Bab 3 Kecanggungan Antara Pasangan Pengantin Baru
Setelah Isaac pergi, Yasmine langsung menyembunyikan ekspresi getirnya, juga mengusap air mata yang awanya tidak ada di sudut matanya.
Matanya sangat jernih, tapi memancarkan aura yang sangat dingin.
Dia tahu jelas, untuk sementara Isaac tidak mengusirnya karena dirinya masih berguna.
Kalau sudah tak berguna lagi, dia akan kembali menjadi pembawa bencana yang tak memiliki tempat tinggal.
Di kehidupan sebelumnya, Yasmine menjauhkan diri darinya karena takut. Sekitar setahun setelah pernikahan, barulah Isaac pelan-pelan mendekatinya.
Yasmine tidak tahu kapan Isaac jatuh cinta padanya, apalagi mencintainya begitu dalam.
Di kehidupan ini, giliran dia yang mendekati Isaac terlebih dahulu, melindungi dan mencintainya.
Yasmine masuk ke kamar mandi, bersiap untuk membasuh wajahnya. Namun, di cermin, dia melihat wajahnya penuh dengan jerawat, lingkaran matanya sangat hitam, terlihat letih lesu, ditambah lagi kulitnya terlalu pucat. Meski wajahnya cantik, tapi tak bisa menutupi aura seperti hantu wanita.
"..." Yasmine sangat frustrasi. Huhh ... Apa tadi dia menggoda Isaac dengan berpenampilan seperti ini?
Pantas saja dirinya dilempar.
Siapa yang mau memeluk hantu wanita seperti ini?
Melihat wajah ini, dia pun mengingat bahwa semalam sebelum menikah, dia masih bergadang untuk bantu kakak sulungnya, Stefan, menyelesaikan rencana keuangan. Dia sudah bergadang selama lima malam berturut-turut, hingga tubuhnya letih lesu.
Mengenai jerawat di seluruh wajahnya, itu karena dia diam-diam mencoba obat untuk kakak keduanya, Levin. Dia tidak yakin dengan bahan obat dalam buku kuno, maka terpaksa mengonsumsinya sendiri. Akhirnya, wajahnya malah rusak dan timbul jerawat merah.
Mengingat hal ini, Yasmine tertawa sinis. Di kehidupan sebelumnya, dia sangat mendambakan kasih sayang keluarga, maka dia berusaha keras untuk menyenangkan Keluarga Judith. Namun, pada akhirnya, tak ada satu saudara pun yang mencari jasadnya. Itu benar-benar bodoh!
Kali ini dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, tak akan menjadi budak Keluarga Judith!
Karena tubuhnya terlalu bekerja keras, Yasmine tak bisa tidur nyenyak malam itu.
Ketika matahari terbit, akhirnya Yasmine berhasil tidur.
Saat bangun, dia pun mengambil ponselnya. Semalam ponselnya mati karena habis baterai. Jadi, dia mengisi dayanya dan melemparkannya ke meja samping tempat tidur.
Yasmine menyalakan ponselnya. Benar saja, banyak notifikasi yang masuk.
Tak lama kemudian, ada panggilan telepon.
Yasmine mengangkat panggilan itu, langsung terdengar suara tak sabar seseorang, "Kenapa kamu sengaja mematikan ponselmu dan bersembunyi?"
Orang yang menelepon adalah kakak ketiganya, Cedric.
Sebagai penyanyi terkenal, suaranya lembut, jernih, dan magnetik. Namun, saat ini dia malah sangat kesal, "Yasmine, kapan kamu baru bisa jadi seperti Tamara yang pengertian?"
Perkataan ini hampir membuat Yasmine tertawa.
"Oh, saat malam pertama, suamiku terlalu agresif."
"Aku sama sekali tidak bisa bangun."
Yasmine menaikkan alisnya, tatapan matanya terlihat tidak peduli, suaranya juga sangat dingin.
Cedric juga mengerutkan keningnya, sedikit terkejut karena Yasmine menerima Isaac. Bukankah pria itu cacat?
Selain itu, Yasmine bahkan berani membantah ucapannya.
Namun, saat ini dia tak memedulikan semua hal itu. Dengan nada bicara yang semakin kesal, dia berteriak, "Yasmine, apa kamu sudah selesai bicara? Haruskah kamu sengaja mengatakan hal ini untuk membuat semua orang tidak nyaman?"
Mengenai Yasmine menikah untuk menggantikan Tamara, seluruh keluarga sudah merasa tidak nyaman. Namun, ini adalah cara terbaik untuk melindungi Tamara.
Mereka terpaksa melakukan hal itu.
Jadi, menghadapi sindiran Yasmine, Cedric masih merasa sedikit bersalah.
Yasmine tersenyum, tatapannya juga menjadi dingin, "Sungguh lucu, orang yang menikah adalah aku, bukan kamu. Bukan kamu yang disuruh untuk menikah dan tidur dengan orang lain. Kenapa kamu merasa tidak nyaman? Benar-benar tidak masuk akal!"
Dia sama sekali tidak lupa bagaimana tatapan keluarganya saat memaksanya untuk menikah sebagai pengganti.
Ayahnya menarik tangannya dan berkata, "Yasmine, adikmu mengidap penyakit jantung, tidak bisa menerima kejutan. Jadi, anggap Ayah memohon padamu. Kamu gantikanlah dia menikah dengan Keluarga Matteo."
