Bab 1 Dibiarkan Mati Oleh Keluarga Kandung
Saat malam badai hujan, di bagian dalam penjara yang terbengkalai.
Kedua tangan dan kaki Yasmine Quinton dirantai, tubuhnya penuh dengan bekas tusukan jarum, kulitnya juga sudah membusuk.
Matanya dibalut kain putih yang sudah penuh darah, rambutnya berantakan, dan bibirnya sudah pucat pasi.
Sekujur tubuhnya sangat sakit. Karena pendarahan dan kelaparan untuk waktu yang lama, dia pun tidak ada tenaga untuk meronta.
Sudah lima tahun! Apa akhirnya dia akan mati?
"Kak, bagaimana rasanya kehilangan penglihatan?"
"Isaac pernah memuji bahwa matamu lebih cantik daripada aku. Sayangnya, sekarang mata itu menjadi milikku."
Tamara Judith mendekat sambil berkata dengan lembut dan manis. Gaun panjang putihnya membuatnya terlihat sangat polos dan murni, jauh berbeda dengan Yasmine yang terlihat sangat menyedihkan.
Suara yang familier ini membuat tubuh Yasmine bergetar.
"Tamara, apa kamu gila? Aku adalah kakak kandungmu!"
Yasmine “melihatnya” dengan tidak percaya, Gadis di depannya ini adalah saudara kembar fraternalnya (kembar tidak identik) yang dilahirkan oleh ibu yang sama.
Karena itu, Yasmine tidak pernah mencurigainya.
"Tidak! Aku tidak punya kakak udik yang rendahan dan kotor sepertimu. Setelah aku sengaja membuatmu hilang dan diberikan pada pedagang manusia saat dirimu berusia tiga tahun, seharusnya kamu tidak kembali lagi. Kamu malah merebut cinta Ayah, Ibu, dan kelima kakakku."
"Tapi, segalanya akan segera berakhir."
Selesai bicara, Tamara menghitung langkah kaki di luar penjara, lalu melepaskan Yasmine dan melemparkannya ke tanah. Selanjutnya, dia mengambil rantai itu dan mencekik lehernya sendiri.
Karena tenaganya sangat kuat, dengan cepat muncul bekas darah yang mengejutkan di leher putihnya.
Yasmine sudah dikurung terlalu lama, dirinya terlalu lemah untuk melepaskan diri.
Dia hanya bisa membiarkan Tamara pura-pura ditekan olehnya dengan menyedihkan.
Tamara langsung menangis ketakutan, "Kak, jangan cabut mataku. Aku bukan sengaja menginginkan kornea matamu. Aku juga merasa bersalah ... Maaf ...."
"Jangan mendekat. Ayah, Ibu, Kakak ... aku sangat takut ...."
Tamara menarik tangan Yasmine dan mengarahkannya ke matanya sendiri. Dalam sekejap, hanya berjarak satu inci!
Kemudian, pintu sel ditendang dengan keras.
"Yasmine, apa kamu cari mati?"
Ayah, Ibu, dan kelima kakak laki-lakinya datang. Mereka langsung menarik Tamara dan melindunginya. Semua orang mengelilinginya dan memeriksa luka di leher Tamara.
Mereka menatap Yasmine dengan tatapan dingin dan marah, juga kecewa.
"Plak!"
Ayahnya, Filbert Judith, maju dan menampar Yasmine dengan sangat keras.
Sungguh sakit hingga menyayat hati!
Darah keluar dari matanya, langsung mewarnai seluruh kain putih itu.
Filbert berkata dengan marah, "Yasmine, aku yang menyuruh kakak keduamu untuk mentransplantasikan kornea matamu pada Tamara."
"Kamu adalah narapidana yang sudah dipenjara. Meski sudah dibebaskan, kamu hanya akan menjadi aib bagi Keluarga Judith. Tamara adalah seorang artis, matanya terluka karena menyelamatkan kakak keduamu. Levin. Apa yang sudah kamu lakukan untuk kakak-kakakmu?"
"Kamu orang yang tak berguna. Memberikan matamu pada Tamara adalah berkah bagimu!"
Ucapan ayahnya ini membuat Yasmine merasa seperti ada tulang ikan di tenggorokannya, hatinya hancur, juga merasa sangat jijik.
Apa hal yang dia lakukan untuk kakak-kakaknya belum cukup banyak?
Kakak sulungnya adalah tokoh besar di dunia keuangan. Jadi, selama empat tahun kembali ke Keluarga Judith, Yasmine belajar gila-gilaan tentang keuangan, juga mendapatkan sertifikat dalam dua bulan. Dia bekerja lembur untuk bantu kakaknya membuat laporan, terus bergadang hingga matanya hampir buta.
Namun, setelah proyek berhasil, kakak sulungnya itu, Stefan Judith, malah memberikan setengah dari uang yang diperoleh pada Tamara, agar dia bisa membeli perhiasan dan pakaian mewah.
