Bab 5 Bebas dari Preman tapi Ditawan Alpha Dexter
DEXTER BROWN
“Itu kamu! Berani sekali kamu!”
Hanya dengan sekali pandang, aku bisa mengenali perempuan ini. Dia perempuan yang sangat aku benci selama tiga tahun terakhir dan terus-menerus bersemayam di dalam ingatanku.
Bisa kubayangkan saat ini urat-urat di keningku menonjol. Tenggorokanku rasanya hampir meledak untuk memuntahkan segala kemarahan dan kata-kata kotor.
“Kamu… Berani sekali kembali dan muncul di hadapanku!”
Meski sekarang wajahnya berubah menjadi cantik. Sangat cantik. Dia tidak lagi seperti perempuan buruk rupa yang terakhir kali aku temui tiga tahun lalu.
Bagaimana bisa?
Bekas luka di wajahnya menghilang dan kini dia benar-benar terlihat begitu cantik. Aku tidak akan mengagumi dan tertipu dengan kecantikan palsunya. Bagaimanapun dia adalah perempuan palsu! Dan aku semakin jijik saat tahu mungkin dia sudah melakukan operasi plastik untuk menghilangkan bekas luka di wajahnya.
Jika bukan karena perempuan ini, aku dan April tidak akan bisa kembali ke masa lalu. Semua karena dia! Perempuan penipu yang licik ini!
Bukannya merasa bersalah dan ketakutan, perempuan ini malah balas menatapku dengan percaya diri.
“Aku tidak berutang apa pun padamu, Alpha Dexter Brown! Kenapa aku harus bersembunyi seperti bayang-bayang gelap yang akan terhapus ketika matahari terbit? Sudah tiga tahun berlalu dan aku sudah cukup bersembunyi.”
“Haha…!”
Kata-kata perempuan ini benar-benar membuatku ingin tertawa terbahak-bahak. Aku begitu jengkel melihat keberaniannya.
Aku sama sekali tidak ragu dan segera menarik lengannya. Aku seret dia agar berdiri dari tanah dan berkata dengan begitu tajam ke telinganya.
“Kau harus membayarnya kali ini, Kayana Mislav!”
Aku benar-benar menyeretnya dari gang sempit dan lembap itu. Aku bawa dia kembali ke mobil tempat di mana Randy menungguku dengan wajah bingung dan kemarahan yang bercampur di wajahnya.
Aku tidak peduli meski perempuan ini menjerit, meronta, bahkan memaki-makiku untuk dibebaskan. Tenaganya sama sekali tidak ada apa-apanya bagiku. Aku dapat dengan mudah mengangkat tubuhnya jika memang harus, tapi cukup dengan menyeretnya saja dia sudah tidak bisa melawan.
Begitu melihat aku datang sambil menyeret perempuan ini, aku menyadari tatapan Randy berubah menjadi prihatin.
“Alpha, apa yang–”
“Menyetirlah!” perintahku setelah mendorong perempuan itu masuk ke bangku belakang dan menutup pintu dengan rapat.
“Cepat jalan!” pintaku pada Randy yang masih juga bergeming di balik kemudi.
Aku yakin saat ini tangan Randy sedang gemetar. Terlihat saat dia menyalakan mesin mobil dan melaju dengan canggung. Tanpa aku perlu mengatakan apa pun, seharusnya Randy sudah tahu ke mana dia harus membawa kami.
Di sepanjang perjalanan, perempuan ini terus berteriak dan memukulku. Dia juga berusaha untuk kabur dengan melompat dari mobil saat melaju kencang di jalanan. Aku menarik tubuhnya tepat waktu dan menaikkan dia di pangkuanku agar tidak bisa lepas lagi. Aku dekap tubuhnya dengan sangat kuat.
Kami tiba di mansion pribadiku yang berada di luar pack. Aku sengaja membangun tempat peristirahatan pribadi ini sebagai tempat singgah, jika aku lelah usai melakukan perburuan.
Aku turun dari mobil dan membuka pintu dengan kasar. Aku benar-benar dikuasai oleh kemarahan sejak pertama kali melihat perempuan ini lagi di gang. Aku menarik tangannya yang kurus dan menyeretnya masuk ke dalam mansion.
“Dexter Brown, lepaskan aku! Apa kamu sudah gila? Kamu benar-benar bajingan! Biarkan aku pergi sekarang juga.”
Perempuan ini terus saja berteriak dan melawan. Keputusan yang tepat karena aku membawanya ke mansion pribadiku. Sekeras apapun dia berteriak, aku tahu tidak akan ada orang yang mendengarkan.
