mislav."
Dexter terlihat lebih marah dan juga kebingungan.
"Kayana Mislav? Istriku? Omong kosong apa ini? Perempuan yang aku nikahi dari Pack Braka adalah April Mislav, bukan kau! Dan siapa kau, perempuan lacur?"
Seolah-olah Alpha Dexter baru saja tersadar dari mimpi buruknya. Dia lalu menyeringai dan mencemooh ke arahku.
"Apakah ini permainan yang dilakukan oleh Pack-mu? Mereka mengatakan aku akan menikah dengan April Mislav. Tapi lihat siapa yang mereka kirimkan ke dalam tenda pengantinku? Perempuan buruk rupa yang sangat menjijikkan."
Aku tertawa lirih. Aku tidak ingin berakhir seperti ini dan mati di hutan Encevale.
"Kau tidak bisa mengusir dan membuangku begitu saja, Alpha Dexter. Kau sudah menikahiku di bawah sumpah Dewi Bulan. Dan kau baru saja merenggut keperawananku. Apa kau lupa bagaimana kau mencumbuku seperti orang gila di atas ranjang itu?"
Aku begitu marah dan terhina. Kutunjuk noda darah kesucianku di atas sprei putih yang kini sudah kusut dan berantakan.
Alpha Dexter hendak pergi. Mungkin dia ingin memanggil para warrior untuk menangkap dan mengusirku. Atau bahkan membunuhku.
Aku begitu panik dan segera menyusul. Tapi, setelah dia memanjakan diriku dan melakukan seluruh malam yang begitu erotis itu, kedua kakiku menjadi lemas. Aku sama sekali tidak terbiasa. Aku jatuh dengan kikuk ke lantai hanya setelah beberapa langkah.
"Ah!" Aku merintih kesakitan.
Aku jatuh bercampur dengan air mata sakit hati di wajahku.
"Apa yang kau lakukan? Kau berpura-pura kesakitan? Menunjukkan tangisan palsumu di depanku? Sepertinya kau cukup ahli melakukan seluruh sandiwara ini. Apa sebenarnya yang Pack Braka rencanakan padaku? Apakah dengan menukar pengantinku diam-diam, kalian berharap aku tetap akan menyelamatkan Pack Braka? Ini penghinaan!"
Alpha Dexter menatapku. Tatapannya begitu dingin. Penampilannya begitu menyedihkan dan tidak ada sedikitpun kelembutan. Dia menatapku dengan pandangan jijik.
"Kau benar-benar gadis pembohong yang menjijikkan. Apa kau pikir dengan naik ke atas tempat tidurku dan membohongiku saat aku tidak sadar, kau bisa mengubah segalanya?"
Alpha Dexter melotot tajam padaku dengan segala tuduhan itu.
Aku benar-benar sakit hati dengan kata-kata pedasnya. Aku menatap Alpha Dexter yang berdiri menjulang di hadapanku.
"Aku istrimu. Bagaimana bisa kau menganggapku sebagai seorang pelacur yang bisa kau gunakan lalu kau buang setelah kau merasa kecewa? Apa hanya karena bekas luka di wajahku ini sehingga aku tidak layak berada di sampingmu dan menjadi istrimu?"