Bab 3 Para Penagih Utang
KAYANA MISLAV
Tiga tahun kemudian.
Kuremas dan kubuang robekan surat kabar itu. Aku kembali berjalan, kali ini dengan langkah lebih lebar dan cepat.
Di bawah bayang-bayang bangunan tua terbengkalai di gang-gang Kota Encevale, terdapat tempat-tempat terpencil, gelap, dan ditinggalkan. Tempat ini dihuni oleh para gelandangan, penjahat, pengedar narkotika, bahkan para werewolf liar yang sudah diusir dari pack mereka. Tempat itu biasa disebut sebagai Distrik Tanpa Nama.
Seharusnya, aku tidak perlu menginjakkan kaki lagi di tempat ini. Karena suatu hal yang mendesak, aku terpaksa harus kembali ke sini.
Sekujur tubuhku rasanya merinding. Aku pun mempercepat langkah kakiku menyusuri gang-gang yang gelap. Kesalahanku berikutnya adalah aku memakai baju yang terlalu ketat. Bahkan sepatu hak tinggiku terasa sangat mengganggu.
Semakin aku mempercepat langkah, aku merasakan beberapa bayangan secara bertahap mendekat dari belakang. Aku juga mendengar suara-suara–tapak kaki yang begitu cepat dan ringan. Aku tersentak kaget. Bayangan-bayangan itu menekanku bahkan hingga membuatku sulit untuk bernafas.
"Aahh!"
Aku menjerit saat tiba-tiba seekor serigala besar melompat dari satu arah dan menghalangi langkahku. Kaki depannya terulur. Rahangnya terbuka. Dia membantingku dengan keras ke salah satu dinding gang yang dipenuhi dengan lumut dan jamur.
Secara naluriah, aku meringkuk dan menyilangkan kedua tangan untuk melindungi kepalaku.
"Siapa kau? Apa yang kau inginkan dariku?"
Tempat itu terlalu gelap. Aku hanya merasakan hembusan napas sang serigala yang panas dan bau di antara angin yang bergulung-gulung di sepanjang gang. Suasana terlalu sunyi. Aku hanya mendengar tetes-tetes air sisa hujan dari tepian atap bangunan kosong.
Aku berusaha untuk berdiri tapi berulang kali sepatuku tergelincir.
Kota ini selalu membawa masalah untukku. Aku sudah bersumpah dan bertekad tidak akan pernah kembali, tapi aku terpaksa harus datang karena urusan bisnis yang sangat penting dan mendesak.
Aku bisa merasakan hembusan napas kasar serigala besar yang baru saja membantingku ke dinding. Dia tertawa dingin. Dia mendekatiku dengan langkah berat. Saat semakin dekat, dia berubah menjadi satu sosok pria bertubuh gemuk. Dia datang dan menjambak rambut panjangku dengan begitu kasar.
Aku hanya bisa menjerit sambil menahan rambutku yang terus-menerus dia tarik. Aku sadar pria gemuk ini berpakaian cukup mewah meski terlihat norak. Dia juga mengenakan jam tangan emas. Hanya saja aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Sambil meludah, dia berkata.
"Dasar jalang! Perhatikan baik-baik wajahku ini. Aku sudah mencarimu selama tiga tahun. Benar-benar suatu keajaiban aku bisa menemukanmu di tempat seperti ini. Sebaiknya kau jangan pura-pura lupa dan segeralah bayar utang-utangmu!"
Aku hanya bisa menjerit dan merintih kesakitan. Kulit kepalaku rasanya begitu panas saat rambutku ditarik dengan begitu kuat oleh pria ini. Aku bisa melihat dengan jelas gigi-gigi pria itu runcing tidak wajar dan benar-benar menjijikkan.
Aku hanya bisa menahan keinginan untuk tidak muntah dan dengan suara merintih aku berkata padanya. "Maaf, Tuan. Saya benar-benar tidak mengenal Anda. Apakah Anda… Salah satu kreditur Braka Company? Mitra mana yang mengirimmu?"
Mataku juga terasa panas karena menahan sakit yang luar biasa di kepala. Bukan pertama kali aku menghadapi orang-orang seperti pria ini.
Selama tiga tahun lamanya. Aku terus-menerus dikejar oleh para rentenir yang menagih utang. Aku pikir sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini, tapi ternyata tidak juga. Aku tahu persis kenapa orang-orang ini terus melacak dan memburuku.
"Gadis terkutuk!" bisik pria itu dengan penuh ancaman. "Kamu cukup pintar untuk mengetahui bahwa kamu mempunyai utang."
Pria gemuk itu tiba-tiba melepaskan jambakannya dari rambutku. Mungkin dia mulai melunak usai aku menyadari kesalahanku. Dia mencibir sambil melemparkan selembar kertas ke wajahku.
"Itu surat utang yang ditandatangani oleh ayah angkatmu–Knight Mislav. Sepuluh juta penuh! Bawakan padaku sekarang juga."
Pria itu berdiri sambil sedikit menundukkan kepala. Dia sedang berusaha menyulut sebatang rokok.
Aku dengan tangan gemetar mengambil kertas utang tersebut dan membacanya.
"Sepuluh juta?"
Tentu saja aku kebingungan saat melihat isi surat utang tersebut. Di bagian bawah ada stempel ayah angkatku–Knight Mislav dan juga tanda tangannya. Aku benar-benar kebingungan.
Aku bangkit sambil mengepalkan tangan. Aku kembalikan surat utang itu dan mendorongnya ke dada pria gemuk itu.