Yasmine sama sekali tidak mendapatkan apa-apa.
Kata-kata pujian pun tidak didapatkan.
Namun, dia tidak marah. Karena berpikir Tamara juga adalah adik perempuannya, maka sudah seharusnya menikmati kasih sayang dari kakak-kakaknya.
Kakak keduanya, Levin Judith, adalah seorang dokter. Dia terobsesi dengan penelitian medis. Jadi, Yasmine menjadi tikus percobaannya, lengannya penuh dengan tusukan jarum, tapi dia tak pernah berteriak kesakitan.
Levin mengalami kecelakaan mobil dan kakinya lumpuh, bahkan pihak rumah sakit sudah angkat tangan. Yasmine pun mempelajari buku kuno tentang akupunktur, lalu menyembuhkan kaki Levin.
Kakak ketiganya, Cedric Judith, adalah seorang penyanyi terkenal. Jadi, Yasmine berusaha keras untuk mengaransemen lagu dan tari untuk kakaknya ini. Dia sama sekali tidak pernah berharap namanya dikenal, hanya menjadi pendukung di balik Cedric.
Kakak keempatnya, Jimmy Judith, adalah seorang pengacara. Karena bekerja keras dalam jangka panjang, sarafnya pun menjadi tegang. Jadi, Yasmine juga belajar tentang pijat aroma terapi, lalu bantu memperlancar jalur meridian kakaknya.
Kakak kelimanya, Yossi Judith, sama seperti Yasmine yang berkuliah di Universitas Chiaro Utara. Namun, dia malas belajar. Saat ketahuan menyontek saat ujian, dia malah membuat Yasmine harus menanggung kesalahannya. Hal ini membuat Yasmine langsung dikeluarkan dari Universitas Chiaro Utara.
Selama empat tahun ini, Yasmine terus berusaha keras untuk berbaur dengan Keluarga Judith, juga terus berkorban karena memikirkan mereka adalah keluarga kandungnya.
Namun, usahanya sama sekali tidak menghangatkan hati mereka.
Kakak keduanya, Levin, bertubuh tinggi tegap, sekujur tubuhnya memancarkan aura bangsawan yang stabil dan lembut. Melihat penampilan Yasmine yang menyedihkan saat ini, dia pun mengerutkan kening.
Sepertinya hatinya merasakan sesuatu, tapi itu hilang dalam sekejap.
"Yasmine, kamu jangan merajuk lagi."
"Minta maaflah pada Tamara. Kami pun bisa pertimbangkan untuk tidak mempermasalahkan kejahatanmu ini."
Bagaimanapun juga, Yasmine adalah adik kandungnya. Dia sudah terlantar di luar selama bertahun-tahun dan banyak menderita. Jadi, mereka juga merasa cukup bersalah padanya.
Namun, Tamara adalah titik batas mereka.
Sikap Levin ini membuat Yasmine merasa sangat lucu. Mereka sudah mencabut kornea matanya, sekarang masih ingin dirinya minta maaf?
Atas dasar apa?
Apa Tamara pantas?
Kalau sekarang memikirkannya, dia merasa dirinya sangat lucu.
Juga benar-benar bodoh!
Dia terlalu mendambakan kasih sayang keluarga, hingga dengan tangannya sendiri mengantar dirinya untuk mati di Keluarga Judith.
Yasmine tertawa mengejek, "Tidak, kenapa aku harus minta maaf?"
"Dia memang pantas mati!"
Ucapan ini membuat Levin mengerutkan kening. Dia sangat kecewa dengan sikap Yasmine ini, "Kamu benar-benar ... keras kepala!"
Dengan memanfaatkan kesempatan ini, Tamara menarik Levin dengan tangan yang penuh dengan bekas luka, sambil berkata dengan hati-hati, "Kak, jangan marah pada Kak Yasmine. Luka di kaki Kakak belum sembuh sepenuhnya. Kakak tidak boleh marah ...."
Mengingat luka di kakinya, tatapan Levin pada Tamara menjadi lebih lembut. Berkat Tamara, dia bisa berdiri lagi!
Tamara sangat lembut dan baik hati, tapi Yasmine malah menindasnya seperti ini, bahkan ingin membunuhnya.
Tak disangka tadi dia mau memaafkan Yasmine, benar-benar pantas mati!
Karena itu, Levin semakin merasa bersalah pada Tamara. Dia mengelus kepalanya dan berkata, "Tamara memang paling mengerti."
"Ayah, berhubung Kak Yasmine tidak bisa menerima hal ini, aku akan minta Kak Levin mengembalikan kornea mata ini pada Kak Yasmine."
Melihat sikap kakak keduanya, Tamara pun berkata dengan suara serak sambil memegang lehernya dengan lemah. Ini malah menunjukkan rasa tak bersalah dan kepolosannya.