Ibunya, Megan Carmen, mengelus rambutnya dengan lembut, memberinya kehangatan untuk pertama kalinya setelah dia kembali, sambil berkata, "Yasmine, Ibu tahu kamu merasa getir. Namun, sejak kecil hingga besar, adikmu belum pernah meninggalkan Ibu. Ibu sungguh tidak tega dia menikah dengan seorang pria cacat. Lagi pula, kamu adalah kakaknya, sudah seharusnya bertanggung jawab untuk melindungi adikmu, ‘kan?"
Mendengar hal itu, saat itu sekujur tubuh Yasmine terasa dingin. Namun, setelah dia hilang, sejak kecil hingga besar, dia belum pernah merasakan kasih sayang seorang ibu.
Dia adalah seorang kakak, juga tidak menderita penyakit jantung, maka dia harus mengorbankan diri?
Meski kelima kakak laki-lakinya diam, tapi semuanya menatapnya dengan penuh harap.
Semua orang menunggu dia menggantikan Tamara untuk menikah dengan seorang pria cacat yang wajahnya rusak.
Akhirnya, neneknya maju dan ingin berlutut di depannya, membuatnya terpaksa untuk menikah.
Sekarang apa hak mereka untuk merasa tidak nyaman?
Karena Yasmine membantah ucapannya lagi, sikap Cedric pun menjadi lebih lunak, "Intinya, meski kamu merasa tidak adil karena menikah menggantikan Tamara, tapi tidak seharusnya kamu mencuri flasdisk yang berisi rencana keuangan yang Tamara buat untuk Kak Stefan."
"Itu hasil kerja kerasnya selama bergadang lima malam berturut-turut. Mengambil tanpa izin sama saja dengan mencuri!"
"Yasmine, kamu sungguh membuat orang kecewa. Sebenarnya, apa yang kamu pelajari saat bertahun-tahun di luar? Tak disangka bisa mencuri."
Nada suara Cedric semakin tajam, penuh dengan rasa kecewa.
Yasmine mendengarkan dengan tenang, sejak awal sudah menunggu hal ini.
Di kehidupan sebelumnya, dia dituduh “mencuri flashdisk” dan dikritik oleh semua orang. Itu karena Tamara adalah adik kandungnya. Tamara memohon berkali-kali padanya, akhirnya hatinya pun tidak tega dan menanggung semua tuduhan itu.
Namun, kali ini ... untuk apa dia harus menjaga harga diri mereka?
Yasmine mencibir, "Cedric, kamu sungguh bodoh!"
Kemudian, dia langsung memutus panggilan itu.
Ketika Cedric menelepon lagi, Yasmine langsung memblokir nomor teleponnya.
Kemudian, Yasmine juga segera memblokir nomor telepon orang tuanya, Nenek, kelima kakak laki-lakinya, dan Tamara.
Mendengar nada sibuk di telepon, Cedric tak bisa percaya. Ini pertama kalinya dia merasa tidak bisa mengendalikan Yasmine.
Dia terdiam di tempatnya selama beberapa saat. Saat dia menelepon lagi, ternyata nomornya sudah diblokir.
Dalam sekejap, ekspresi Cedric menggelap.
...
Setelah memblokir semua orang dengan puas, Yasmine pun mendongak dan melihat kursi roda Isaac berhenti di depan pintu.
Dia mengetuk-ngetuk pegangan kursi roda, dengan tatapan yang dalam dan misterius, entah berapa banyak yang sudah dia dengar.
"Tuan Isaac, selamat pagi ...."
Saat melihatnya, Yasmine langsung tersenyum memesona.
Namun, jantungnya berdebar sangat cepat, takut Isaac mendengar percakapan di telepon tadi.
Tuhan tidak pernah melindungi Yasmine!
Detik berikutnya, terdengar suara yang rendah dan dingin. Nada suaranya sangat seksi dan menggoda, "Apa semalam aku terlalu keras padamu?"
Satu perkataan ini berhasil membuat Yasmine, yang masih ada di ranjang, merasa sangat malu.
Tolong aku!!
"Ini ... salah paham!"
Huhuhu, dia bukan sengaja mengatakan hal itu.
Dia ... punya tujuan lain!
Yasmine tidak berencana untuk sungguh bercerai dengan Isaac. Cepat atau lambat, dia harus membuat Isaac jatuh cinta padanya, sekarang hanya bicara sedikit saja.
Namun, saat orang yang bersangkutan mendengarnya, itu benar-benar memalukan.
Isaac melirik Yasmine, sambil tersenyum dingin, "Membuatmu sama sekali tak bisa bangun?"
Ucapan ini langsung membuat Yasmine bangun.
Dia turun dari ranjang, lalu berjalan ke depan Isaac dengan patuh.
Yasmine berjongkok di depannya dengan tatapan getir dan sedih. Hidungnya memerah, matanya juga sembap. Dia menarik-narik celana Isaac dengan lembut, sambil berkata sangat manis, "Isaac, aku akan patuh. Kamu jangan mengusirku."
Saat Yasmine menarik celana Isaac, sentuhan lembutnya seolah-olah menembus kain celana dan menyentuh kulitnya.
Selain semalam, tak pernah ada wanita yang mendekatinya sedekat ini.
Isaac sangat terkejut, maka mendorong dahi Yasmine, sambil berkata dengan kesal, "Kamu hanya perlu menyembuhkanku."
"Jangan berpikir ... hal lain!"
Dua kata terakhir malah terdengar sangat canggung.
Pengawal yang diam-diam melindunginya, Sergio, benar-benar tercengang. Tak disangka bosnya berinisiatif ... menyentuh wanita?