"Kau mau mencoba menipuku, Tuan? Tidak mungkin. Ini bukan surat utang milik ayahku. Aku tahu pasti peminjam uang ini adalah Alpha Zeppelin, tetapi bahkan tidak ada nama Alpha Zeppelin di sana sebagai daftar debitur asli."
Aku tahu betul berapa jumlah utang-utang yang ditinggalkan oleh ayah angkatku dan juga kesalahan yang ditimbulkan oleh Pack Braka. Selama tiga tahun aku bekerja sangat keras untuk membayar seluruh kerugian yang bahkan bukan aku yang menyebabkannya. Lalu setelah aku yakin semuanya sudah lunas, kenapa tiba-tiba muncul surat utang baru?
Pria itu menghembuskan asap rokoknya dengan angkuh di depan wajahku.
"Jadi, kau mau mengelak dari kewajibanmu membayar utang?"
Pria itu tampaknya marah. Dia mengeluarkan cakar-cakarnya. Dia kembali membungkuk dan mengubah diri menjadi seekor serigala gemuk yang menakutkan. Dengan santai dia memamerkan taring-tarinya di depanku.
"Semua itu adalah uang yang dihasilkan oleh ayah angkatmu. Seluruh kredit dan utang-utang ditambah bunga semuanya menjadi sepuluh juta dan dibebankan atas namamu–Kayana Mislav. Jika kau tidak membayar hari ini juga, aku akan merusak kembali wajahmu yang kini sudah berubah menjadi cantik. Bukankah kau akan benar-benar rugi?"
Aku terkesiap mendengarnya. Selama tiga tahun ini pula aku menjalani pengobatan dan berbagai jalan untuk menyembuhkan bekas luka di wajahku.
Apa dia bilang? Dia ingin merusak lagi wajahku yang sudah susah payah aku kembalikan ke bentuk aslinya?
Aku benar-benar menggigil melihat cakar-cakar dan taringnya yang mengkilat. Aku ketakutan dan mundur perlahan. Aku harus mencari jalan keluar.
"Wah, kau sayang wajahmu rupanya, ya?"
Aku kepalkan tangan kuat-kuat. Aku tidak peduli jika saat ini dia akan menghancurkan lagi wajahku. Tapi, jika sampai dia membunuhku dan aku tidak bisa pulang, bagaimana dengan mereka yang sudah menungguku di rumah saat ini?
Serigala itu mendekat dengan penuh ancaman. Dia menggeram dan mendesis.
"Tu-tuan… Kamu ingin aku membayar 10 juta sekarang juga? Tapi di mana aku bisa mendapatkan uang-uang itu? Setidaknya beri aku waktu beberapa hari biar aku pikirkan solusinya."
Aku berusaha untuk mengulur waktu dan mengajak pria ini untuk berbicara. Aku tahu orang-orang yang datang untuk menagih utang semuanya putus asa. Jika aku tidak menangani mereka dengan baik, aku bisa saja kehilangan nyawa saat ini juga.
Tiba-tiba serigala itu terhenti. Dia menelengkan sedikit moncongnya.
"Apa katamu? Kamu ingin memikirkan solusinya? Kau pikir siapa dirimu?"
Tiba-tiba serigala itu melompat dan mendorong dadaku dengan keras. Aku tidak siap dan jatuh terlentang di tengah-tengah gang yang basah. Rasanya sangat sakit dan sesak.
Dia tekankan kedua kaki depannya ke dadaku dan membuatku tidak berdaya.
"Sulit sekali menemukanmu, Kayana Mislav. Butuh waktu tiga tahun penuh sampai keajaiban yang membawaku padamu malam ini. Aku sudah memikirkan bagaimana kamu harus membayar kembali 10 juta itu."
Aku hanya melotot tajam sambil berusaha meloloskan diri. Mendengar perkataan pria itu, aku yakin dia tidak akan membunuhku. Tapi, mungkin dia akan melakukan hal yang lebih menakutkan daripada membunuhku.
Pria itu mundur dan melepaskan kedua kaki depannya dari tubuhku. Dia berubah lagi menjadi manusia. Aku melihat dia menjentikkan jari dan dua serigala hitam datang dari ujung gang.
"Bawa perempuan ini. Dia harus membayar utang-utangnya. Membunuhnya hanya akan membawa masalah untuk kita. Kita akan kehilangan uang yang lebih besar."
"Baik, Bos!" ujar kedua serigala hitam itu yang kini berubah menjadi dua pria berbadan besar.
Aku masih tersungkur dengan pakaian separuh basah. Aku benar-benar menggigil ketakutan. Bahkan sepatuku terlepas sebelah. Ke mana mereka akan membawaku? tidak! Aku harus pulang!
Aku berteriak dan melawan. Mereka menyeretku dengan paksa dan membawaku menuju ke mobil yang terparkir di ujung gang.
Saat mereka akan memasukkanku ke bangku belakang mobil, aku menendang pintu mobil itu hingga menutup. Aku semakin kuat memberontak dan berusaha lari. Tapi seseorang kembali menarik tanganku.
"Dasar kalian bajingan! Lepaskan aku! Kalian tidak bisa membawaku. Aku harus pulang karena ada yang sedang menungguku di rumah!"
Aku berusaha meloloskan diri dari mereka dan berlari ke jalanan. Tiba-tiba dari arah berlawanan datang sebuah mobil yang melaju dengan kencang.
"Aaaah!" Aku menjerit saat mobil itu akan menabrakku.