"Tamara sungguh baik, kita tak akan mengembalikannya."
"Berhubung Yasmine tidak patuh, biarkan dia terus buta saja," kata Filbert dengan santai.
Filbert melirik Yasmine yang meringkuk di tanah dengan menyedihkan. Tatapannya terlihat sangat jijik dan benci.
Dua puluh tahun yang lalu, dia membawa kedua anak kembar ini untuk menemui seorang peramal. Peramal itu bilang di antara anak kembar ini, sang kakak adalah pembawa bencana, sedangkan sang adik adalah pembawa keberuntungan bagi keluarga.
Saat berusia tiga tahun, Yasmine hilang, sedangkan Tamara kembali sendiri. Hal itu semakin membenarkan dugaannya.
Pembawa bencana memang bernasib tidak bisa menikmati kekayaan sejak lahir.
"Ini semua salah kakekmu, memaksa harus membawanya kembali. Saat meninggal pun, dia meninggalkan 20% saham untuknya dalam surat wasiatnya. Apa dia pantas?"
Filbert memaki sebentar, lalu berkata pada Yasmine dengan suara lembut.
"Yasmine, ini surat perjanjian transfer saham. Jika kamu menandatanganinya, Ayah akan cari cara untuk mengeluarkanmu dari penjara lebih cepat."
Yasmine tertawa sinis. Lima tahun yang lalu, dia sungguh buta dan bodoh, bersedia dipenjara dengan menanggung kesalahan Keluarga Judith. Sekarang keluar dari penjara malah menjadi alat mereka untuk mengancamnya.
Dia sudah terlalu banyak kecewa, maka sejak awal sudah tidak memercayai ucapan ini lagi.
Tiba-tiba terdengar suara yang keras.
Guntur bergemuruh dan petir menghantam, menyulut bensin yang sudah dituang oleh Tamara di sekitar penjara.
"Kenapa bisa terjadi kebakaran?"
"Cepat lindungi Tamara ...."
Orang tua dan kelima kakaknya berlari keluar sambil melindungi Tamara.
Di saat genting, sama seperti sebelumnya, sama sekali tidak ada orang yang ingat bahwa Yasmine masih terbaring tak berdaya di tanah.
Suara langkah kaki semakin menjauh, hawa panas juga mulai meluap.
Yasmine berusaha sekuat tenaga untuk merangkak keluar. Namun, dia menyadari bahwa Tamara sama sekali tidak membuka borgol di kakinya.
Dia sengaja membuat Yasmine menunggu kematian.
Api sudah menyebar. Yasmine pun mengutuk dengan suara serak, "Keluarga Judith, Tamara ... Jika ada kehidupan berikutnya, aku mau kalian membayar utang darah ini!"
Akhirnya, tubuhnya yang lemah dan menyedihkan dilalap oleh api.
Terbakar dan menjadi abu!
Setelah meninggal, jiwa Yasmine yang penuh amarah terus terkunci di reruntuhan penjara ini.
Setelah kebakaran besar ini, tak ada satu pun anggota Keluarga Judith yang datang mencarinya.
Yasmine malah melihat mantan suaminya yang cacat yang pernah dia buang dengan kejam. Mantan suaminya ini terjatuh dari kursi roda, lalu merangkak di reruntuhan selama tujuh hari tujuh malam, hanya demi mengambil segenggam abu tubuhnya.
Di hari kedelapan, pakaian pria itu sudah compang-camping seperti pengemis. Dengan hati-hati, dia mengangkat abu tubuhnya yang ada di samping rantai.
Saat ini, pria yang selalu bersikap sombong ini seolah-olah runtuh, sekujur tubuhnya gemetar, sambil memegang abu itu.
Suara Isaac Matteo rendah dan serak, tapi nada bicaranya penuh dengan kelembutan, "Yasmine, jangan takut. Aku akan membawamu pulang."
Tiga bulan kemudian, tiba-tiba Keluarga Judith mengalami serangan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tamara hilang tanpa alasan. Saat ditemukan lagi, tangan dan kakinya sudah putus, matanya juga di cungkil secara misterius.
Selanjutnya, kelima putra kebanggaan Keluarga Judith meninggal tanpa sebab. Keluarga Judith pun sepenuhnya lenyap dari Kota Monarca.
Di suatu siang yang tenang, jiwa Yasmine seperti biasa, menemani di sisi Isaac. Dia melihat Isaac mengusir semua pelayan di mansion, lalu duduk berjemur di halaman sambil memeluk guci abunya.
Isaac menunduk dan mencium lembut guci abu itu, lalu berkata, "Istriku, Yasmine, kali ini giliranmu yang membawaku pulang ...."
Selanjutnya, kobaran api yang menjulang tinggi melahap mansion itu, juga menelan jeritan putus asa Yasmine.
"Isaac, jangan!"