“Mau kau bawa ke mana aku?” Dia terus saja memukul-mukul tanganku meski dia tahu itu sia-sia. “Lepaskan aku! Masa Lalu kita telah lama berakhir dan sudah bersih sejak tiga tahun yang lalu!”
Seketika saat itu juga langkahku terhenti. Saat aku mendengar kata-katanya yang mengatakan bahwa masa lalu kami sudah berakhir, membuatku semakin marah.
“Diam!” bentakku. Apa pun yang dikatakan perempuan ini, aku benar-benar tidak peduli lagi.
Sejumlah warrior yang berjaga di sekitar mansion pun berdatangan ke arah kami. Mereka tampak begitu waspada.
“Tetap awasi tempat ini dan pastikan perempuan ini tidak kabur!”
“Baik, Alpha!” jawab mereka serentak dan tegas.
Tiba-tiba aku merasakan sakit yang luar biasa di pergelangan tanganku. Aku menoleh dan kulihat perempuan itu menggigitku dengan cukup kuat. Aku hanya menahannya sambil menggertakkan gigi-gigiku.
“Pelacur tengik!” teriakku sambil menarik pinggangnya.
Saat aku memegangi tanganku yang terluka karena gigitannya, dia berlari begitu cepat. Tapi, dia tidak akan pernah lolos. Dalam sekejap mata, aku berubah menjadi serigala dan berhasil menyusulnya.
Aku tidak tahan lagi melihat pemberontakannya. Segera kugendong tubuh perempuan ini dengan mudah. Dia masih saja ramping dan rapuh seperti dulu. Aku bawa dia masuk ke mansion.
“Buka pintunya, Randy!” perintahku.
Kedua tanganku sibuk menggendong perempuan yang terus meronta dan memberontak. Randy mengambil kartu kunci dan pintu mansion pun terbuka. Aku gendong perempuan ini melintasi ruang tamu dan menaiki anak tangga satu persatu ke lantai tiga.
Teriakannya benar-benar menarik perhatian. Para omega yang mungkin malam itu sudah beristirahat, tiba-tiba bermunculan dan berkerumun di lantai dasar. Mereka menatapku dengan mata kantuknya.
“Apa yang kalian lihat? Pergi dan kembalilah ke kamar masing-masing!”
Sembari menaiki tangga menuju ke lantai tiga, samar-samar aku mendengar para omega sedang bergosip.
“Siapa wanita penggoda itu?”
“Dia sengaja menarik perhatian Alpha. Lihat saja tingkahnya sangat memalukan.”
“Dia pasti hanya perempuan penghibur murahan!”
Aku berdecak. Kenapa para perempuan selalu membuat kegaduhan? Tanpa menoleh ke arah mereka, aku berteriak dengan cukup keras.
“Jika kalian masih ingin bertahan di pack ini, sebaiknya jangan bicara sepatah kata pun tentang kejadian malam ini. Jika tidak–”
Aku sengaja tidak menyelesaikan kalimatku dan pergi. Tentu mereka sudah tahu konsekuensi yang harus mereka hadapi jika melawan perintahku.
Sayangnya, aku masih saja mendengarkan gumaman dan bisikan yang lain.
“Seorang wanita? Mengapa Alpha begitu marah?”
“Apa pun yang terjadi, dia tetap tampan meski dalam keadaan marah,” balas pelayan yang lain.
Aku yakin Randy bisa membereskan para pelayan yang terlalu ingin tahu itu. Aku tiba di lantai tiga dan menuju ke satu-satunya kamar terbesar di mansion ini.
Perempuan ini terus menjerit, memukul, bahkan mencakar punggungku saat aku panggul tubuhnya di pundak. Aku sudah kebal dengan segala rasa sakit. Lagi pula luka-luka ini tidak akan bertahan lama. Dalam hitungan detik sudah menutup kembali dan tanpa bekas.
Aku sampai tepat di depan kamar terbesar dan sekaligus menjadi kamar favoritku di mansion ini. Sayangnya untuk membuka pintu, aku harus memindai retina mataku. Dan dengan posisi menggendong perempuan yang terus memberontak, ini sangat merepotkan.
Aku lenga. Perempuan itu berhasil memukul rahangku. Dia lalu melompat dari gendonganku dan berlari kembali menuju ke tangga.
“Brengsek!” Kupukulkan tinjuku dengan kuat ke pintu.
Dengan lantang, aku berteriak. Suaraku menggema di penjuru mansion.
“Tangkap perempuan itu!”